Bab 80. DUA FOKUS BERBEDA

43 4 0
                                    

"Aku yakin sekali ini adalah project yang sangat menguntungkan banget, sayang. Kita tidak boleh telat dan tidak boleh membiarkan Tommy menunggu kita terlalu lama."

Sembari menaiki tangga kata-kata itu terurai dari wanita yang kini masih menggandeng tangan Reiko meninggalkan Aida di lantai dasar. Brigita memegang lengannya begitu erat, sambil berceloteh tentang sebuah project yang memang memberikan pengharapan besar padanya.

"Aku yakin sekali kita bisa untung besar di sini. Bener-bener bikin gak sabar."

Brigita terus bicara di saat seseorang di sampingnya masih diam, tak menyanggah atau komentar. Tapi entahlah apa pikirannya juga mendengarkan apa yang dikatakan wanita itu?

Dia menyelamatkanku lagi?

Ya Reiko memikirkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat dirinya merasa tak enak

Apa alasannya dia melakukan itu?

Reiko mencoba berpikir. Semua ucapan Aida mempegaruhinya hingga sulit konsentrasi.

"Sayang."

"Eh iya?"

Baru tersadarlah Reiko dia sudah ada di dalam kamar.

"Kamu mikirin apa sih? Dari tadi malem loh kayak gak konsen."

"Oh iya maafkan aku, Bee--"

"Kamu denger nggak sih yang aku katakan dari tadi?"

Gemas Brigita. Dia menunjukkan emosi di wajahnya. Tapi tentu saja ini sudah tak dilihat Aida. Mereka sudah di dalam kamar.

"Oh iyalah dengar. Jadi gimana rencananya?"

"Yakin kamu dengar apa yang aku katakan?" tapi Brigita masih tampak kesal dan dia masih curiga.

"Maafkan aku Bee."

Percuma juga melanjutkan berbohong. Wanita itu bisa lebih marah bukan?

"Aku hanya kepikiran soal kakek. Kamu lihat kan apa yang aku lakukan pada wanita itu? Aku terpaksa melakukan itu semua tapi aku khawatir kalau kakek tahu dan dia mengadu luka-lukanya tadi."

"Kakekmu kan tidak mungkin tau sayang. Dia udah janji gak bakalan bilang. Di sini cuma ada kita aja. Kamu ini kasih alasan yang aneh-aneh saja sih."

Alasan masuk akal dari Brigita. Kalau mereka tutup mulut, bagaimana Adiwijaya bisa mendapatkan informasi yang terjadi di dalam apartemen Reiko?

"Tapi dia punya handphone, kan?"

Reiko memang sedang tidak bisa konsentrasi jadi alasannya agak sedikit aneh-aneh dan tidak kuat.

"Ya biarin aja. Kalau dia mau mengadu aku pun bisa mengadu. Lagi pula kalau dia mau menyalahkanmu kita pun juga bisa membalikkannya. Dia tidak jujur. Sedangkan kamu mencintaiku tapi dipaksa menikah dengannya. Kalian dalam suasana yang sulit. Aku rasa itu tidak masalahlah, kita hanya perlu sebut nama Waluyo itu depan kakekmu semua selesai."

Andai dia tahu siapa Waluyo, yang ada aku dicincang kakek setelah menyebut namanya dan ponakan Waluyo menunjukkan luka yang kubuat tadi. Sssh, kenapa aku bisa melakukan itu?

Rasa tak masuk akal bagi Reiko. Dia kesal pada dirinya sendiri kenapa tak sadar melukai seseorang seperti itu?

"Ayo cepat jangan buang waktu. Kita harus cepat-cepat, sayang."

Tapi apa yang bisa Reiko perbuat kalau sudah diingatkan jadwal mereka begini oleh kekasihnya

"Oh, ehmm ... Bee, aku mau ke ruang kerja dulu. Ini kan masih hari selasa. Kalau aku pergi begitu saja tanpa memberikan kabar pada papaku nanti takutnya dia khawatir, maksudku pekerjaanku yang dikawatirkan bukan aku, maksudku, ka-kamu beberes dulu aja, aku mau cek kerjaan, sejam, oh gak, setengah jam juga cukup."

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now