Bab 161. PUTRIKU

39 4 6
                                    

"Raditya."

Sampai kaget Nada ketika mendengar suaminya memekik begitu dan sudah menghempaskan tangannya dengan kasar, mendekat pada Reiko.

Padahal Radit tidak pernah sebegitunya biasanya pada Nada.

Ini pengecualian.

"Berikan anakku kepadaku."

Dan sambil Radit bicara begini tadilah Nada menyeletuk. Membuat Reiko juga tak enak hati.

"Kamu kok nggak sopan banget sama orang, Raditya?"

"Ibu, ini urusannya beda. Maafkan aku soalnya aku...."

"Nah begini nih kalau otak nggak dipakai cuman emosi aja yang diduluin. Kelakuan anakmu ini loh, Bambang Prayoga."

Jadi saja Riyanti juga ikut mengomel pada Bambang yang tak tahu apa-apa.

"Maaf ya Pak Reiko."

"Denada, untuk apa minta maaf?"

"Ya untuk perbuatanmu lah Raditya. Kamu ini nggak sopan banget kok," celetuk Nada.

"Tapi dia yang lebih tidak sopan." Hanya saja untuk kali ini Radit tidak mau memberikan toleransi.

"Kenapa dia mengecup putriku."

"Bukan dia yang mengecup putrimu tapi putrimu sendiri kok tadi yang memeluknya dan dia senang karena digendong, terus Reiko ini sangat baik padanya."

Bukankah merupakan suatu hal yang wajar jika seorang anak kecil mengecup seseorang.

"Tapi gak bisa." Tetap Radit bersikeras.

"Halah, kau ini Raditya." Tapi Riyanti tak peduli, dia masih mau mengomel.

"Anakmu masih kecil. Lagian, dia kan memang biasa seperti itu. Pada temanmu Dimas, terus juga pada Ando dia juga sering begitu kan? Lagian cemburumu ini terlalu besar. Orang Reiko juga tidak melakukan apapun." Kini Riyanti mengalihkan pandangan matanya pada Reiko.

"Maafkan anakku ya. Dia ini memang overprotektifnya ngalahin semua orang di dunia ini."

"Gak apa-apa. Karena saya juga akan melakukan yang sama untuk putri saya," seru Reiko yang tak mau membuat masalah baru.

"Maafkan saya Tuan Raditya."

Makanya paling aman dia minta maaf sajalah supaya masalahnya cepat selesai.

"Sudah tidak perlu dipikirkan anakku ini memang begini karena terlalu dimanjakan dulu sama Eyangnya Prawiryo dan Ayahnya. Jadinya sekarang seperti ini."

"Ibu apa sih?" makin tak ada mukalah Radit.

Tapi memang Radit itu susah kalau sudah ada Riyanti seperti ini dia sulit untuk membela diri.

"Apalagi? Denada, bawa suamimu ini jangan merusuh saja."

"Heish, mau bawa kemana? Orang ini rumahku. Ini anakku, ya aku ga salah dong Bu," protes Radit yang memang kalau di rumah begini. Reiko bisa melihat jelas perbedaan Radit di kantor dengan bersama keluarganya.

Ternyata dua wanita ini yang ditakuti oleh Tuan Raditya. Habislah aku kalau bertemu nanti dengannya cuma berdua. Bisa mengomel dia padaku.

Tapi tetap saja temperamen Radit membuat Reiko tak nyaman. Bagaimanapun dia adalah orang yang kini levelnya di bawah Radit. Bully-an seperti apa nanti dia juga tak bisa pikirkan.

"Sudah, Radit, sudah. Kamu ini jangan bikin Reiko jadi tidak enak. Dia ini adalah anak sahabat lama Kakekmu. Lagi pula dia sudah seperti saudara juga. Dulu waktu dia kecil juga dia sempat bermain denganmu."

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now