[83] Terungkap

2.7K 429 141
                                    

Gadis dengan rambut tergerai itu berjalan santai menuju kelasnya. Pandangannya lurus kedepan dan sesekali menggerutu karena koridor yang sudah ramai banyak murid. Bukannya masuk kelas malah mengobrol dan ngerumpi di depan kelas.

Kan jadinya macet, sesak! Pingin banget Reina tendang satu-satu.

Reina duduk, membuka loker meja dan terkejut saat menemukan sebuah susu banana dan roti isi coklat dengan sebuah notes. Tulisannya rapih, sedikit membuat Reina minder.

Thanks for last night, have fun!

Reina tersenyum tanpa sadar, saat menoleh dia langsung berjingkat karena jaraknya dengan wajah setan, ah, Ajeng maksudnya sangat dekat.

"Lo ngapain sih? Bikin jantungan aja!" Kesalnya, kembali ke posisi nyaman.

Ajeng nyengir kuda, merampas notes itu dan membacanya. "Dari siapa nih? Wah, sosweet banget."

"Gatau."

"Pret! Dari doi lo ya? Kak Leo yang paling ganteng itu?"

Reina berdecak, menaruh pemberian itu ke dalam loker. "Berisik lo!"

Mereka pun terdiam karena ada guru sejarah yang masuk.

...

Reina berdesis sebal saat dengan bawelnya Ajeng merengek ingin di temani ke kantin. Padahal Reina tuh lagi malas karena hari haid pertama. Tau gak? Rasanya gerak dikit bahkan batuk pelan aja langsung,

Syurrr~

Dan disinilah mereka, Reina memakan roti pemberian leo dengan anteng. Di sampingnya ada  Ajeng yang khusyuk makan soto ayam.

Mata Reina menyapu sekitar, hingga dia melihat Revin yang tengah berjalan ke arahnya. Reina tersenyum membalas senyum Revin. Tapi langsung luntur saat ada sekumpulan gadis centil yang menghalangi jalan Revin.

"Bangke!" Umpat Reina.

"Hah? Apa, Rei?" Tanya Ajeng heran.

Reina menggeleng. Dua detik berikutnya dia meringis saat ada yang menarik rambutnya keras dari belakang.

Saat menoleh ternyata Viviana dkk sedang berdiri di belakangnya dengan senyum menyebalkan.

"Maksud lo apa?" Teriak Reina saat Viviana dengan keras mendorong kepalanya. Reina langsung berdiri dan menghadap mereka.

"Gak sengaja, tuh. Hahahaha!"

"Setan!" Tajam Reina, Ajeng pun langsung menahan Reina yang hendak membalas.

"Nge gas banget, neng. Selow dong!" Teriak teman Viviana yang paling pendek, Jihan.

"Bacot lo kerdil!" Olok Reina. Kesabaran Reina benar-benar habis saat berhadapan dengan geng cabe itu. Apalagi emosi cewek haid tuh nyeremin. Senggol dikit bacok. Kelar hidup lo.

Jihan mendelik tak terima, maju dan mendorong tubuh Reina hingga membentur meja. Ajeng yang melihat itu pun tak terima, dia langsung membalas Jihan dengan mendorongnya juga. "Apa apaan lo dorong temen gue?!" Sentaknya garang. Karena mereka seangkatan makannya Ajeng tak sungkan membalas.

"Lo diem deh! Gue ga da urusan ya sama lo!" Delik Viviana. "Gue kan udah bilang dodol jauhin Leo! Kenapa semalam lo malah berduaan sama dia, hah? Ganjen banget jadi cewek!" Teriak Viviana ngotot, wajahnya bahkan sudah memerah.

Reina memutar kedua bola matanya jengah. "Hidup lo gak guna banget sih? Urusan cowok mulu lo perpanjang. Gak laku banget lo?!" Reina mendengus geli. Memasang wajah jenaka, "Lagian suka-suka gue lah mau ngapain sama Leo. Dia kan 'pacar gue'." Reina tersenyum bangga dan sombong. Sengaja, biar Viviana panas.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Where stories live. Discover now