[80] Lo bodoh Reina!

2.4K 399 138
                                    

Jam pelajaran terakhir sedang berlangsung, tetapi  gadis dengan rambut tergerai itu sekarang sedang berjalan menuju toilet seorang diri. Berjalan tenang dengan pandangan lurus. Koridor terlihat sepi, meskipun ada beberapa suara ramai dari dalam kelas yang dilewatinya.

Reina berjalan dengan cepat, menggerutu dalam hati karena toilet masih jauh. Kepalanya tak sengaja menoleh ke kiri, dimana ruang osis berada dengan jendela yang terbuka. Dia bisa melihat beberapa anak osis yang sedang rapat, dan ah... tak lupa dengan sang ketua osis yang sedang berdiri dengan gagap. Memeperhatikan layar lcd yabg sedang menampilkan gambar. Dengan seorang gadis cantik yang sedang presentasi.

Leo terlihat keren saat berwajah seperti itu. Eh?

Reina buru-buru menggeleng kepala dan mempercepat jalannya.

Setelah buang air, Reina membersihkan tangannya. Tiba-tiba ada tiga siswi yang memasuki toilet secara bersamaan lalu mengunci pintu. Kedua alis Reina menyatu heran.

Dua diantara mereka mencuci tangan di samping Reina, satu lagi menjaga pintu. Reina menoleh saat mendengar suara pintu terbuka, ada satu orang lagi yang sekarang mendekatinya dengan wajah mengejek.

"Lo Reina kan?" Tanya gadis menor dengan pandangan merendahkan. Saat Reina membaca name tag nya bertuliskan Viviana. Sepertinya dia ketua geng.

"Ya." Jawab Reina singkat, melangkah pergi tapi bahunya di dorong keras oleh gadis yang menjaga pintu hingga Reina mundur ke belakang. Reina sekarang di lingkari oleh empat siswi.

Takut? Siapa bilang?

Reina malah bersedap dada, menatap mereka dengan datar. "Apa mau kalian?"

Mereka tertawa sinis bak penyihir, "Lo jadi cewek kegatelan banget sih! Kan gue jadi pingin garuk muka lo pake garpu kantin. Hahaha!"

"Dasar Jalang! Berani-beraninya godain Revin sama Kak Leo!"

"Bitch! Rendahan."

"Dibayar berapa lo sama mereka?"

"Kenapa diam?! Bisu atau takut, oops! Hahahahhaha. Rendahan sih."

"Udah?" Tanya Reina dingin, masih bersabar. Terlalu kebal dengan kata-kata kasar yang ditujukan untuk nya.

"Wah... songong!"

"Main-main dulu lah." Ujar Viviana, menjentikkan jarinya dua kali.

Kedua gadis itu langsung memojokkan Reina ke sudut toilet, mencengkeram erat kedua tangan Reina.

Kesabaran Reina itu tebal, jadi dia masih bisa menahan diri untuk tidak mematahkan leher mereka. Tetapi kalau tindakan mereka diluar batas, lihat saja.

Viviana mendekat, kuku-kuku panjangnya berwarna pink cerah yang terlihat norak itu menepuk pipi Reina. "Wajah lo biasa aja? Kenapa Revin sama Kak Leo bisa suka sama lo?" Gumamnya.

"Nyerahin tubuh kali, Vin. Hahaha. Ya, gak, girls?" Timpal gadis yang menjaga pintu, gadis paling pendek. Bernama Jihan.

"Hahaha, iyaps! Wajahnya aja kek pantat monyet gini masa bisa direbutin dua cowok. Apalagi kalau bukan nyerahin tubuh, Hahahhaha. Padahal ya tepos."

Reina menatap ke samping kanan, menatapnya sangat-sangat tajam. Dia bernama Lia. Lia langsung menghentikan tawanya setelah mengejek Reina, dan diberikan tatapan setajam itu.

Viviana mencengkeram dagu Reina kasar, menghadapkan wajah itu agar menatapnya. Kuku-kuku nya menancap di kedua pipi Reina, semakin lama semakin dalam hingga mengalirkan darah. Ouch, bar-bar.

Viviana menarik tangannya, membersihkannya dengan tisu. Gadis itu tersenyum puas lalu berkata, "Ah, gak sia-sia gue perawatan kuku sampai empat juta. Berguna banget! Lihat, bitch! Wajah lo jadi gak sepucat mayat kayak tadi, sekarang lebih merona alami. Hahhahahahah!"

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon