Bab 79. BRAVEHEART

53 5 0
                                    

"Bee --"

Apa yang harus aku katakan padanya? Haduh, gawat ini, Bee bisa salah paham dan menyangka macam-macam.

Jelas saja Reiko kebingungan, panik, nge blank. Dia tidak melakukan preparation untuk ini. Seperti retak kepalanya, tak bisa berpikir.

Sungguh kehadiran Brigita membuat dirinya tak bisa konsentrasi.

"Maafkan saya nyonya Brigita. Ini bukan salah pak Reiko dari awal ini adalah kesalahan saya."

Entah apa alasannya tapi suara seorang wanita terdengar, membuat semua pandangan mata mengarah padanya dan hati Reiko makin tak nyaman.

Sssh, mau bicara apa wanita ini? Apa dia ingin balas dendam padaku soal kesalahpahaman tadi yang tak seberapa dan ingin menghancurkan hubunganku dengan Bee? Awas saja dia. Reiko tak tahu tapi dia sudah menatap penuh kekhawatiran campur kemarahan. Takut Aida melakukan sesuai yang dipikirkannya.

"Apa yang terjadi?" tanya Brigita, tak sabar, sambil menatap Aida sinis.

"Saya minta maaf pada Anda nyonya Brigita karena sudah menjadi orang ketiga diantara anda dengan Pak Reiko, padahal seharusnya saya bisa bilang kalau saya punya kekasih, yaitu WA-LU-YO."

Aida bicara dengan memberikan penekanan di nama itu dan matanya pun berpaling dari Brigita, melirik tajam pada Reiko.

"Saya tidak melakukannya. Saya yang greedy ingin uang banyak dan kemilau harta justru menerima lamaran dari Romo Adiwijaya," barulah selesai dia mengatakan ini bibir Aida tersenyum sinis pada Reiko. Tak lama, barulah dia mengalihkan pandangan matanya ke Brigita yang masih memindainya.

Wajah Aida kembali terlihat tanpa ekspresi.

"Seharusnya saya tidak menjadi pengganggu hubungan kalian berdua dan membuat Anda harus minum obat-obatan untuk menghilangkan depresi. Ini semua salah saya. Makanya, saya jamin kalau saya tidak akan menjadikan masalah ini sebagai alat untuk memberitahukan hubungan Anda dengan Pak Reiko dan menyelamatkan diri saya sendiri dari kemarahan Adiwijaya."

"Sayang, jadi kamu mengatakan itu padanya?"

"Ehm."

Tentu saja Reiko tidak bisa bicara apapun hanya mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi menatap Aida di saat Brigita turun dan langsung merangkul lengan kekasihnya.

"Terima kasih sayang."

Mmuuuah.

Sebuah kecupan pun diberikan oleh Brigita pada Reiko yang belum bisa berkata apapun.

"Wanita kampung ini memang pantas kamu beri peringatan. Dan kalau dia tidak mau mendengarkan apa yang kamu katakan dan berusaha menjebak kita lagi,"

Kini wajah Brigita melirik sinis sebentar pada Aida sebelum kembali tersenyum pada Reiko dan melanjutkan ucapannya

"Jangan cuma membuat tangan dan kakinya berdarah-darah begitu. Aku rasa sebaiknya kita memotong tangan kaki juga lidahnya. Kalau perlu penggal kepalanya."

DEG

Berdarah?

Yah, Reiko memang tidak menyadari apa yang sudah terjadi pada Aida.

Makanya sekarang barulah pandangan matanya tertuju pada wanita yang membuat bulu kuduknya bergidik

Ya Tuhan apa yang aku lakukan padanya?

Mata Reiko pun melihat betapa banyak luka yang ada di kaki dan tangan Aida. Sesuatu yang membuat dirinya tak mengerti bagaimana dia tidak memperhatikan itu semua? Dari mana kemarahannya itu semua datang?

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now