Bab 116. MENGOTORI TELINGAKU

34 4 1
                                    

"Siap Pak."

"Eish, jangan bicara!"

Reiko menaruh jari telunjuknya di bibirnya sendiri untuk melarang Aida mengeluarkan satu kata pun bahkan untuk menjawabnya.

Teman bisnisnya kah?

Aida mencoba nebak-nebak siapa yang sedang diajak bicara oleh Reiko di saat pria itu sudah melihat layar handphonenya lagi dan mencet tombol hijau sebelum menempelkan handphonenya ke telinga.

Reiko: Halo Bee. Gimana liburannya my Queen?

Ah, ternyata telepon dari kekasihnya. Tapi kenapa dia menelpon di hadapanku? Aida sempat bertanya begini

Oh iya aku dan dia tak ada hubungan apapun. Jadi dia menelepon kekasihnya di hadapanku juga tak masalah kan. Kesimpulan yang dibuat Aida lagi di saat yang bersamaan Reiko juga mendengar suara di ujung telepon sana.

Brigita: Sayang. Makasih untuk surprise yang kamu berikan ke aku yaaaa. Happy Valentine juga untuk kamu cinta. Ya ampuuuuun aku nggak nyangka kalau kamu bakal ngasih semua surprise ini buat aku. Seneng banget aku ngelihatnya pas masuk kamar, cape abis explore Bali dan ini semua benar-benar bikin aku speechless, ngilangin cape aku, nyejukin mataku juga.

Brigita menjawab cepat dan dia menceritakan semuanya yang membuat senyum di wajah Reiko terlihat mengembang. Pria itu terlihat bahagia. Di saat itulah,

Seperti itukah wajah bahagia seseorang yang mendapat telepon dari kekasihnya? Sama seperti rasa bahagianya aku kalau ibu telepon dan kasih kabar yang menentramkan hati, bisik hati Aida karena diam-diam dia hanya bisa mengamati saja perubahan mimik wajah Reiko tanpa mendengar apapun yang dibicarakan oleh keduanya karena sekarang Aida duduk agak jauh darinya. Untuk mendengar terlalu sulit. Lagi pula Reiko sendiri sudah mengecilkan suara telepon itu karena saat mengangkat, dia juga memencet tombol untuk mengecilkan suara di samping handphonenya saat Reiko bicara.

Reiko: Kamu suka nggak, Bee?

Tanpa menatap Aida. Dia sudah terlarut dengan suara wanita di ujung sana.

Brigita: Suka bangeeeet, sayang. Makasih ya. Aku bener-bener nggak nyangka kalau kamu nyiapin ini. Soalnya kamu bilang tadi kamu banyak urusan dan aku pikir kamu juga lupa kalau hari ini tuh hari Valentine.

Reiko: Nggak mungkinlah aku lupa. Happy Valentine my Queen. All my life, all my love, all just for you, my Bee.

Heish, ngotor-ngotorin telingaku saja harus mendengarkan obrolan mereka. Tak ada seorang muslim yang mencintai keluarganya lebih dari mencintai Tuhan dan Rosul-Nya. Gila ni orang, tapi biarlah, dia juga tiap hari bikin dosa terus. Hiiiii, naudzubillah, bisik hati Aida yang memang tak tertarik sama sekali mendengar obrolan ini.

Tapi Aida mencoba bersabar karena tak bisa ke mana-mana juga.

Tangannya satu nelepon, tapi tangan kirinya, masih aja mijit kakiku, heish orang ini, bisik hati Aida. Dia memang tidak menunjukkan ekspresi wajah apapun sih. Hanya mencoba membuang wajahnya saja tidak mau memperhatikan Riko.

Dan membiarkan obrolan itu berlangsung di saat yang bersamaan,

Reiko: Udah kamu nggak usah khawatir. Nggak nyiapin apapun untukku juga gak masalah sebenernya, sayang. Aku minta maaf juga ya, aku nggak kasih kamu kado apapun, nanti kadonya nyusul ya. Pas kamu udah pulang ke sini. Soalnya tadi aku kan cari surprise yang gampang aja bisa dilakuin sama pihak hotel. Aku nggak berani pesan apapun di sana.

Dua-duanya sudah bucin begini harusnya mereka menikah saja tidak perlu menjadikan aku di tengah-tengah mereka. Apa perlu ya aku bilang sama Romo kalau dia memang mencintai wanita itu? Ah tapi sekolah Lingga gimana? Terus sakit jantung kakeknya gimana? hati Aida galau.

Bidadari (Bab 1-200)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα