Bab 96. SULIT

46 4 0
                                    

"Orang itu bicara mulutnya tajam sekali. Apa dia tidak pikir kalau apa yang dia katakan itu bisa merusak mental orang lain kalau orang itu gampang jatuh mental dan punya masalah mental?"

Aida sampai geleng-geleng kepala ketika melihat Reiko memang sudah keluar dari kamarnya menuju ke pintu depan untuk menyambut dokter yang tadi dia panggil.

Tapi ini tidak menutup pikiran Aida untuk memaki dalam benaknya.

"Untung saja aku punya iman. Aku tidak percaya begitu saja dengan apa yang dia katakan. Aku tahu Tuhanku pasti punya alasan sendiri membuat aku punya penyakit ini. Dan Dia punya alasan kenapa aku harus seperti ini dan ada satu keuntungan lagi aku tidak menggoda pria dengan bagian tubuh itu, kan. Berarti ini akan mengurangi hisabku nanti di akhirat."

Jujur Aida memang kesal dan apa yang dikatakan Reiko ini juga menggores hatinya. Tapi dengan keimanan yang lebih besar di dalam jiwanya, Aida mencoba tetap positif, membesarkan hatinya.

"Lagi pula nanti kita lihat saja Pak siapa yang lebih menderita di akhirat? Anda atau saya? Anda dengan teman zina Anda atau saya yang berusaha untuk menjaga diri saya? Cih." Masih menggerutu Aida.

Ya dia memang tidak bakal menang di apartemen itu melawan Reiko.

Tapi bagaimana di luar nanti setelah mereka berpisah?

Lalu nanti, di akhirat bagaimana kondisinya? Tidak ada yang tahu juga akan seperti apa. Tapi setidaknya, dia tidak berzina bukan?

"Tubuhku." Aida bergidik mengingat sesuatu saat menunduk. "Bener-bener aku harus mandi pakai tanah dan dibilas tujuh kali. Tubuhku disentuh olehnya, haaah."

Dan tetap saja ini menjadi momok tersendiri untuk Aida. Keadaannya sekarang ini memang sangat mengganggu dirinya. Aida benar-benar tidak suka.

Tapi apa yang dia bisa lakukan pada tubuhnya sekarang?

"Haaah, tak ada selain bersabar sampai kondisiku lebih baik," keluh Aida yang tak bisa apa-apa.

Lagian kenapa sih hanya kena beling aja bisa sampai seperti ini lukaku? Apa memang kondisi tubuhku serentan inikah? bisik hati Aida ketika pintu terbuka. Di saat yang bersamaan

Klek.

"Halo selamat pagi."

Dan seorang dokter cantik lebih dulu menyapa ketika wajahnya ditatap Aida. Dia bahkan belum melangkah masuk ke dalam.

"Silakan dokter Silvy, masuklah."

Barulah selesai Reiko memberikan izin, sambil memberikan sebuah senyum terurai di bibirnya dokter Silvy mendekat pada Aida.

"Selamat pagi dokter."

Di saat yang bersamaan Aida dengan sopan membalas salamnya tadi.

"Ini semua kemarin karena kesalahan yang saya buat, dokter Silvy." Reiko langsung bicara.

"Kalau tidak, Aida tidak akan terluka kaki dan tangannya dan ini pecahan belingnya saya lihat tadi belum keluar semua,"

Huh dia menyebut namaku tadi? Ucapan Reiko yang membuat Aida diam sejenak.

Dia mengakui kesalahannya?

Aida tak habis pikir kalau Reiko akan jujur. Aida tadinya juga bertanya-tanya apa yang akan dikatakan Reiko pada sang dokter.

Aida tak menyangka.

Makanya,

"Eh, enggak kok, bap--"

"Mas sudah jelaskan pada dokter Silvy kalau kemarin kamu terkena beling dan pecahan itu karena Mas numpahin mangkuk krim sup panas itu. Dan itu juga yang bikin kamu ngambek sama Mas, dikira Mas sengaja ngelakuin itu sampai kamu tergelincir. Kaki dan tanganmu terkena pecahan beling dan krim sup panas."

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now