Bab 82. SABAR ADA BATASNYA

64 6 0
                                    

"Bee, gak gitu. Aku pikir kita mau santai dulu di hotel dan kita akan ke sana besok pagi."

"Kita gak akan ke sana."

"Hei, gak gitu. Ka-kalau memang sudah janjian sekarang kita berangkat saja sekarang."

"Gak usah dipaksakan, kita--"

Mmuuuah.

Brigita tidak melanjutkan ucapannya karena saat itu juga Reiko memberikan kecupan di bibirnya. Hanya sedetik, karena itu kan di muka umum.

"Sudahlah, ayok." lalu Reiko menatap pada Shandra dan Tommy bergantian

"Maaf ya, kalian tahukan bagaimana pasangan? Kami sedang sedikit ada masalah kecil, ribut kecil aja, bikin mood swing. Tapi ayo kita lihat, kalau uang aku bisa pikirkan nanti bagaimana caranya."

Lagi lagi Reiko berada di situasi yang memang bukan dia inginkannya.

Sudahlah semuanya nanti aku pikirkan. Yang pasti sekarang aku tidak mau Bee marah dulu padaku. Aku tidak mau juga dia sampai minum obat-obatan depresi. Tidak, tidak. Sssh, ini benar-benar menguji kesabaranku.

Bisa dibayangkan tidak sih bagaimana perasaan Reiko yang harus melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan?

Ssssh, bagaimana ini? Makin lamalah aku melihat situasi di apartemenku. Aish, semua urusanku jadi berantakan begini. Aku bahkan tidak berani menyalakan handphoneku dulu untuk sebentar. Tadinya setelah sampai hotel baru nanti aku akan bicara dengan semua orang termasuk dengan papa dan aku juga harus menghubungi Roy.

Tak jelas sudah yang pasti sekarang jadwal Reiko memang berantakan karena kepergiannya ke Bali ini belum confirm ke mana-mana.

Mana Aurora Corporation juga sudah melakukan pembayaran mereka lagi. Aku harus secepatnya menyelesaikan semua urusan di sini supaya Senin depan minimal kami sudah bisa langsung menjalankan pembangunan.

Makin cenat-cenut kepala Reiko. Dia bahkan tak tahu berapa lama harus ada di Bali karena kemarin saat Brigita menjelaskan ini juga dia tidak konsen dan hanya iya-iya saja.

Dan sekarang dia harus berpusing-pusing ria dengan perjalanan lebih dari dua jam menuju ke Bali Barat lewat jalur selatan. Hampir mendekat ke arah Gilimanuk dengan jalan yang sedikit padat dan macet di beberapa titik.

Sssh, perasaanku benar-benar tidak tenang juga memikirkan seseorang di apartemenku. Bagaimana dia bisa hidup dengan kaki dan tangan yang terluka itu di sana sendirian?

Makin berantakanlah pikirannya. Dan bagaimana dia bisa mendengarkan semua yang diceritakan oleh Tommy Kalau pikirannya tidak ada di sana?

"Bagaimana menurutmu tentang rencana pembangunan ini?"

"Hmm," Reiko itu bukan orang yang multitasking. Jadi kalau dia sudah fokus pada satu hal dia tidak bisa fokus pada yang lainnnya. Makanya kini dia menggaruk pipinya sambil seakan-akan sedang berpikir.

"Aku rasa ini adalah program yang bagus. Maksudku ini adalah bisnis besar dan akan mendatangkan profit besar."

Dia tak sama sekali merekam satupun penjelasan Tommy selama sejam lebih tadi di dalam otaknya. Semuanya seperti didengar telinga kanan dan keluar melalui telinga kirinya.

"Makanya kami berusaha untuk membuka jalan investasinya untukmu. Aku yakin kalau aku tawarkan pada keluargaku yang lain mereka semua memang sudah menunggu untuk itu. Mereka ingin membiayainya tapi Shandra bilang kekasihmu adalah temannya."

Tommy senyum penuh makna menatap Reiko yang meliriknya.

"Makanya kami membiarkan ini dilihat oleh kalian duluan dan kalian yang mendapatkan ini. Sungguh kesempatan yang sangat langka sekali. Aku juga terpaksa harus menolak yang lainnya untuk kalian."

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now