[09] Penyelamat Tampan

14.2K 938 7
                                    

-Jangan lupa tekan vote dan komentar ya, biar cepat update- (:

Reina POV

Aku terduduk di atas WC duduk sambil menangis. Aku berhasil kabur karena ada seseorang yang menyelamatkanku dengan Chika tadi.

Tadi saat aku mencoba membangunkan Chika, pintu gudang tiba-tiba terdobrak keras, dan datanglah seorang penyelamat tampan. Pemuda itu kakak kelas, dan dia bingung ketika melihat keadaan ku dan Chika yang mengenaskan.

Aku menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada kami, dan akhirnya kakak kelas itu membawaku dan Chika keluar.

Dia tanpa merasa jijik menggendong Chika yang tak sadarkan diri menuju UKS, lalu mengantarku menuju toilet.

Menurut ku dia itu gentle. Karena selain sudah tampan, dan baik hati dia mau menunggu ku di depan toilet hingga aku selesai mengganti seragam. Sejenak aku luluh dengan sifatnya itu. Karena selama ini yang bersifat baik kepadaku hanya Papa dan Revin.

Kakak kelas itu memberikanku seragam ohlaraganya, meskipun terlihat kebesaran tapi tak apa yang penting aku sudah bebas dari bau busuk itu. Dan hidung ku sekarang malah mencium aroma maskulin dari seragam ohlaraga ini, menenangkan..

Aku menghapus air mata karena sudah cukup lega. Aku keluar dari bilik toilet lalu membasuh mukaku yang tampak aneh karena mata sembab dan hidung yang memerah.

Akh! Menyebalkan!

Setelah selesai dan mengusap wajah dengan tisu aku segera keluar untuk menemui kakak kelas itu. Karena aku merasa sudah terlalu lama di dalam toilet.

Saat aku telah sampai di luar toilet, aku bisa melihat kakak kelas itu berada tak jauh dari toilet wanita. Sedang bersender pada dinding dengan tangan yang dilipat di dada dan wajah yang menunduk. Membuat rambutnya terjatuh hingga kening.

Sejenak aku terpana, dan aku baru tersadar saat kakak kelas itu menoleh dan menatapku.

"Udah selesai?" Tanyanya sambil merubah posisi saat aku berjalan menghampirinya.

"I-- iya, kak."

"Oke, kamu mau ke UKS atau ke kelas?"

Aku bingung harus menjawab apa. Satu sisi aku ingin melihat keadaan Chika tapi aku malas harus berada di tempat yang berbau obat. Dan disisi lain kalau aku kembali ke kelas yang ada pasti aku akan bertemu dengan setan bernama Leo!

Yang ada malah dia akan menyeretku kembali menuju gudang!

"Kenapa melamun?"

"Eh?" Aku terkejut, dan tak sengaja menahan napas saat melihatnya tersenyum.

Manisnya...

"Jadi mau kemana? Biar aku antar."

"Eum, a-- aku butuh tempat yang tenang. Ka-- kak tahu tempat seperti itu tidak?"

Alis tebal kakak kelas situ terangkat sebelah, membuatku gugup dan memilih untuk membuang muka.

"Ada, aku tahu tempat itu. Ayo ikut aku sebelum kita tertangkap anak OSIS!" Kakak kelas itu mengulurkan tangannya, menggandeng tanganku dan membawaku pergi dari sana.

Aku terkejut, tapi aku menurut karena merasa aman bila berada di dekatnya.

Sepanjang perjalanan aku menunduk, was-was kalau ketemu Leo Dkk.

Jalan kakak kelas itu sedikit cepat dan lebar-lebar membuatku kesusahan. Dan--

Bught!

Hap!

Deg deg deg deg...

A-- apa ini?

Tiba-tiba dia berbalik hingga dahiku terbentur dadanya yang bidang dan dia memegang kedua bahuku.

Tidak ada jarak yang memisahkan kita?!

Membuatku tegang dan terkejut bukan main!

Dengan keberanian aku mendongak, mataku langsung bertemu dengan mata yang terlihat teduh itu.

"K-- kak?" Sumpah! Kenapa aku menjadi gugup seperti ini?

"Diam.. tak jauh dari kita ada Vidy dan Awan!" Bisiknya di telingaku, dan seketika wajahku merasa ada sapuan hangat napasnya yang berbau mint.

Awalnya aku sempat hilang kendali, tapi saat mencerna apa yang kakak kelas itu katakan langsung membuatku tegang.

Vi-- Vidy dan Awan?

Gawat! Itu kan dua manusia jelmaan setan neraka jahanam!!

Aku langsung tegang dan tanpa sengaja meremas sisi seragam kakak kelas itu erat. Aku menutup mata rapat-rapat dan menenggelamkan wajahku di dadanya.

Nyaman..

Perasaan apa ini? Dan... Kenapa jantungku jadi berdetak kencang seperti ini? Aku takut jika akan terlepas dari tubuhku, tolonglah aku!!

"Kita sudah aman! Ayo!" Dia memberikan jarak diantara kami, membuatku tak rela? Ah! Jernihkan pikiran mu Reina! Ini sama sekali bukan sifatmu.

"Kita sudah sampai!"

Eh?

Aku menoleh, menatap sekitar dan terkejut dimana kami berada saat ini. Aku baru sadar kalau sedari tadi aku melamun hingga tak tahu jika kita sudah sampai di roof top sekolah.

Aku menutup mata saat terpaan angin kencang menyapaku. Aku sungguh menikmati momen seperti ini. Tenang, itulah yang kurasakan.

"Kemarilah, nanti kamu bisa masuk angin!" Kata kakak kelas itu sambil tersenyum geli, dan tangannya yang menepuk sebuah bangku di sebelahnya.

Aku malu dan pipi ku terasa memanas!

Akhirnya aku berjalan mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Mataku sempat meliriknya yang sedang menatap depan.

Sangat tampan!

Rambut halus itu ikut bergoyang karena hembusan angin, masa tajam itu memandang lurus, sepasang alis lebat, bulu mata lentik, hidung mancung, dan rahang yang tegas, serta bibir yang indah. Semua itu dengan indahnya berada di wajah kakak kelas itu.

Aku terkejut saat dia menoleh ke arahku, aduh! Pasti aku telah ketangkap basah sedang memperhatikannya! Hah, memalukan, Reina!!!

"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanyanya dengan nada geli.

Aku menunduk malu, mencoba menghilangkan rona merah di pipi ku. "Ti-- tidak papa kak."

"Kau lucu! Siapa namamu?"

Aku menatap tangan yang terulur itu, dengan gugup aku menerimanya dengan jantung yang berdebar. "Na-- nama ku, Reina."

"Reina.. nama yang cantik."

Blushhhh!

"Apa kamu sakit? Kenapa pipimu sangat merah?"

Aduh, apa dia tidak paham jika aku sedang malu! Dan jangan tatap aku seperti itu kak! Semakin membuatku malu!

"Tidak!" Sanggah ku cepat, "kalau nama kakak siapa?"

Kakak kelas itu tergelak, "Nama ku Marcell."

Marcell...

"KENAPA LO BISA ADA DISINI, HAH?!"



-Selamat malam Minggu 🙂-

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang