Bab 144. MANJAIN AKU

31 2 1
                                    

"Hey, jangan plototin aku, dong Bee." Reiko membela diri.

"Aku cuma gak suka aja bibir manismu yang selalu menggairahkan bicara kasar di hadapanku. Kamu benci dia gapapa, nuduh dia begitu dan punya buktinya juga gapapa, tapi jangan nuduh ke aku sekasar itu sayang. Kan aku bukan dia, aku bukan Mimi dan bukan pria yang suka dia. Aku kekasihmu, My Queen. Cuma kamu!"

Reiko berhenti bicara untuk memberikan satu kecupan bagi Brigita.

"Ayolah, bicara manis untukku, sayang."

Entah kenapa kalau sudah digombali begini Brigita memang lebih bisa menahan dirinya.

"Aku gak suka dengan Mimi! Buatku, dia punya rencana lain untukmu!" Brigita berhasil membuat suaranya melembut.

"Aku urus besok dengan Papaku. Jangan khawatir."

"Beneran?"

"Hmmm!"

Tak berani memperpanjang kasus ini, Reiko pun mengangguk lagi.

"Aku akan memecat sekretarisku yang ke lima belas kali dan aku akan cari sekretaris laki-laki saja. Apa kamu senang, my Queen?''

Senyum Brigita pun merasa menang lagi mempengaruhi Reiko.

"Aku menunggunya, jangan lama-lama realisasinya, ngerti?"

"Hmm, aku akan minta Papa cari alasannya, Bee,"

Reiko yang sudah lelah tak mau berdebat

Dan dia memang masih banyak pekerjaan juga dan ingin beristirahat.

"Mandi dulu yuk biar enak tidurnya."

Memang tidak enak kan tidur dalam kondisi lengket apalagi Brigita juga dari perjalanan jauh? Wanita itu pun tidak ribet untuk mengikuti keinginan Reiko yang satu ini.

Setelah Brigita mandi dan tidur Aku akan mengecek keluar! Jangan-jangan dia ingin buang air kecil!

Gumam di hati Reiko yang memang kepikiran sesuatu.

"Sayang!"

"Huh, apa?"

"Kamu nih, mikirin apa sih?" sentak Brigita karena memang mereka sedang di Bathtub, tapi Reiko kembali tak fokus.

"Apa kamu lagi mikirin Mimi? Bingung mau mecat dia kayak gimana? Sayang sama body goal yang dia miliki Dan pengen cicipin dia yang punya dua ini lebih besar dariku?"

Tapi aku sama sekali gak mikirin dan menginginkan Mimi. Kenapa dia begitu takut dengannya?

Ini juga tak di mengerti oleh Reiko. Tapi ya sudahlah. Karena dia tak mau berdebat dengan Brigita.

"Aku ngantuk, cape sayang. Tadi itu di luar kebiasaan permainan kita."

"Jadi kamu nggak bisa konsentrasi karena ngantuk?"

"Hmm!" Reiko mengangguk. Brigita tak lagi mencecarnya dan mengajak Reiko membilas tubuh mereka.

"Sayang, kamu mau nyabunin aku atau cuman pengen mencengkram dua puncakku saja?"

Lagi-lagi Reiko yang sedang menyabuni tubuh Brigita dia kehilangan konsentrasi dengan fantasinya yang lain dan hanya diam dengan kedua tangannya pada dua yang menjulang.

"Hmmm, ini pas di pegangnya Bee. aku suka!"

"Ah, kamu ni! sabunin yang lainnya dong, kan biasanya kamu bersihin bagian tubuhku yang lainnya juga terus aku lakuin yang sama ke kamu! Dan ... ehm, yang itu agak gatel karena mulai numbuh, potongin boleh?"

"Kamu tumben minta aku potongin? Biasanya kamu potong sendiri kan? Dan kalau aku mau bantuin pasti dilarang, malah kamu yang pengen rapihin yang bagian bawahku."

Bidadari (Bab 1-200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang