Bab 174. SERPIHAN HATI YANG RETAK

35 3 1
                                    

"Permisi saya mau membersihkan apartemennya!"

"Eehm, i-iya."

Orang yang tadi membuka pintu itu memang sepertinya sudah hapal pin apartemennya karena memang sudah sering membersihkan apartemen tersebut. Tentu saja Aida menjawabnya agak sedikit kaku tadi tanpa persiapan diri.

Ya ini udah tengah hari! Dan waktunya housekeeping untuk datang. Untung saja aku keluar tadi pakai kerudung.

Aida lupa akan kehadiran housekeeping, dia pun tersenyum dan mengangguk meminta mereka untuk membersihkan dari lantai atas dulu baru lantai bawah dan setelah semuanya selesai di lantai bawah, baru membersihkan kamarnya sehingga kamar Aida yang terakhir ini bisa membuat Aida menunggu cuma sebentar di luar dan dia tidak harus melihat housekeeping bolak-balik bekerja dan berinteraksi lebih dengan mereka.

Dia bahkan tak harus lama-lama di luar kamar yang terhubung dengan CCTV itu.

"Kenapa dengan diriku? Seperti aku memang menunggunya kembali sampai pikiranku tak pernah bisa menghilangkan wajahnya?"

Kesal hati Aida sebenarnya, dia tak ingin menunggu orang itu.

Tapi memang dia tak bisa berbohong dalam hatinya juga ingin tahu kemana Reiko pergi.

"Tentu saja dia bekerja!"

Lalu Aida tersenyum simpul sambil menyiapkan baju yang ingin dicucinya, karena dia mencuci sendiri nanti rencananya. Saat housekeeping membersihkan kamarnya, Aida akan membawa pakaian-pakaian itu ke dapur supaya bisa dibawa ke ruangan cuci.

"Apa mungkin karena dia terlalu kesal padaku karena sikapku di depan keluarga Prayoga kemarin makanya dia sengaja mengerjaiku seperti ini?" cuma pemikiran Aida yang overthinking.

"Hahaha!" sebenarnya dirinya tertawa karena tidak percaya dengan pikirannya sendiri.

"Tapi baguslah, aku tak peduli lagi dengannya! Aku harus bicara ini dengannya dan aku harus memastikan kalau dia tidak akan lagi datang ke kamarku karena semuanya sudah selesai. Dia tak perlu lagi merasa bersalah!"

Aida jadi semakin emosi. Dia meyakinkan semua pemikirannya itu benar meskipun sekarang seperti orang bodoh dia bicara sendiri, kesal sendiri dan terus-terusan mengomel menggerutu sendiri.

Entahlah tapi perasaannya tidak enak. Rasanya kesal. Bibirnya memang tidak bicara banyak dan tawanya hanya kecil dan mungkin hanya bisa didengar oleh telinganya sendiri saat makian dalam hatinya masih tetap ada ketika Aida mengurus cuciannya.

"Permisi semuanya sudah selesai."

"Oh ya, terima kasih ya!"

Mungkin kalau tidak disapa seperti itu, Aida masih terlarut dengan omelannya barusan yang memang tak terdengar oleh housekeeping.

Mereka kini sudah mau pamit. Makanya Aida tadi membalas dengan senyum ramah sebelum keduanya menuju ke arah pintu apartemen.

Memang enak sih aku jadi tak harus membersihkan detail semua tempat ini. Ya setidaknya dia masih sedikit baik padaku ya?

Tak banyak kata keluar dari bibir Aida. Dia hanya mengangguk saat mereka berdua sudah keluar dari pintu. Memang Aida tidak mengantarnya sampai pintu karena dia tidak mau terlalu banyak berjalan kaki.

"Selesai sudah! Tinggal membawa barang-barangku saja ke kamar!"

Lega hati Aida.

Semua pekerjaannya sudah selesai dan memang dia tidak harus melakukan apapun karena ada housekeeping dan kini dengan membawa semua baju bersihnya Aida berjalan pelan menuju kamarnya tentu saja dia sudah berjalan hampir normal.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now