Bab 43. APA YANG DIPERHATIKANNYA?

45 3 0
                                    

"Dia pikir sikapnya itu bisa membuat aku memikirkan bahwa dia adalah orang yang baik begitu?"

Sesaat ketika Reiko sudah meninggalkan dapur pagi tadi, Aida justru malah mencibir sambil berbisik lirih seperti itu.

Matanya kini menatap ke arah talenan kayu di mana tadi Aida menyiapkan sandwich beralaskan talenan itu.

"Ah, rapikan ini sajalah, jadi aku tidak perlu melihat mereka kalau mereka nanti berangkat. Pekerjaan pertama sudah selesai dan tak ada lagi yang harus aku lakukan. Jadi sekarang, aku bisa santai-santai di kamar. Hehehe."

Tak buang waktu. Semua itu diselesaikan oleh Aida kurang dari sepuluh menit sehingga dengan cepat dia bisa melesat ke dalam comfort room-nya dan mulai men-scroll handphone, berselancar di media sosial.

Tak ada kegiatan pagi itu. Jadi sudah paling benar kalau dirinya mengecek-ngecek media sosial. Karena memang tak ada lagi yang bisa Aida lakukan.

Gabut tak tahu ingin melakukan apa sampai akhirnya Aida ketiduran sendiri karena bosan.

"Ya ampun sudah hampir setengah sepuluh. Aku bener-bener ketiduran?"

Aida bukan orang yang suka melihat media sosial lama-lama.

Setengah jam tadi dia habiskan untuk melihat-lihat apa saja yang ada di search engine instagramnya yang justru membuatnya mengantuk.

"Astagfirullah aku tidur pagi hari."

Ya, Aida bukan orang yang biasa tidur pagi hari. Karena itu dia mengomel pada dirinya sendiri. Itu adalah kebiasaan yang dilarang oleh ibunya dari kecil.

Makanya Aida merasa bersalah.

"Mungkin pagi hari aku harus membiasakan diriku olahraga atau melakukan sesuatu di kamar ini supaya tidak bosan," pikirnya lagi sambil menuju ke arah kamar mandi.

"Salat Dhuha dulu."

Biasanya Aida sholat Dhuha itu di sekitaran jam delapanan. Tapi karena kesiangan, ini sudah lewat dari setengah sepuluh dia baru melakukan kegiatan sunnah itu.

"Aku rasa mereka semua sudah pergi. Daripada nggak ada kegiatan, aku urus dululah rumah ini."

Aida tahu apa yang harus dia lakukan.

Dia diperintahkan untuk membersihkan rumah bukan? Ya karena tidak ada lagi housekeeping.

Aida tak buang waktu. Dia keluar kamar untuk bersiap merapikan penthouse dua lantai itu. Setelah menemukan alat kebersihan, satu demi satu ruangan pun dirapikan oleh Aida.

"Sudah kuduga, pasti kamar tidurnya lebih mewah daripada kamar yang aku tempati. Tapi aku tidak menyangka kalau semewah ini. Keren banget."

Dan itulah yang ada dalam benak Aida ketika dia baru saja membuka pintu kamar Reiko karena memang dia juga harus membersihkan ruangan itu bukan?

Tempat tidurnya berantakan banget. Hyaaaaks, dia pasti berzina di tempat tidur itu kan? Menjijikkan.

Tapi kini arah pandangan matanya menuju ke satu bagian yang membuat dirinya tentu bisa menerka kenapa tempat tidur itu bisa berantakan selimutnya.

"Sudah tak perlu berpikir macam-macam. Pekerjaanku masih banyak yang harus diselesaikan di sini dan bagian lainnya juga secepat mungkin harus selesai."

Aida mencoba untuk profesional. Dia merapikan kamar tidur itu. Semua bagian termasuk wardrobe dan kamar mandi. Sprei berantakan itu pun juga sudah dibereskannya dengan memberikan satu catatan di tempat tidur.

Suatu keadaan yang membuat seseorang yang menyaksikan ini pun penasaran.

Apa yang dia tulis di sana?

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now