[64] Shofia

4.3K 486 62
                                    

Masih dengan kelopak mata yang tertutup dengan diiringi suara detak jantung yang berirama dari sebuah layar monitor, perlahan cairan bening nan hangat itu merembes keluar dari kedua sudut matanya yang tertutup rapat.

Jiwanya ingin dia segera bangun, namun itu terasa sangat sulit untuk dilakukan. Bahkan untuk menggerakkan tangannya saja dia kesusahan.

Dalam hati, dia berulang kali menyebut nama Tuhan, lalu sang separuh jantungnya, Revin, dan kedua orang tuanya.

Hingga, tak berlangsung lama saat ada sebuah tangan dingin yang menghapus air matanya dengan lembut, kesadaran nya kembali hilang.

Menghela napas entah untuk beberapa kalinya, Leo, pemuda yang tampak kacau itu berdiri di samping brankan Reina.

Melihat ada air mata yang keluar dari kedua sudut gadis itu, membuat Leo di banjiri rasa bersalah. Mengingat bagaimana kejamnya sifatnya kepada gadis itu. Untuk kedua kalinya dia merasa bersalah dengan dua gadis yang berbeda.

Pertama, mencintai gadis yang tak sepatutnya ia cintai. Dan kedua... berbuat jahat terlalu jauh kepada Reina.

Tapi Reina juga songong sih, jadi Leo tak mau terlalu banyak menyalahkan diri sendiri!

Leo mengambil kursi yang tersedia, lalu duduk di samping Reina. Menatap gadis yang sedang tertidur tenang, sambil melipat kedua tangan di dada. Menatap lekat bagaimana wajah angkuh itu sedang tertidur lelap.

Sekarang adalah hari ke tiga dimana Reina masih belum sadar diri, atau bisa dikatakan koma. Tapi karena perkembangannya yang cukup baik, gadis itu di perbolehkan dipindah di ruangan, VVIP.

Karena paman Leo adalah pemilik rumah sakit ini, membuat Leo jadi seenak jidatnya saja. Tak memperbolehkan siapapun masuk kecuali dokter, suster dan tentunya keluarga Reina.

"Lo kapan sadarnya sih? Seneng banget liat gue menderita?" Gumam Leo tidak jelas. Selain pusing memikirkan gadis itu, ia juga sibuk mengurusi persiapan osis. Dimana ia akan lepas jabatan yang mengharuskan nya selalu ada di sek9lah untuk rapat dan persiapan lainnya.

"Kalau mau balas dendam karena sifat gue yang... jahat tapi baik gak gini juga caranya!"

Leo terus saja menggerutu, berpikir jika dia mengajak Reina mengobrol apalagi sampai membuat gadis itu kesal, akan membuatnya terbangun dari tidur panjangnya. Sampai-sampai Leo tak menyadari sosok Daniar yang baru saja masuk dan mendengarkan gerutuan Leo.

Daniar sendirian, Fero sedang bekerja sedangkan Revin harus di paksa sekolah oleh Daniar. Padahal Revin ingin sekali membolos agar bisa menemani Reina.

Revin... sangat takut jika saudari kembarnya tak akan membuka mata lagi. Karena Revin juga akan mengakhiri hidupnya, menyusul Reina jika hal itu terjadi.

Setelah lima menit tak mendengar suara Leo yang seperti burung berkicau, Daniar berjalan menghampiri pemuda berhoodie putih tersebut. Hoodie besar yang menyembunyikan seragam putih dengan berbagai macam bet serta bet tertulis ketua osis.

Ya, Leo membolos.... lagi.

"Kamu beneran pacar anak saya?" Tanya Daniar to the point, berdiri di sebelah brankan Reina yang lain, di sebrang Leo duduk. Membuat Leo sangat terkejut dan hampir terjungkal.

Wanita dengan wajah lelahnya itu mengusap lembut rambut Reina yang tertutup dengan perban.

Lama Leo terdiam, akhirnya dengan mantab
Pemuda itu berkata, "Iya!"

"Apa kamu mencintai anak saya?" Tanya Daniar kembali, kali ini menatap Leo tepat di manik matanya yang berwarna hitam.

Leo bingung harus menjawab apa. Ya tuhan.... Apa yang harus dia katakan?!

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt