Bab 125. SAMA-SAMA TAHU

29 5 1
                                    

"Saya biasa bangun jam segini emang Pak. Nah Bapak ngapain?"

"Aku juga biasa bangun jam segini ngurus kerjaanku." Reiko bicara sambil menunjuk berkas-berkas dan laptop yang kemarin dirinya bawa dari ruang kerjanya lalu tangannya kini bergerak menyalakan lampu.

Lupa aku dia polosan. Aida tentu saja langsung melengos, dia tidak mau melihat seseorang yang tadi ditatapnya saat kamar terang benderang.

Tadinya hanya lampu Aida yang menyala, sehingga hanya remang-remang.

Apalagi dia berdiri mau pake handuk sepertinya kan? Sial sih, untung cepet aku selametin mataku.

Aida masih tak berniat untuk bicara karena membayangkan apa yang dilihatnya tadi malam berhasil membuat tubuhnya terasa panas.

Sungguh keadaan yang tak ingin diingat ingat olehnya. Namun sayangnya ...

"Bapak mau ngapain?"

Aida pikir Reiko bakalan langsung pakai baju, tapi pria itu justru mendekat dan menuju ke sisi samping kirinya masih dengan penampilannya yang seperti tadi malam.

"Mau ke kamar mandi dulu nggak?"

Memang Aida bangun selalu ke kamar mandi dulu. Hampir saja dia melupakan sesuatu yang memang tidak pernah dilewatkannya.

Malas sebetulnya tapi Aida pun mengangguk pelan saat keinginan mengosongkan kandung kemihnya terasa.

"Nah makanya aku ke sini."

Reiko ingin mengangkat tubuh Aida

Tapi

"Bapak pakai baju dulu saja."

"Ya aku juga mau ke kamar mandi. Ngapain pakai baju?"

Sudah dibilang tak ada guna berdebat dengan Reiko kan? Meskipun kesal dan menggerutu dalam hatinya tapi bisa apa Aida kalau pria itu mau mengangkatnya tanpa salin dulu?

Fuuuh, sejak aku tahu siapa dia dan apa yang dia pikirkan tentang hubungan ini, aku sama sekali tidak ada minat kalau dia bakalan menggendongku kayak gini, apalagi tanpa baju dan kulit kami menempel.

Aida memaksakan dirinya berpikir positif saja meski hati tak mungkin bisa bohong. Dia kesal, dan hanya mengkakukan tubuhnya saat suaminya membawa ke kamar mandi.

"Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gini?"

"Bapak punya cita-cita jadi perawat atau jadi dokter nggak kesampaian bukan?"

"Udahlah jangan banyak omong. Cepat lakukan apa yang mau kamu lakukan."

Lagi-lagi Aida terpaksa melakukan kegiatan biologisnya yang sebetulnya sangat memalukan kalau diperhatikan oleh orang lain seperti ini.

"Hyaaaak." Aida langsung memekik di tengah-tengah dia mengosongkan kandung kemihnya. "Ngapain bapak buka handuk?" Aida sudah membuang wajah di saat Reiko mendekat, mengambil jet spray untuk membersihkan bekas sisa-sisa cairan Aida. Tentu saja dengan tubuh polosnya.

"Bersihin ini. Kamu mandi sekalian aja ya, biar pagi nanti aku gak perlu mandiin kamu lagi."

Glek.

Sambil menelan salivanya Aida menggelengkan kepalanya.

Tapi sekuat apapun aku berontak dan memakinya tetap saja dia tidak akan pernah mendengarku. Dan sekarang, ini namanya kami mandi berdua kan? Aida hanya bisa melengos ketika dirinya tahu percuma saja dia mengeluh dan mengomel. Lima menit dia melakukan itu dari tadi tetap saja pria itu tidak mau peduli.

Dan ini lebih buruk daripada tadi malam. Kemarin malam dia memandikanku masih dengan bajunya dan sekarang dia memandikanku ...,

Tak tahulah Aida ingin mengomel apa lagi. Tenggorokannya terasa kering sudah memaki berkali-kali. Belum lagi pikirannya juga penat memikirkan kata apa lagi yang belum dia keluarkan di hadapan pria itu? Ya mungkin hanya kata-kata dari kebun binatang yang bila Aida mengingat bagaimana Reiko mengurusnya dari kemarin dia tak tega juga mengeluarkannya.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now