Bab 69. RELAKSASI

47 3 0
                                    

"Oh nggak ada kok," jawab Reiko cepat.

"Aku cuma diam supaya kamu istirahat dan bisa tenang, aku nggak mau ngeganggu kamu, sayang," tambah Reiko lagi, yang kini memberikan senyumnya kepada wanita yang menatap wajahnya.

"Beneran?"

"Hmm."

Melihat Brigita yang tidak yakin Reiko pun menjawab cepat.

"Apa sekarang kondisimu sudah lebih baik?"

Sepertinya dia benar-benar kepikiran tentang obat-obatku ya? Hahaha. Dia saja yang tidak tahu kalau aku depresi bukan karena wanita itu. Bukan karena pernikahannya dengan wanita itu juga. Tapi karena aku khawatir aku tidak punya kesempatan untuk mengikuti tender itu dan aku tidak bisa bertemu dengan Gerald Peterson, bisik dalam hati Brigita karena memang ini adalah sesuatu yang sangat mengganggunya.

Tapi tentu saja dia tidak boleh tahu soal ini. Hahaha, selama aku tidak bisa mendapatkan Gerald dia akan menjadi serepnya, bisik hati brigita

Karena itulah

"Aku nggak apa-apa kok, sayang. Kondisiku sudah lebih baik jadi kamu nggak usah khawatir berlebihan gitu ke aku, cinta."

Brigita dengan wajahnya yang terlihat begitu manis saat memindai Reiko, dia juga sudah menggerakkan tangannya memegang pipi Reiko, terlihat sangat manja.

"Aku selalu tenang kalau sudah berada di sisimu, sayang." Brigita makin menggoda sambil menggerakkan jari tangannya turun menyentuh dagu Reiko.

"Di sisimu, di tempat tidur kita," bisik Brigita lagi, dengan bibirnya yang bicara cukup dekat pada bibir Reiko sehingga aroma strawberry mint dari nafas Brigita itu pun bisa tembus dari indra penciuman Reiko.

"Atau di manapun tempat tidurnya, asal sama kamu." Dan saat bicara ini jari tangannya pun bergerak turun hingga mengenai kaos Reiko.

"Seakan-akan aku bisa bersatu denganmu," ujar Brigita yang kini jari tangannya itu ada di salah satu ujung satelit di dada Reiko walaupun masih dibatasi oleh kaosnya.

"Karena hanya dengan berada sedekat ini denganmu maka aku tidak takut kehilanganmu dan bisa menikmati waktu berdua denganmu begini," ujar Brigita lagi yang mencoba untuk melunakkan hati seseorang dengan satu kaki kanannya sudah berada di atas kaki kanan Reiko, dia pun juga sudah menggosokkan jari kakinya turun naik di atas tulang betis Reiko, dengan posisi duduk Brigita yang menyamping tentu saja menempel pada Reiko.

"Kamu nih."

Reiko kembali mencubit hidung Brigita, sudah tahu apa yang diinginkan oleh wanita itu.

"Ada apa kamu mencariku tadi ke kantor? Apa mau aku menemanimu di tempat tidur ini?"

Kenapa dia malah mengangkat tanganku? Brigita sungguh tidak menyangka karena saat bicara tadi Reiko tangan kirinya bergerak memegang tangannya yang memutar-mutar ujung bagian dadanya sebelah kiri.

"Ehm, maksudmu membicarakan alasanku ke kantormu?"

Reiko pun mengangguk saat Brigita mencoba fokus dengan yang ditanyakan Reiko meski hatinya bertanya-tanya dengan sikap pria itu.

"Ah, jelas bukan membicarakan itu ..."

"Lalu?"

"Entahlah, sepertinya tidak perlu cerita karena sepertinya kamu juga sedang banyak masalah." Brigita tadinya ingin membalikkan badan dan memilih menjauhi pria itu

Tapi

"Hei, mau ke mana?" Reiko menahan perempuan itu.

"Kamu udah ngehubungin papa kamu belum? Tadi aku lihat papamu sepertinya marah sekali saat kamu belum kembali kembali."

Bidadari (Bab 1-200)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt