Bab 68. APA KARENA RASA BERSALAH?

59 1 0
                                    

"Aku yang memintanya." Reiko menjawab tanpa ekspresi.

"Kepalaku pusing sekali setelah menyaksikan dia tadi membersihkan nature space-ku. Mungkin karena kecapean juga dan tadi pagi cuman sarapan roti, tambah angin di proyek terlalu kencang," jawab di bibir Reiko.

Meski ...

Ssh, harusnya aku menyuruhnya untuk duduk di sofa saja tadi, bisik hati Reiko.

Dia tadi lupa mendudukkan Brigita di kursi yang tadi di dudukinya. Jelas aja masih ada cangkir tehnya di sana.

"Maafkan aku Brigita, teh ini murni aku yang minta," sungguh ini adalah kebohongan Reiko yang kedua kali soal Aida, setelah sebelumnya dia mengatakan bahwa roti selai kacang itu buatannya.

"Aku tidak sama sekali ingin mempermainkan perasaanmu, tapi aku tadi hanya memikirkan tentang nature spaceku. Kamu tahu kamu betapa pentingnya tempat itu untukku?"

"Iya, sudahlah. Aku tahu," respon Brigita lebih kalem.

"Aku juga minta maaf karena tadi aku terlanjur emosi pas dateng. Aku beneran ga bisa mengendalikan diriku kalau sudah melihatmu dekat dengannya. Sepertinya aku terlalu berlebihan, tapi aku takut kalau dia merebutmu dariku, sayang."

"Hey, sudah jangan menangis lagi."

Ini juga yang membuat Reiko menggerakkan tangannya menghapus sesuatu di pipi Brigita

"A-aku padahal sudah minum obat anti depsesiku pas turun supaya bisa mengendalikan diriku, tapi sulit."

"Sssh, minumlah dulu," bujuk Reiko yang akhirnya dituruti oleh kekasihnya

"Kamu jangan marah lagi padaku ya," bujuk Brigita. "A-aku bener-bener ngeri ngeliat kamu membentakku seperti tadi."

"Iya, kemarahanmu bukan salahmu, mungkin aku juga akan emosi sepertimu jika ada di posisimu tadi dan melihatmu bersama laki-laki lain." Reiko bicara begitu lembut.

"Ini memang sesuatu yang sulit untuk kita berdua. Maaf aku juga tidak bisa mengendalikan diriku sampai kasar bicara denganmu," dan bukan hanya Brigita yang minta maaf. Reiko pun juga melakukan hal yang sama.

Hatinya begitu tenang sekarang setelah bisa melihat senyum dari wanita itu.

Karena itulah

"Sudahlah. Apa yang membuatmu mencariku ke perusahaan?"

Reiko yang teringat bahwa Brigita sempat mencarinya pun penasaran ada masalah apa sampai kekasihnya harus datang menemuinya.

Haduh aku tidak mungkin bilang sekarang dong? Dia baru marah padaku. Brigita berbisik dalam hatinya,

hingga

"Ah, itu --"

Kata-kata itulah yang keluar dari bibirnya namun dia belum melanjutkan ucapannya lagi justru menggerakkan tangannya mengambil sesuatu yang membuat Reiko sedikit meninggikan suara

"Hei, Bee sayang, jangan minum lagi obat penenang itu."

"Tapi aku harus melupakan semua rasa cemburuku."

"Sssh."

Saat itulah Reiko memilih membuang obatnya ke dalam tempat sampah.

"Ayo kita ke kamar."

Ajakan yang membuat Brigita merasa tenang di dalam hatinya

Untung saja aku punya pengalihan. Karena dia tidak boleh bertanya soal ini dulu.

Yah, ini adalah masalah sensitif dan Reiko baru saja reda marahnya. Jadi Brigita tidak mau membuat pria itu emosi dulu

Karena itulah

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now