Bab 129. TAK ADA NIAT MENGUPING

31 3 1
                                    

Jangan bodoh Aida. Tidak mungkin dia memikirkan tentang dirimu. Yang ada di benaknya hanyalah bagaimana kalau dia ke Bali, dokter Silvy datang ke sini. Aida mencoba untuk berpikir jernih.

Di saat yang bersamaan:

Brigita: Jadi kamu tidak mau datang menjemputku ke sini? Sibuk sekali, kah?

Reiko: Jangan mancing-mancing lagi, My Queen.

Cih. Mancing-mancing? Pasti mereka ingin membicarakan sesuatu yang manis-manis begitu kan? Kenapa juga harus mengotori telingaku kalau mereka ingin melakukan itu? Ish.

Mana Aida tahu apa yang dimaksud Reiko dengan memancing-mancing.

Yang dia pikirkan melihat wajah pria itu senyum-senyum tentu saja sesuatu yang mengarah ke pikirannya yang satu lagi.

Meskipun:

Brigita: Hihi, aku nggak mancing-mancing kok. Aku cuma penasaran aja seberapa care kamu sama aku sayang. Dan seberapa peduli kamu sama aku sama yang aku lakuin tadi malam.

Reiko: Hmm... memikirkanku?

Hahahha. Jadi dia senang karena wanitanya tadi malam memikirkannya? Harusnya aku berteriak di sini kalau dia tadi malam menghabiskan waktu di kamarku. Masih baik aku merasa berhutang budi tak mau meneriakinya yang mengotori mataku. Sial sih. Kenapa nelponnya nggak di luar aja? mencemari telingaku, geram Aida.

Brigita: Kalau yang itu nggak perlu ditanya. Tapi aku memikirkan sesuatu yang lain untuk masa depan kita sayang.

Reiko: Apa tuh?

Tak ada clue untuk Aida dan sungguh saat ini dirinya mengumpat hatinya sendiri karena merasa kalau dia menguping. Aida tak suka, tapi memang itu terdengar di telinganya.

Brigita: Sayang, aku sudah melihat semua yang ditunjukkan oleh Tommy.

Reiko: Ah, iya bagaimana?

Mimik wajahnya berubah? Sepertinya pacarnya marah ya? Ah bodo amatlah.

Aida mana tahu apa yang ada dalam benak Reiko. Dia hanya melirik dan menebak-nebak sendiri saja tapi sebetulnya Reiko tidak marah pada Brigita. Hanya tak menyangka kalau akan ada pembahasan seperti ini pagi itu.

Ingin rasanya Reiko juga menyuruh Brigita untuk berhenti bicara. Lagi pula ini masih terlalu pagi untuk membicarakan bisnis.

Brigita: Aku tadi malam sendirian di kamar dan aku mikirin bener-bener. Semua yang kamu katakan itu, sayang dan aku membandingkan sikap Tommy. Aku juga cerita padanya kalau aku punya kekhawatiran.

Tapi terpaksa Reiko harus menjadi pendengar yang baik, karena Brigita sudah mulai bicara.

Reiko: Kamu bilang tentang perasaanku soal bisnis itu juga?

Brigita: Iya, sayang. Aku mengatakan padanya kalau kita belum punya uangnya dan aku bilang juga kalau aku heran kenapa dia masih menunggu kita dan tidak menghubungi investor yang lain saja.

Reiko: Lalu bagaimana?

Hubungan mereka memang jauh sekali, mereka membangun usaha mereka bersama. Aida menangkap sesuatu kembali dari keseriusan Reiko.

Brigita: Kalau memang kita mau mengambil kesempatan ini, Shandra dan Tommy sebenarnya hanya ingin aku untung juga. Dia tidak mau hanya sukses sendirian. Dia ingin membantu membesarkan nama perusahaan kita. Jadi, Tommy bilang dia tidak keberatan kalau perjanjian itu dibuat atas nama perusahaan kita, BIA dengan perusahaan MTC. Berarti itu atas nama perusahaan kita, bukan atas nama perusahaan Tommy dan dia yang akan menjalankan semuanya pakai nama kita, karena keuangan tetap dari kita di awal dan kita yang akan pegang uangnya. Dengan begitu, dia tidak akan menipu kita, sayang. Kamu ngerti kan maksudku?

Bidadari (Bab 1-200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang