EXTRA CHAPT 1

3K 455 106
                                    

Suara langkah kaki yang mengayun pelan terdengar jelas di telinga karena kesunyian malam sedang mendomisi.

Tak lama, sebuah papan petunjuk bertuliskan 'Kantin' terlihat. Reina dan Fero berjalan semakin  mendekat lalu memesan makanan untuk mereka.

Keduanya duduk dalam diam, melamun dengan pandangan mata yang kosong.

Reina, gadis berhoodie hitam itu tampak pucat dan kacau. Menghela berat, gadis itu menunduk lalu menidurkan kepala di atas lipatan tangan. Matanya terpejam saat merasakan sapuan lembut di kepalanya.

"Dad.. ini semua salah, Reina ya?" Tanya gadis itu dengan lirih.

"Bukan. Ini bukan salah siapa-siapa, ini semua takdir."

Bohong! Batin Reina.

"Semua salah Reina, Dad.. andai... andai saja Reina bukan saudari kembar Revin dan bahkan kalau saja Reina gak lahir ke dunia ini pasti semuanya gak bakal begini kan? Revin gak akan sengsara dan bebas, Dad dan mom juga pas--"

Fero meraup reina ke dalam pelukannya. Memeluk erat sang putri sambil mengelus punggung nya yang bergetar. "Sudah... jangan berkata seperti itu! Reina tetap puteri kebanggaan Daddy!"

Reina semakin sesenggukan, kepalanya semakin masuk ke dalam tubuh tegap sang daddy dengan kedua tangan yang meremas baju pria patuh baya tersebut. "Ta--tapi daddy pasti kecewa kan? Masih marah sama Reina! Reina tahu reina bandel, nakal, gak nurut! Hiks... hiks..."

Fero menghela panjang, metanya terpejam mengingat bagaimana wajah Reina saat pertama kali lahir di dunia ini. Sangat mirip seperti dirinya saat kecil.

"Reina... semua orang punya karakter masing-masing. Jangan menyalahkan diri sendiri. Lebih baik kamu belajar ikhlas dan memperbaiki diri. Daddy tahu, kamu itu gadis yang baik dan penurut. Cuman... kamu lagi di fase mencari jati diri. Daddy gak bisa marah sama kamu, tapi kalau kamu berbuat salah tetap akan Daddy tegur dan nasehati."

Reina mengangguk, lalu melepaskan pelukannya saat bapak-bapak tua datang membawa pesanan mereka dengan senyumannya.

Fero menghapus sisa air mata Reina lalu mengecup kening sang putri dengan lembut. "Sekarang makan dulu, jangan memikirkan hal lain. Daddy sayang kamu."

Reina hanya tersenyum tipis lalu mulai makan soto ayam, makanan favoritnya.

Revin?

Diamana Revin?

Tenang saja, pemuda dengan wajah tampan dengan luka lebam itu sedang tertidur di sofa ruangan inap Daniar. Badan Revin sendiri sedang demam, tapi menolak untuk di rawat juga. Menurut Revin, dia hanya butuh obat dan tidur saja pasti sudah sembuh.

Setelah selesai makan keduanya kembali berjalan menuju  ruang inap Daniar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah selesai makan keduanya kembali berjalan menuju  ruang inap Daniar. Reina mengecup kening Daniar lalu memilih untuk tidur di samping Revin.  Untung saja sofa disana besar hingga muat untu mereka berdua.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Where stories live. Discover now