[45] Benci Leo.

9.5K 601 51
                                    

Suasana begitu canggung, menyelimuti meja bundar dengan enam orang yang duduk memutari meja tersebut. Restoran yang begitu mewah membuat semua orang tau makanan disini sangat mahal dan jelas hanya orang berdompet tebal yang mengisi restoran ini.

Dekorasi yang cantik, tak membuat Reina terpukau. Malah yang menjadi objek perhatiannya adalah Jing Me, atau nama indonesianya Jenny. Mama Sakura. Wajahnya yang murni jepang membuat Reina benar-benar terpukau, begitu pula dengan Revin.

Tubuh yang langsing, kulit seputih susu, wajah yang cantik dengan rambut coklat lembut yang bergelombang apik, dan... akh! Intinya tante Jenny adalah sosok yang begitu sempurna. Seperti bidadari, apalagi wanita itu murah senyum.

Pantas saja Sakura begitu cantik, orang mamanya juga begitu cantik.

Jadi, tadi yang memanggil Leo dan Sakura adalah orang tua mereka yang baru saja tiba dari Korea. Leo dan Sakura berniat menjemput, tapi pesawat delay membuat kedua adik kakak itu mampir ke starbuck. Dan tak disangka mereka malah bertemu dengan Revin dan Reina.

Awalnya, Reina menolak ajakan makan siang kedua orang tua Leo, ya karena Reina malas dan malu. Apalagi yang mengajak itu orangtua rivalnya, Leo. Tapi, melihat tante Jenny yang memelas membuatnya menurut. Revin pun sama.

Jadilah mereka berenam makan siang bersama di sebuah restoran mewah di bandara. Dan saat itu juga Reina tau kenapa Leo begitu sombong dan angkuh, ya karena bokap nyokap nya kaya raya. Mama dan papa Leo begitu ganteng dan cantik, kalian tau lah wajah-wajah blasteran. Pastinya akan bisa membuat mu tak berkedip saat melihatnya.

Makanan pun datang, semua pun makan dengan tenang. Reina duduk di sebelah Leo, dan sesekali matanya melirik ke arah pemuda itu. Tau jika ekspresinya menunjukkan rasa tak suka.

Apa ekspresi itu di tunjukkan untuknya dan Revin? Kalau iya, Reina punya satu kata untuk Leo. Yaitu,

SIALAN!

Mendengar suara dengusan, dan refleks pemuda itu melirik samping. Seketika mata mereka bertemu, tapi dengan cepat Reina membuang pandangannya.

Revin dan Sakura sendiri seperti sedang di ambang kecanggungan. Terkadang, Sakura berpikir terlalu berlebihan hingga membuat hatinya begitu sakit.

Dia senang jika kakaknya punya kekasih setelah sekian lama menjomblo, tapi hatinya merasa tak tenang. Dia masih belum tau apa hubungan Revin dan Reina hingga membuat mereka selalu berdua. Teman atau apa?

Sakura mencoba meyakinkan diri jika Revin dan Reina hanya sebatas teman. Toh, Reina itu kekasih Leo bukan?

Dia tak tau ada apa dengan dirinya sendiri, tapi Sakura rasa dirinya sedang suka dengan... Revin. Dan tak ingin kehilangan pemuda itu.

Ah, mungkin nanti jika mereka sedang berdua Sakura akan bertanya apa hubungan Revin dan Reina agar hatinya merasa tenang.

Tak terasa mereka pun selesai makan dan menunggu dessert datang. Andra, papa Leo berdehem untuk menarik perhatian satu meja agar terfokus kepadanya.

Mereka sudah saling berkenalan tadi, dan dia sudah tau jika Leo dan Reina berpacaran. Pria paruh baya yang masih tampan itu terkejut jika anak pertamanya sudah punya pacar dan belum di kenalkan kepadanya. Dan Andra ingin memastikan sesuatu.

"Reina? Apa benar kamu kekasih anak saya, Leo?" Tanyanya dengan suara berat, ciri khas nya sama seperti Leo. Orangnya to the point.

Reina terdiam, bingung harus berkata apa.

"Pa, tadi kan sudah Leo jelaskan!" Sahut Leo cepat.

"Papa tidak tanya ke kamu. Papa bertanya pada, Reina!" Balas Andra. Membuat meja menjadi semakin canggung.

Reina membasahi bibirnya, merasa terintimidasi dengan tatapan mata papa Leo yang indah tapi sangat tajam itu.

Reina juga merasa jika kaki Leo menendang-nendang kakinya pelan di bawah meja, dan mata Leo seakan-akan mengancam akan memutulasinya jika dirinya tidak berkata, 'iya.'

Sabar....

"Iya, saya ke-- kekasihnya." Ucap Reina dengan berat hati. Membuat Leo bernapas Lega.

Senyum Andra terbit, hatinya merasa lega tau jika anaknya mempunyai kekasih. Karena ada 'satu fakta' yang jika semakin di biarkan dan jika terkuak akan menghancurkan keluarganya.

Dalam hati Andra benar-benar berharap jika Leo dan Reina memang sepasang kekasih dan dirinya merestui hubungan mereka karena dia rasa Reina gadis yang cocok untuk Leo.

---

Esoknya, Reina dengan seragam yang berantakan dan rambut yang di cepol menuruni anak tangga. Menarik kursi lalu mendudukinya. "Pagi semua." Sapanya dengan wajah lempeng.

"Pagi sayang." Jawab Fero dan Daniar kompak.

"Revin mana, ma?" Tanya Reina sambil makan roti saat tak melihat keberadaan Revin. Tumben sekali.

"Adik kamu udah berangkat dari tadi pagi. Ada urusan katanya." Tak ingin memperpanjang, Reina hanya ber-oh ria.

Reina masih memasang muka lempeng saat telinganya mendengar suara bel, tanda tak ada niatan dirinya untuk membukakan pintu. Untung Daniar sabar.

Tapi, wajah lempeng Reina yang mampu mengundang hujatan itu tak berlangsung lama saat mengetahui siapa yang datang, wajahnya langsung berubah shock.

"LO?!"

"Reina jangan teriak-teiak!" Tegur Fero yang terkejut karena anak gadisnya itu tiba-tiba berteriak sambil menggebrak meja.

Reina menelam ludah kasar, "Tap-- tapi,"

"Gak ada tapi-tapian. Kamu ini punya pacar kok gak beritahu kami, sih?" Kesal Daniar.

"Hah? Apa, sayang? Pacar?" Penasaran Fero sambil menaikkan sebelah alis lebatnya.

"Iya, hon. Dia Leo, pacar Reina. Ternyata anak kita normal gak lesibian. Hehe,"

Reina panik, benar-benar panik dan ingin sekali menendang Leo saat ini juga dari rumahnya hingga radius seribu kilometer. Bagaiman jika pemuda tampan berseragam sma itu tau jika Revin itu saudara kembarnya apalagi di rumahnya banyak sekali foto keluarganya.

Mam to the pus!

Saat Leo hendak duduk, dengan gerakan cepat  Reina mencegahnya. Merasa di pelototi oleh Reina, Leo balik memelototkan matanya dan mereka saling adu mata tanpa sadar.

"Reina! Biarkan Leo du--"

"Gak, ma! Tidak! Kita... kita... kita harus berangkat sekarang atau nanti bakal telat!" Kata reina cepat dan wajah yang pucat.

"Tap-"

"Leo juga katanya ada rapat osis, ya kan? Nah tuh Leo mengangguk, yuk berangkat. Assalamualaikum!" Ucap Reina dengan intonasi cepat, padahal Leo tidak mengangguk.  Setelah mencium tangan kedua orang tuanya, Reina gegas menyeret Leo sampai depan pintu lalu meninju keras perut kotak-kotak pemuda itu.

"Lo ngapain sih pake kesini segala pagi-pagi gini?" Teriaknya marah.

Leo terkekeh sambil mengelus perutnya, lantas dia menoyor kepala Reina pelan sebagai balasan karena berani meninju perutnya. "Ya jemput pacar lah. Udah ayo naik!"

DAMN!

Reina benar-benar membenci Leo.

Tbc ,

GILAK..
Udah jam 02.38 mata gue masih belum ngantuk. Hiks, jomblo, ga ada yang chat juga. Syalan!!

Ada yang kena 'insom' kaya gue gak?

Enaknya ngapain, 🔥😥

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang