Bab 34. HIDUPNYA PASTI MENDERITA

55 2 0
                                    

"Maksud papa beli aja online itu kan nggak terlalu ribet kamu harus masak. Nanti kamu capek. Tapi kalau memang kamu tidak mau makan pesan online kita ke restoran saja nanti."

Ingin diberikan sesuatu yang mudah tapi mendengar tawaran ini Vanessa tetap menggelengkan kepalanya

"Nggak mau Papa. Pokoknya aku aja nanti yang masak."

Vanessa tetap bersikeras karena dirinya sendiri sudah merindukan rumah itu, tempatnya kecil bertumbuh dan dia ingin melakukan suatu kegiatan yang biasa dia lakukan di dapur rumahnya dulu, beberapa tahun yang lalu.

"Ya sudah terserah kamu saja, Vanessa. Tapi sekarang turuti perintah suamimu dulu."

"Yeaaay." Jelas saja ini membuat Vanessa senyum-senyum.

"Okeeee bos. Kalo gitu aku tidurin Dharma dulu ya. Kalo udah tidur, nanti aku masak. Nggak ada yang boleh beli makan pokoknya aku yang masak loh!" cicit Vanessa lagi, bersemangat.

Dasar gadis bodoh. Dikasih enak tak perlu copot-repot dengan minyak dan segala macam hal di dapur yang bisa membuat tangannya terluka malah memilih tetap masak. Heish. Beginilah kalau hidup tidak dengan wanita dewasa. Mereka tidak tahu bagaimana harus memprioritaskan waktu dan hidup mereka, Reiko memang belum menangkap satupun di sini selain betapa merepotkannya hidup bersama dengan Vanessa.

Wanita yang dinikahi di usia remaja.

"Jangan tinggalkan Dharma sendirian. Kalau dia jatuh dari tempat tidur bagaimana?"

Hahha, bener dugaanku kan. Pasti dia akan ribet banget mengurus wanita dengan beda umur terlalu jauh. Menyusahkan. Manja. Banyak maunya. Tidak bisa berpikir dewasa. Selalu saja bertentangan pemikirannya dengan pria dewasa. Hanya akan merepotkan diri sendiri. cih.

Lagi-lagi Reiko sangat yakin sekali di dalam dirinya kalau sebetulnya suami Vanessa menurutnya tidak akan pernah bahagia seutuhnya dengan Vanessa.

Hal ini karena Reyhan tidak terima kalau Vanessa di dapur sedangkan anaknya sendirian di kamar.

Sungguh menggelikan bagi Reiko.

"Ya udah kalau gitu bang Rey jagain dong anak kita di kamar, biar aku masak."

"Vanessa, tidak bisa."

Namun sebelum Reyhan menjawab, Hartono memotong.

"Reyhan." Mata Hartono kini menetap serius pada menantunya. "Kebetulan sekali kamu ada di sini. Papa bisa mengajakmu bicara dulu sebentar di sini?"

Tapi sayangnya Hartono mulai kepikiran sesuatu yang lain yang membuat Reyhan pun mengangguk, meski bingung apa yang mau dibicarakan oleh mertuanya itu. Dan ini juga menarik untuk Reiko

Kenapa pak lek-nya mau Reyhan ada bersama dengan mereka?

Reiko belum kepikiran juga apa maunya Hartono.

"Kita beli aja makannya Nessay. Kamu jaga Dharma aja di kamar."

Tapi Reiko tidak bertanya apapun karena saat ini obrolan suami istri dihadapannya itu masih belum mencapai mufakat.

"Iya. Tapi kalo gitu, ntar kalo Dharma bangun, nanti aku ajakin ke dapur aja ya, Bang Rey?"

"Jangan. Di dapur kan bahaya, Nessay. Dia belum ada dua tahun loh, masih suka ngegeratak."

Aduh, jangan sampai aku tertawa. Ini akan mengganggu mereka dan akan membuatku malu. Salah sendiri dia kenapa mau menikah dengan bocah, gumam Reiko, sungguh tak tahan mendengar drama keluarga itu masih terus berlangsung tapi dia dengan susah payah menahan dirinya untuk tidak tersenyum dan terlihat biasa saja.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now