[23] Ruangan dan Chocolat

11.5K 693 13
                                    

"Atau jangan-jangan... Lo... Suka sama dia?!"

Pletak!

Awshhh,

"Jaga tuh mulut! Mana mungkin gue suka sama dia?!" Kesal Reina, merotasikan matanya malas.

Revin menghela, "Padahal gue cuma nebak. Tapi langsung kena jitak! Sadis banget sih?"

"Salah sendiri ngeselin!"

"Mungkin maksud lo itu gue ngangenin?"

"Hoekkk!" Reina bergerak seperti ingin muntah. Membuat Revin tertawa, tangannya terulur untuk mencubit hidung Reina.

"Pesek banget sih, kakak ku ini..."

"Revin sialan! Katarak ya lo?"

"Bercanda, elah.." Revin berdiri, mengelus rambut Reina lembut. "Udah malem, mending tidur."

Reina mengangguk patuh, dia mendongak untuk menatap Revin. "Lo mau tidur di mana?"

"Di kolong jembatan! Ya di sofa lah, nyett."

"Nyebelin banget sih?! Gue tanya baik-baik juga! Udah sono pergi!"

Revin terkikik geli, "Dasar baperan!" Dia lantas membalikkan badan dan hendak pergi menuju sofa. Namun, Reina mencekal tangan Revin.

"Kenapa?"

Reina menunduk dalam, "Maaf, udah bikin repot dan khawatir."

Sekali lagi Revin memeluk Reina, dan Reina merasa hangat berada di pelukan Revin. "Sstt! Udah, lebih baik tidur dulu supaya cepat sembuh. Masalah itu tidak usah di pikirin, kan emang setiap hari elu selalu nyusahin gue!"

Reina mencebikkan bibirnya kesal lalu melonggarkan pelukan dengan kasar.

Revin mengecup kening Reina, "I love you my twins."

Reina tersenyum tipis mendengar ucapan manis tersebut. "Hm, I love you to, my twins!"

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memperhatikan interaksi keduanya dari kaca pintu sedari tadi. Dan saat melihat Revin yang akan tidur di sofa, pemuda itu pergi dari depan pintu.

◀🍑▶

Reina menghela saat melihat Revin yang sudah menutup pintu karena dia akan pergi kesekolah. Awalnya Revin menolak, dia ingin menjaga Reina. Tapi gadis itu dengan tegas mengatakan jika Revin harus sekolah. Alhasil dengan berat hati pemuda itu pergi sekolah.

Reina menatap datar seorang dokter dan suster yang baru saja masuk guna mengecek keadaannya.

"Kapan saya boleh pulang?" Tanya Reina setelah mereka selesai memeriksanya.

Dokter itu tersenyum lembut, "Tubuh kamu cepat dalam menyembuhkan luka. Dan untung saja luka kamu tidak begitu parah, jadi.. nanti malam kamu boleh pulang."

"Gak bisa siang aja dok? Atau sekarang juga boleh." Tawar Reina tak tau diri.

Dokter itu menggeleng dan pamit pergi. Tetapi Reina mencekal tangan sang suster tersebut.

"Kenapa? Apa ada yang sakit?"

"Eum.. anu, bukan!"

"Terus?"

"A-- apa waktu saya di bawa kesini ada seorang pemuda juga yang luka-luka?"

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Where stories live. Discover now