[41] Sesak

9.7K 621 38
                                    

Semilir angin menerbangkan helaian rambut yang jatuh menutupi dahi hingga alis tesebut dengan lembut. Mata sipitnya yang indah menatap kosong, berbagai pemikiran begitu ricuh di dalam otaknya. Seakan-akan kaset rusak yang terus saja berputar.

Menghela napas, jari telunjuk dan ibu jarinya memijit pelan tulang hidungnya. Tanda dia benar-benar bingung dan frustasi.

Revin mendongak saat Figo memanggilnya, lalu mereka berdua pun keluar dari kantin dan kembali ke kelas.

Beberapa kali Revin menabrak seseorang karena tak fokus. Membayangkan Leo yang tampak serius denga ucapannya saat mengklaim Reina.. membuat Revin begitu frustasi dan deg-dengan.

Reina itu rapuh, meski jiwanya begitu kuat. Revin sangat tahu, benar-benar tahu luar dalam reina karena mereka itu saudara kembar. Bahkan masih dalam kandungan Daniar mereka sudah di takdirkan untuk bersama.

Bayangan masa lalu melintas bagai angin tornado, bagaimana wajah frustasi dan terpuruknya sang kakak saat hampir saja di perkosa membuat hati Revin hancur.

Dia takut, benar-benar takut jika Leo akan melukai Reina. Seperti orang-orang jahat waktu itu. Apalagi reputasi Leo yang... bad?

"Vin, lo fokus dong! Lagi mikirin apa sih?" Kesal Figo sambil menarik Revin agar tak jatuh ke selokan karena terus melamun sepanjang jalan.

Revin mengusap wajahnya kasar, "Sorry sorry! Gue gak fokus."

Figo menepuk bahu Revin lalu keduanya pun masuk ke dalam kelas.

Bahkan di dalam kelas pun Revin memilih untuk diam di bangkunya. Membisu, tak memperhatikan guru yang mengajar hingga bel pulang berdering.

"Lo gak pulang?" Tanya Figo heran saat Revin yang tak berniat membereskan buku-bukunya di meja.

"Lo duluan aja, gue ada urusan." Gumam Revin sambil memasukkan semua barang-barangnya.

"Beneran? Lo oke kan, gak mau mabok baygon kan?" Gurau Figo mencoba mencairkan suasana, tapi sepertinya gagal. Revin hanya diam tak menanggapi. Akhirnya Figo pun keluar untuk menjemput pacarnya sambil menenteng tiga coklat yang dia ambil dari kolong meja Revin.

Dasar anak itu..

Revim buru-buru keluar, dia harus mencari reina! Harus! Karena dia tak ingin ada sesuatu hal yang terjadi kepada gadis itu. Mungkin saja bukan?

Revin berlari ke arah kelas Reina, ternyata di sana sudah sepi. Masih dengan napas ngos-ngosan Revin kembali berlari untuk mencari Reina. Dari toilet sampai parkiran.

Dan, good! Ada Reina di sana seorang diri sedang membelakanginya.

Tanpa memikirkan apapun Revin berlari menghampiri Reina. Tapi, di tengah laju larinya ponsel Revin berbunyi.

Revin menghiraukan dan terus berlari, jaraknya dan parkiran cukup jauh membuat Revin banjir keringat di jalan.

Revin mengumpat saat ponselnya tak kunjung berhenti, memelankan laju larinya Revin merogoh sakunya dan langsung menjawab telfon tanpa melihat nama pemanggil.

"Halo?" Sapa Revin cepat.

....

"Halo? Ini siapa??" Kesalnya saat seseorang di sana tak kunjung berbicara.

...

"Gak ngomong berarti gue mat--"

"Revin?"

Kayak kenal, batin Revin dengan dahi berkerut.

"Iya, ini siapa? Gue lag--"

"Hiks hiks, tolong aku Revin... sesak..
Sakit... Revin..  hiks!!"

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Where stories live. Discover now