Bab 97. BILANG SAJA KE SAYA

56 7 1
                                    

Oh Ya Tuhan, terima kasih sesuai dugaanku, dokter ini cukup baik dan sangat pengertian denganku. dan Engkau mengabulkan permohonanku, Tuhan, bisik Aida di dalam hatinya merasa lega ketika Silvy memang hanya mengecek menggunakan jalur yang diberikan oleh Aida. Dia tak membuka kancing lainnya.

"Perutmu kembung juga ya? Apa kamu punya penyakit maag?"

"Aida tidak makan semalaman karena saya pergi dokter Silvy. Saya baru sampai tadi pagi dan dia tidak minta tolong pada siapapun untuk mengambilkan makanan di dapur atau menghubungi siapapun."

"Ah, pantas perutnya kembung Pak Reiko. Nanti kasih makan yang lembut dulu ya sebelum makan berat."

Dokter itu bicara ramah dengan Reiko dan dia tidak membedakan antara Aida dan Reiko tutur katanya.

"Iya, baik dokter Silvy."

Jawaban yang lagi-lagi membuat Aida mengumpat dalam hatinya.

Bisa-bisanya dia seramah itu? Memang orang ini pintar sekali ya buat berperan sandiwara. Harusnya dia mendapatkan nominasi award, sindir di hati Aida melihat Reiko yang menunjukkan sikap manisnya, sama seperti dulu Aida pertama kali bertemu Reiko dan ini yang selalu membuat Aida kesal kalau mengingatnya.

"Kalau begitu saya kasih anastesi dulu ya ke istrinya, Pak Reiko. Saya akan coba keluarkan semua beling yang kecil-kecilnya dan ini akan makan waktu lumayan lama juga."

"Baik dokter."

"Pak, saya bisa minta tatakan seperti mangkuk kecil, alumunium bowl kecil atau apa gitu untuk menaruh pecahan belingnya?" pinta Silvy lagi yang tentu saja tak membawa perlengkapan seperti itu bersamanya.

"Sebentar saya ambilkan dulu dokter."

"Fuuuh." Sesaat selesai bicara, Reiko keluar dan di saat itu juga Aida menghempaskan napas pelan, masih terlihat biasa di hadapan sang dokter. Aida tak menunjukkan suatu tindakan yang berlebihan.

Tapi,

"Kalau mbak Aida merasa di KDRT nanti bilang saya supaya saya bisa mengadukan ini ke pihak berwajib."

Glek.

Pernyataan Silvy membuat Aida menengok padanya dan menelan saliva sambil menggelengkan kepala.

"Enggak kok dokter." Aida menyuguhkan senyum, terlihat tak lepas dan canggung.

"Yang dikatakan sama mas Reiko itu benar. Nggak ada yang salah kemarin itu saya memang lagi marah-marah di dapur karena mas Reiko mau berangkat keluar kota padahal saya pengen banget nonton film titanic yang lagi di putar di bioskop. Kata mas Reiko itu film lama, padahal jaman film itu dibuat saya kan belum lahir, jadi sayanya ngambek-ngambek, bawa mangkuk ga bener, eh kesenggol mas Reiko, jadi jatuh piringnya, saya kena beling karena panik dan kepleset."

Wah waaaaah, bisa begini aku buat skenario dadakan? Keren banget. Hahaha. Ikutan gila sepertinya aku.Aida menyindir dirinya sendiri yang bisa-bisanya memberikan tipuan ke dokter yang tampak baik hati itu.

Malu rasanya Aida menipu Silvy.

"Jadi luka-luka ini bukan unsur KDRT?"

Silvy sambil menyuntikkan cairan anestesi lokal untuk tangan Aida dia mengkonfirmasi ulang.

"Bukan dokter."

Padahal mah iya. Dia KDRT gara-gara dia marah sama pakde-ku. Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa berpikir kalau aku akan mengambil semua hartanya dan pergi dengan kekasihku. Mungkin yang ada di dalam otaknya itu hanya harta dan harta kali ya? bisik dalam hati Aida lagi yang sebenarnya menyetujui apa yang dikatakan Silvy dan jujur saja dia merasa agak tenang ada yang peduli padanya, meski dia tak bisa cerita.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now