EXTRA CHAPT 2

2.9K 469 88
                                    

Hari ini adalah hari terakhir Reina bersekolah di sana, dan mungkin tidak ada yang tahu kecuali Revin. Bahkan Ajeng sendiri pun, karena Reina belum mampu mengucapkan kata perpisahan kepada sahabatnya yang luar biasa itu.

Seperti saat ini, keduanya saling terdiam karena seorang guru yang sedang menjelaskan suatu materi. Tetapi tak lama, Ajeng menunduk sedikit lama.

Reina menoleh, dengan alis bertaut dan raut wajah penasaran serta mata menajam menatap Ajeng.

Ajeng mendongak dan langsung menoleh, gadis berponi itu nyengir kuda sambil mengunyah cepat. Menutup mulutnya dengan satu tangan, seperti berpura-pura menggosok hidung.

Tau sendiri kan?

"Dasar!"

"Lo nanti ngantin kan? Mau gue kenalin sama pacar gue."

Mulut reina sedikit terbuka, "Seriuously?"

Ajeng mengangguk mantap, menelan makanannya. "Yaps, tapi jangan nikung ya. Kasihan gue, sekali ada yang mau di tikung temen. Asem banget!"

Reina menoyor kepala Ajeng keras, "Gue tampol juga tuh mulut. Gak level gue nikung lo. Mending gue ajak kawin aja pacar lo."

Ajeng mendengus kesal, mencubit kecil tapi mematikan lengan Reina. "Gue potong pala lo kalau berani."

"Sakit, Anjeng!"

"Apa?! Lo bilang apa tadi?"

Reina mengerjabkan kedua matanya lambat, "Ajeng...."

"Masa sih?"

"He em.."

TAK TAK TAK!

"Yang belakang kalau mau lanjut ghibah mending di ruang kepala sekolah sana!!! "

SKAKMAT!

...

"Sayang!" Sapa Ajeng setelah sampai di depan meja kantin yang sudah di duduki oleh dua pemuda. "Hai, Ben!"

"Oh, iya." Balas Ben, sahabat pacar Ajeng.

Kedua gadis itu duduk di depan dua pemuda tersebut.

"Kenalin, ini sahabat gue Reina. Dan Reina ini Reindra, pacar gue. Dan itu Ben, sahabat Rei." Mereka mulai berjabat tangan dengan canggung.

Ajeng, Rei, dan Ben saling berbincang dan bercanda. Sedangkan Reina hanya diam mendengarkan.

Makanan pun tiba, mereka pun mulai makan dengan obrolan ringan.

"Rei! Ambilkan gue sambal dong!" Seru Ben, membuat Reindra dan Reina sama-sama menoleh. Tapi bedanya Rei langsung meraih sambal dan memberikannya kepada Ben.

Reina merasa sedikit malu, dia pun langsung menunduk. Mengira jika Ben memanggilnya.

Ajeng menahan tawanya, yang langsung dipelototi oleh Reina.

Saat sudah selesai makan, Reina memutuskan untuk bangkit pergi dengan beralasan ingin ke toilet, padahal tidak. Dia... hanya tidak nyaman karena Ben selalu saja mengajaknya bicara dan menatapnya dengan terang-terangan.

You know lah?

Reina melangkah dan menaiki tangga satu persatu hingga menuju rooftop. Gadis itu membuka pintu besi usang yang cukup sulit untuk di buka. Setelah nya, ia berjalan santai menuju tepi rooftop.

Embusan angin kencang membuatnya menutup kedua matanya dengan rambutnya yang ikut terbang terbawa angin.

Nyaman,

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora