BAB 2. PEMBANTU BERSTATUS ISTRI

302 17 0
                                    

"Ah, kamu sudah terlanjur jatuh cinta ya denganku?"

Ini orang ga tau malu, ya? Di sindir malahan bukannya intropeksi malah nuduh? Gila sih.

Sebelum sempat Aida menanggapi Reiko yang secepat kilat menyambar menjawab nyinyirannya.

"Aku penasaran, coba katakan apa yang membuatmu jatuh cinta padaku?"

"Kagum tepatnya. Tapi ternyata intuisiku benar. Anda itu Iblis berwujud malaikat." 

"Hahaha. Boleh juga pemilihan kata dan imajinasimu, cocok kamu ikutan menulis karya sastra, buat novel judulnya Pembantu Berstatus Istri," cibir Reiko dengan wajahnya masih menahan tawa di saat Aida masih jengkel.

"Tapi terima kasih atas pujiannya," lanjut Reiko lagi yang kini bicaranya lebih stabil. 

"Aku memang tampan, jadi aku pasti memilih wanita yang cantik tanpa cacat untuk mengisi hatiku, jadi jangan banyak bermimpi aku menyukaimu," seru Reiko yang terlihat sangat santai dan tak terpengaruh dengan insinuasi sedikit sarkas dari Aida. Dia justru bicara sambil berdiri dengan surat perjanjian di tanganya.

"Kalau sudah clear, tidak ada yang ingin ditanyakan, ayo ikut aku ke apartemen."

Aida tadinya ingin membalas lagi desisan Reiko, tapi percuma. Lagipula Reiko sepertinya tak membutuhkan jawabannya. Reiko sudah membalikkan badan berjalan ke arah pintu kamar hendak keluar karena misinya sudah berhasil.

Tanda tangan dan persetujuan Aida ada dalam genggamannya.

Aida hanya mengumpat di hati menyesali semua bayangannya tentang Reiko sambil mengekor dalam diam. Gadis berkebaya itu menjaga jarak langkah dengan pria yang perbedaan tingginya tiga puluh sentimeter lebih tinggi.

Aida hanya 155 cm. Sedangkan Reiko tinggi menjulang, hampir 190 cm. Dengan tubuh tegap dan bahu lebar, dari belakang mampu menunjukkan kekuatan otot tubuh Reiko memang bisa dipastikan dia adalah pria dengan kualitas fisik di atas rata-rata. Apalagi aroma musk yang bercampur citrus dari parfume-nya sangat menyegarkan, memberikan kenyamanan bagi yang menghirupnya. Dan itu juga bisa tercium oleh Aida. 

Tak bisa dipungkiri sangat menggoda. Mampu meringsek kesadaran otaknya hingga berfantasi menghadirkan pahatan paras wajah Reiko dalam benak Aida. Sungguh mengesalkan untuk wanita yang sudah berstatus istri Reiko itu. Seakan Tuhan lupa memberikan sedikit kekurangan di paras ciptaannya. Sungguh definisi lelaki sempurna hampir tak ada yang terlewatkan dari diri Reiko.

Sempurna kecongakan dan kesombongannya seperti iblis yang menolak sujud pada Adam. Kau tidak mau kan hidup dengan Iblis, Aida?

Tapi Aida menghempaskan semua kekagumannya dengan memperingatkan dalam relung batinnya.

"Reiko, apa kamu akan pulang sekarang, Nak?"

Dan kini, Aida terpaksa menahan langkah kakinya, ketika Rika, ibu Reiko mendekat saat mereka menuruni tangga.

"Iya, Mah. Aku mau ke apartemen karena ada beberapa kerjaan kantor yang belum aku cek dan besok harus ketemu client."

"Apa gak sebaiknya wanita di belakangmu itu ganti  baju dulu, Nak? Dengan pakaiannya itu, dia bisa disangka istrimu sama staff dan penghuni di apartemen yang melihat kalian." 
Sinis ekor mata Rika yang sudah mengganti baju kebayanya melirik Aida saat bicara. Sungguh berlawanan dengan tatapan manis dan suaranya yang boleh dibilang merdu saat bicara dengan Reiko.

Ini juga yang membuat Reiko mengarahkan pandangannya pada Aida.

"Kasihan dong Brigita kalau dateng terus digosipin staff apartemen yang udah mengenalmu dan di sangka mau merebut suami orang."

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now