[56] Go Home

8.7K 647 99
                                    

[02.40 AM]

.
.
.

Dengan sangat perlahan dan pelan, gadis dengan jaket sangat kebesaran itu membuka pintu samping rumahnya. Mencari jalan aman untuk masuk kedalam rumah tanpa ketahuan siapapun.

Sepi dan gelap.

Tapi jantung Reina masih berdetak cepat, dia sangat takut ketahuan jika pulang larut apalagi dengan keadannya yang saat ini.

Dengan sedikit menyeret kakinya, gadis itu berjalan masuk dengan mengendap-endap. Berusaha tak menimbulkan bunyi sepelan mungkin.

Sambil menggigit bibir bawahnya, menahan sakit. Reina berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Saat sudah sampai di depan pintu kamarnya tanpa ketahuan, gadis itu menghela napas lega. Saat tangan kananya hendak memegang handle pintu,

"Reina?" Panggil Revin dengan terkejut dan suara khas orang bangun tidur. Pemuda dengan mata sayup itu mendekati sang kakak dan berdiri di belakang Reina.

"Darimana? Momy ngomel-ngomel dari tadi! Gue sampe ketiduran nungguin lo di bawah tadi!"

Reina menelan ludah susah payah. "Ta-- tadi antri banget pas beli nasi gorengnya. Terus... terus gue tadi ke rumah temen sebentar."

Revin hanya beroh ria, "Yaudah, tidur sana!" Kata Revin sambil menguap, tak sadar dengan kebohongan Reina.

Main ke rumah teman? Hei... reina tak punya teman seorang pun kecuali Ajeng! Bahkan rumah gadis cerewet itu cukup jauh dari rumah si kembar.

Dalam hati Reina benar-benar berharap jika Revin tak sadar dan lupa dengan alasanya yang tak masuk akal tersebut.

"Goodnight!" Revin menepuk bahu Reina sekali lalu berjalan pergi menuju kamarnya.

Reina tak menjawab, buru-buru gadis itu memasuki kamar dan menutup pintu serta menguncinya.

Dia mengelus dadanya yang merasa mau copot. Dia menghela napas panjang, berjalan menuju bibir kasur. Gadia itu membuka tudung hoodie yang menutupi kepalanya.

Hoodie Leo... tentu saja karena hoodie milik Revin yang ia kenakan tadi kotor.

Mengingat itu, reina menutup matanya frustasi. Bagaimana jika tiba-tiba Revin mencari keberadaan hoodinya?? Huh!

Karena sudah sangat lelah, gadis itu merebahkan tubuhnya di atas kasurnya setelah melepas dan membuang asal sandal milik Leo yang dia pinjam. Tanpa mengganti pakaian, Reina memposisikan tidurnya seenak mungkin agar tidak melukai lukanya.

Menatap langit-langit kamar, membuat otak Reina  memutar memori-memori bersama Leo tadi. Dimana pemuda itu terlihat tulus menolongnya, tak seperti awal pertemuan mereka yang terkesan sangat buruk.

Bahkan Reina sempat berpikir, Apa Leo beneran tulus menolongnya?

Tapi dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya, menepis pikiran konyol tersebut.

Lagi-lagi Reina menghela napas, dia menyentuh hoodie hitam kebesaran yang dia kenakan saat ini. Saat hidungnya menarik napas, bau parfum khas leo langsung mengelus hidungnya.

Nyaman....

Lagi-lagi Reina menggeleng cepat, mengusir pemikiran konyol itu! Tidak.. tidak.. dia tidak boleh langsung percaya kepada cowok asing itu!!

Cukup cowok brengsek di masa lalunya saja yang membuatnya trauma, tidak untuk masa kini.

Akhirnya Reina menutup mata untuk bersiap tidur. Menyiapkan hati untuk hati esok. Alasan apa yang ia buat saat keluarganya tahu tentang luka di tubuhnya.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Onde histórias criam vida. Descubra agora