[03] Pertemuan tak terduga

17.9K 1.1K 18
                                    

Setelah mendapat wejangan dari Fero, Reina keluar dari mobil. Mobil pun berlalu pergi dan Reina berjalan menuju gerbang.

Rasa gugup dan jantung yang berdebar kencang menyergap dirinya. Matanya yang bulat menatap sekitar dimana banyak anak yang memakai atribut sama dengannya. Dan mata Reina menatap takjub gedung sekolahnya yang sangat besar.

Apa kalian juga merasakan hal itu ketika memasuki sekolah baru? Seperti gugup dan rasanya ingin kembali pulang? Hahahah,

Perlahan, Reina memasuki gerbang dan berjalan menuju lobby. Sesampainya di lobby, disana sesak dengan orang-orang seperti lautan manusia. Suara tawa keras dan ocehan semua orang menggema menjadi satu membuatnya tak nyaman.

Karena Reina sangat membenci keramaian!

Reina memutuskan untuk pergi, mencari tempat yang cukup sepi. Saat baru beberapa langkah, matanya menangkap sosok Revin yang sedang tertawa dan sedang mengobrol dengan beberapa murid baru sepertinya.

Reina tersenyum kecil, sangat kecil hingga seseorang tak dapat melihat senyuman itu. Reina lega karena Revin sudah mendapatkan teman dan mampu membuatnya tertawa. Reina juga sudah menduga jika adiknya itu akan mendapatkan teman dengan cepat, tidak sepertinya yang sudah untuk bergaul.

Merasa diperhatikan, Revin menoleh dan langsung bertatapan dengan Reina. Dengan cepat Reina membuang muka dan berjalan pergi sebelum air matanya menetes. Dia tidak mau membuat Revin khawatir dan memilih untuk mendekatinya daripada teman-teman barunya.

Saat Reina berjalan dengan menunduk tak sengaja dirinya menginjak sesuatu hingga terdengar suara mengaduh.

Reina sadar saat dirinya ternyata menginjak kaki seseorang. Reina membelalakkan matanya kaget lalu mundur. Mendongak dan menatap sesosok yang sedang menatapnya tajam dengan wajah penyesalan.

"Maaf," Lirih Reina, dia tahu dirinya salah maka harus meminta maaf.

"Lain kali hati-hati." Suara itu terdengar sangat dingin, membuat Reina merinding.

Reina hanya mengangguk, lalu kembali melangkah pergi mencari tempat yang mampu membuatnya merasa tenang.

Saat sedang enak duduk di bangku bawah pohon. Seseorang datang menghampiri, membuat Reina yang sedang melamun harus mendongak.

"Reina, kan?" Tanya seseorang itu dengan pandangan menyipit. Penampilannya tak jauh beda dari Reina, bahkan lebih konyol karena ada dua belas kepangan dirambutnya, kalian bisa membayangkannya sendiri.

"Siapa, ya?" Reina merasa familiar tapi lupa.

"Gue Ajeng! Temen lo di Bandung waktu SD kita sebangku!"

Sesaat Reina terdiam, dan begitu mengingatnya dia langsung berdiri dengan wajah berseri. "Ajeng, yang suka ngupil itu kan?Wah..." Teriak Reina heboh tanpa sadar membuka aib Ajeng.

Ajeng meringis, "Tuh mulut dari dulu gak berubah-ubah ya, Na? Asal njeplak! Malu nih," gumam Ajeng melotot, apalagi beberapa orang yang lewat tersenyum geli.

"Hehe, sorry... Astaga gue gak nyangka bakal ketemu Lo." Reina duduk kembali diikuti Ajeng.

"Iya, gue juga. Btw, Lo pindah ke Jakarta ya sekarang?"

"Iya."

Ajeng tersenyum lebar, penuh arti. "Berarti adek gemes lo itu juga dong, dia sekolah di sini?" Ajeng tampak celingak-celinguk mencari keberadaan Revin.

Reina bingung harus mengatakan apa. Dia pikir disini tidak ada yang akan mengenalnya, tapi takdir berkata lain. Tiba-tiba muncul Ajeng, teman sebangkunya saat SD dulu di Bandung. Dan sialnya Ajeng kenal dengan Revin bahkan dulu menyukai adiknya itu.

"Gimana, Na? Dia sekolah disini juga kan?"

"Eh, i-- iya. Tapi gue minta satu permintaan boleh gak?"

"Apa? Selagi itu gak aneh gue bisa. Haha." Ajeng tertawa, membuat Reina tersenyum penuh harap.

"Janji jangan bilang ke siapapun kalau gue sama Revin itu saudara kembar!" Bisik Reina, membuat Ajeng terkejut.

"Kenapa, Na? Lo malu punya kembaran kayak dia? Revin kan ganteng banget kayak Oppa Korea!" Pekik Ajeng, membuat Reina membungkam mulutnya.

"Ssttt! Panjang ceritanya." Reina duduk tidak tenang. Tapi itu tak berlangsung lama karena ada kakak Osis yang menyuruh mereka berdua agar segera menuju aula.

Dalam perjalanan Reina menghembuskan napas lega. Karena dia belum siap bercerita kepada Ajeng. Dan mungkin nanti saat Ajeng kembali bertanya dia harus punya jawaban yang pas. 

Ajeng dan Reina sudah duduk di kursi yang berada di aula. Suasana sangat ramai dan membuat Reina menampilkan wajah bete. Disampingnya, Ajeng tertawa melihat Reina.

Suara dari atas podium membuat suasana hening, dan tak lama muncul jeritan tertahan dari seluruh siswi.

"Ehem! Perhatian semuanya, perkenalkan nama saya Leonardo Spancer, dan disini saya adalah ketua OSIS . Panggil saja Kak Leo." Setelah mendengar suara dingin yang sedikit serak itu semua bertepuk tangan riang dan menyerukan nama Leo. Memuji ketampanannya yang bak dewa Yunani.

Tapi tak lama Leo turun dan di gantikan sang sekretaris OSIS yang bernama Raisa. Dan ketika Raisa naik lalu tersenyum kepada seluruh murid, siulan dan tepukan para siswa menggema.

"Eh, kak Leo ganteng banget, ya?" Seru Ajeng dengan binar dimatanya menatap ke arah Leo yang sedang berada di samping panggung dengan rekan OSIS lainnya.

Reina mau tak mau jadi melihat Leo, dan alangkah terkejutnya saat dia menyadari jika orang yang tadi dia injak kakinya itu dia, Leo sang ketua OSIS?!

"Na? Lo ngelamun?"

Reina buru-buru membuang muka, "Eh, enggak. Menurut gue dia biasa aja, sih! Gak ada wow wow nya."

Reina mengibaskan tangannya, "Ya ya ya, terserah lo aja. Tapi bagi gue kak Leo ganteng abis. Dan Lo liat tuh yang lagi ngsih informasi di atas, dia namannya kan kak Raisa. Cantik banget, anjay! Gue kalah nih. Hahahaha."

Kali ini Reina menatap Raisa, gadis itu berwajah kalem dan manis. Tutur katanya lembut, idaman semua cowok.

"Menurut gue nih, kak Leo pasti ada apa-apa sama kak Raisa. Ah, meskipun gue suka sama kak Leo tapi kalau kak Leo pacaran sama kak Raisa setuju banget deh gue. " Ajeng masih saja berceloteh tentang Leo dan Raisa. Membuat Reina makin bete saja.

Kenapa? Karena suara Ajeng itu kencang dan semakin membuat suasana aula berisik.

Saat matanya menatap Leo dan Raisa, dalam hati Reina juga membenarkan jika keduanya sangat cocok. Cantik dan tampan.

Tapi, meskipun punya wajah rupawan jika hati busuk ya percuma.

Eh? Reina segera geleng-geleng kepala saat pemikiran itu muncul. Dia tidak mau berburuk sangka dan tidak mau punya urusan dengan orang-orang seperti mereka.

TBC-

▶Jangan lupa Vote + Coment
▶Ajak teman-teman kalian baca cerita ini ya..
Iamfrozenn

01-05-2019

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें