Kembar tak identik dan berbeda jenis kelamin. Mereka bernama Reina dan Revin. Revin sebagai adik yang selalu menggerutu karena menjadi adik bukannya kakak. Karena menurutnya, yang cocok sebagai kakak tuh lelaki bukan perempuan. Sedangkan, Reina akan...
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
🖤🖤🖤
Bernapas lega, akhirnya gadis cantik bertubuh putih nan tinggi itu bisa duduk manis di tribun pinggir lapangan setelah aksi di seret menyeret sahabatnya, Ajeng.
Reina tersenyum miring saat melihat Ajeng yang tengah berlari kearahnya dengan wajah memerah dari ujung lapangan. Bukan, Ajeng bukan kepanasan. Tapi dia habis bertemu gebetannya, setelah dari toilet. Karena malas menjadi nyamuk, Reina pun meninggalkan Ajeng berduaan dengan gebetannya.
Kurang baik apa dia sudah memberi waktu Ajeng berduaan. Hehe.
"Lo jahat, ih!" Damprat Ajeng, menghempaskan pantatnya di samping Reina sambil memegang kedua pipinya yang panas.
"Makasih, gue anggap itu pujian." Reina menarik turunkan kedua alisnya menggoda.
"Kampret! Lain kali jangan di tinggalin dong, malu banget gue."
"Daripada gue jadi nyamuk ya mending pergi." Ajeng mengerucutkan bibirnya lucu saat Reina menjulurkan lidah.
"Kelas kita masih lama apa? Capek gue. Enak di kelas Ac-an."
Reina mengedikkan bahunya, lalu mengedarkan pandangannya. "Mungkin bentar lagi kelas kita, tadi kelas X IPA 1 udah kan? Dan sekarang kelasnya XI IPA 1." Gumamnya.
Mata Reina seakan tertarik pada sosok kakak kelas perempuan yang sedang berdiri sambil membawa toa kecil lalu yang menyugar rambut brown panjang indahnya kebelakang.
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
[ Vidy ☝🏻]
Reina akui... Vidy memang cantik. Sangat cantik dan berwajah dewasa. Tidak seperti dirinya yang... akh! Lupakan lupakan. Reina segera menggelengkan kepala.
Kurang-kurangi insecure!
"Eh, liat deh. Kak Marcell kalau lagi keringetan manisnya nambah sepuluh kali lipat ya." Puji Ajeng dengan mata berbinar. Seperti seekor kucing yang menemukan setumpuk ikan pindang.