[12] Sakura

14K 857 21
                                    

Mata itu mengerjab beberapa kali, dan suara lenguhan terdengar saat dia mencoba untuk berdiri.

Leo dan Reina yang masih berada di situ langsung menatap Marcell khawatir. Reina bergerak maju dan membantu Marcell untuk berdiri.

"Thanks!" Ucap Marcell dengan parau saat Reina menyodorkan segelas air putih.

Dan Reina hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kakak udah baikan?" Tanya Reina setelah menaruh kembali gelasnya diatas nakas.

"Udah!" Tatapan Marcell tak sengaja jatuh ke arah Leo. Mereka bertatapan dan sedetik kemudian Leo bangkit dan tanpa berkata apapun dia berjalan keluar UKS. Membuat Reina heran sendiri tapi Marcell tak heran dengan itu.

"Kak, maaf ya gara-gara Reina, kakak jadi masuk UKS!" Sesal Reina sambil menunduk, dia tidak mampu menatap mata teduh Marcell yang mampu mendebarkan jantungnya.

"Eh, engga papa ini semua sudah takdir kali. Jangan kayak gini aku gak suka." Marcell berkata dengan lembut, seakan-akan kejadian beberapa jam yang lalu dan luka yang dia dapat tidak pernah terjadi.

Dan dengan pasrah Reina mengangguk.

Marcell mengangkat tangan kirinya dan melihat jam tangan hitamnya. Dia mendelik melihat jarum jam. "Kamu gak pulang? Pulang sekolah kan dari satu jam yang lalu!"

"Aku nungguin, kakak!"

"Kenapa?"

"Ya.. karena aku merasa bersalah."

Marcell menghela, sia mengacak-acak rambut Reina gemas. "Udah, sekarang jangan merasa bersalah. Ayo pulang!" Marcell turun dan langsung menggandeng tangan Reina untuk mengambil tas.

Reina tersenyum dalam diam, dia merasa kali ini dia seperti tidak merasa keberatan saat tangannya di sentuh lawan jenis. Kalau dulu, sekali orang lain nyentuh langsung tonjok hidung.

Tiba-tiba Leo keluar dari persembunyiannya saat Reina dan Marcell sudah keluar UKS dan berjalan menjauh. Dia tahu semua yang diucapkan Reina dan Marcell.

Dengan raut datar Leo menatap kedua punggung yang menjauh itu.

Sebenarnya apa hubungan kalian? Batin Leo, dia tersenyum miring lalu berbalik badan. Pergi menuju parkiran untuk pulang sambil bersiul ringan.

+,+,+

"Tumben lo pulang jam segini?" Tanya Revin saat matanya melihat Reina yang melintas di depannya.

"Kepo Lo!" Ketusnya lalu melewati Revin begitu saja menuju kamarnya.

Revin sendiri mencebikkan bibirnya kesal, dia mengunyah keripik kentang dengan brutal lalu duduk di sofa.

"Dasar kentut Than*s! Kalau ditanya selalu gak jawab. Akaoplqweseoaalaq~"

Saat sedang enak-enaknya menonton kartun busa kuning bolong-bolong tiba-tiba ponselnya bergetar.

Revin melirik ponselnya tanpa minat dan saat melihat nama kontak yang terpampang dia buru-buru mengangkat telefon itu setelah berdehem.

"Iya, halo, Mom?"

...

"Hah, kenapa harus Revin yang ganteng ini? Kan ada kak Reina?!"

...

"Hahhhhh,"

...

"Iya-iya!"

...

Klikkkk.

Menghela napas, Revin bangkit dan pergi menuju kamarnya dengan menyeret kaki setelah mematikan televisi.

Dia benar-benar mengumpati Reina dalam hati.

"REINA LO BENER-BENER NYEBELIN SUMPAH! LO TAHU KAN KALAU GUE PALING ANTI DISURUH BELI GITUAN! DASAR CEWEK JADI-JADIAN LO!" Teriak Revin di depan pintu Reina, dia menendang pintu itu lalu pergi menuju kamarnya sendiri.

Didalam kamar, Reina menahan tawa agar tidak terdengar oleh Revin. Dia mengacuhkan teriakan Revin dan kembali menutup mata untuk tidur cantik.

Revin sendiri masih menggerutu, dia menyahut Hoodie nya yang berwarna hitam lalu dompet serta kunci motor.

Dia berjalan menuju garasi dan memanaskan motor sebentar selagi dia memakai Hoodie.

"Liat aja lo gue bales entar!" Umpatnya sekali lagi lalu melajukan motor.

"Ini gue cari jengkol sama ikan teri dimana... Astaga!" Revin terus saja mendumel sambil melirik kesegala arah dan memelankan laju motornya.

Fyi, Revin itu tadi di telfon Daniar untuk disuruh beli jengkol sama ikan teri. Kenapa tidak Reina saja karena dia perempuan, dan jawabannya adalah karena si Reina otak kadal itu tidak menjawab ponsel Daniar karena dia sudah merasakan firasat buruk.

What the fu*k!

Dan akhirnya Revin yang menjadi tumbal.

"Di supermarket ada gak ya? Apa di pasar? Tapi gue gak tahu pasar daerah sini! Kalau di rumah lama, di Bandung gue juga hapal jalannya arah pasar! Bahkan sambil tutup mata dan hidung juga gue hapal!"

Fyi, Revin dulu suka main ke pasar dengan teman-temannya untuk membeli ikan cupang! Untuk diadu. Apa kalian juga pernah, haha?

Saat sedang menatap sekitar, Revin terkejut melihat seseorang yang tak jauh darinya sedang duduk di pinggir jalan sambil menangis dan melihat sikutnya yang berdarah.

Revin segera menepikan motornya dan menghampiri gadis itu.

Cantik...

Ah?! Revin menggeleng cepat dan buru-buru membantu seseorang itu untuk berdiri.

Revin membawa seseorang itu menuju halte yang tak jauh dari tempatnya dan untung saja sepi.

"Hey, kamu kenapa? Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Revin sambil menatap nanar luka tersebut.

"Jatuh!" Gumamnya sambil terus terisak, membuat Revin kalang kabut saat beberapa orang yang lewat menatapnya dengan tajam seakan-akan Revin adalah penjahat kelamin.

"Gimana kalau kita pergi ke klinik dekat sini, aku antar!"

Mata sipit yang indah itu menatap Revin ragu, dia takut jika Revin adalah orang jahat.

"Jangan takut, aku gak akan berbuah aneh-aneh! Aku hanya ingin membantu!" Ucap Revin meyakinkan saat melihat mata itu ketakutan.

Dan akhirnya Revin berhasil membujuk. Dia membantu gadis itu untuk duduk di jok belakangnya dan dia segera naik.

"Oke, pertama-tama biar kita kenalan. Namaku Revin, kamu?"

Dengan ragu gadis bermata sipit itu menjabat tangan Revin.

"Sakura."

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang