[06] Ternyata

15.3K 1K 9
                                    

"Maksud lo apaan?"

"Hah?" Reina tampak gugup, apalagi ketika pemuda itu membuka tudung Hoodie nya hingga memperlihatkan seluruh wajahnya.

"Maaf, gak jadi!" Reina langsung memutar badan dan berjalan menjauh dengan merutuki dirinya sendiri.

Bego bego bego... Harusnya gue langsung pergi ke Revin, gausah ke sana segala, duh!

Tapi seseorang itu tak mengijinkan Reina pergi begitu saja. Dia mengejar Reina lalu menyeret Reina agar kembali duduk di sebelahnya.

Mata seseorang itu menatap tajam Reina yang sedang menunduk. Bingung harus melakukan apa, pikir Reina.

"Kak.. gue harus pergi sekarang!" Gumam Reina setelah mereka diam cukup lama. Tak tahan juga jika di tatap seperti itu oleh orang asing. 

"Jelasin dulu maksud omongan lo tadi! Dan juga ngapain lo bisa ada disini?" Tanyanya keheranan.

Reina mengangkat wajahnya yang bingung. "Omongan yang mana, kak?"

Seseorang itu mengangkat sebelah alisnya tinggi. "Bunuh diri?"

Reina langsung mengulum bibirnya rapat-rapat. Dia menutup matanya sejenak. "Tad-- tadi gue kira lo mau bunuh diri karena pegang pecahan beling. Apalagi wajah lo keliatan suntuk banget, kak."

"Emang sebegitu keliatan ya?" Batin seseorang itu.

Seseorang itu tak bergeming, dia menatap Reina dengan menyelidik. Dan wajah adik kelasnya itu tidak menunjukkan kebohongan.

Seseorang itu menghembuskan napas, "Oke, kali ini gue maafin. Tapi jangan lupa besok ada hukuman spesial buat lo dan temen lo itu karena berani-beraninya nodain seragam gue!"

Reina berdecak kesal. "Dia bukan temen gue, kak Leo! Dan itu semua juga bukan salah gue!"

Leo! Ya seseorang itu adalah Leo, sang ketua Osis di sekolahnya.

Leo mengibaskan tangannya acuh, "Bodo amat siapa yang salah karena jelas-jelas gue liat ada kalian berdua di sana." Balas Leo sakarstik. Pemuda tampan itu bangkit, mengusap kepala Reina sekilas. Senyum misterius tak luntur dari wajahnya.

"Siap-siap, besok ya.. jangan sampai nangis!" Setelah itu Leo berjalan pergi. "Oh, ya." Leo menghentikan langkah, dia menyengrit bingung ketika melihat Reina yang sedang menjambak rambutnya sendiri.

"Ngapain Lo?"

"Eh, gak papa kok Kak. Hehe,"

Leo memutar kedua matanya malas, "Anggapan tentang gue yang mau bunuh diri itu bohong! Kalau sampai berita hoax itu kesebar karena lo, gue pastiin lo gak bakal bebas!!" Dan akhirnya Leo benar-benar pergi dengan sejuta misteri.

Reina mengerucutkan bibirnya kesal, dia menendang kaleng kosong tak jauh darinya. Dia berjalan pergi menuju tempat Revin dengan bibir yang komat-kamit.

"Sialan sialan sialan! Mimpi apa gue bisa berurusan sama orang nyebelin kayak dia? Untung kakak kelas, kalau adik kelas gue bejek-bejek gue jadiin perkedel!"

"Lama amat, sih?" Keluh Revin kesal saat matanya melihat Reina. "Napa juga tuh bibir maju gitu? Kesengat lebah?"

Reina tak menggubris, dia segera menyeret Revin pergi menuju motor. "Pulang!"

Satu kata yang terdengar perintah tanpa bantahan!

"Huhhhhh, iya!" Pasrah Revin lalu naik, dan setelah Reina naik, motor besar itu perlahan melaju.

Reina memeluk Revin erat, dia menyembunyikan wajahnya yang tampak tak bersemangat di punggung kokoh sang adik. Dia hanya butuh sandaran sebelum drama besok dimulai.

Dan tanpa sengaja juga seseorang melihat kejadian itu. Kedua alisnya menukik tajam dan sebuah kekehan ringan terdengar. Seseorang itu lantas memakai helmnya lalu pergi meninggalkan taman tersebut.

***

Pagi ini terjadi adegan seret menyeret antara Reina dan Revin. Reina sudah mengatakan jika dia tidak ingin kesekolah karena sedang tidak enak badan, tapi dengan keras kepala Revin membantah alasan itu dan menyeret Reina untuk pergi ke kamar mandi.

"Bambang! Gue bilang gue gak mau sekolah! Lepas!!" Teriak Reina saat Revin masih saja menarik tangannya. Tangan kiri Reina peregangan erat dengan pintu kamar mandi, sedangkan tangan kanannya ditarik-tarik oleh Revin.

"Harus sekolah! Ngapain juga gak sekolah? Bolos Lo?"

"Gue Lo sakitttt! Wadaw~" Reina meringis saat Revin menggigit tangannya. "Gila Lo gigit tangan gue, hah?"

"Lagi sakit apaan? Orang buta juga tau kalau Lo itu lagi sehat! Tenaga lo aja kayak kuli bangunan, gue sampe kesusahan ceburin lo ke bath up!" Revin mendelik kesal, dan kembali menyeret Reina yang sedang meronta. "Gue baru tau kalau orang sakit bisa teriak-teriak gitu ya?"

Reina terdiam sejenak, dia melirik Revin. "Jadi gue ketahuan ya?" Tanyanya polos.

"DARI TADI!"

Reina terkejut, dan saat dirinya lengah Revin langsung membopong dan menceburkannya ke dalam bath up yang sudah terisi air dingin.

Byurrr~

"REVIN... GUE SUMPAHIN LO KENA TAI BIAWAK DAN JOMBLO SEUMUR HIDUP!"

Iamfrozenn

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant