[66] Flashback,

3.2K 423 61
                                    

"Kenapa melamun? Gelangmu?"

Reina tersadar dan langsung meraih gelangnya tersebut. Menggenggamnya dengan erat, "Terimakasih."

"Sama-sama! Oh, ya.. em, sepertinya kita bertemu sebelumnya?" Tanya Marcell penasaran. Pemuda berwajah lembut itu menatap Reina dengan detail.

"Ha? Ma-- masa?" Tanya Reina gugup, tidak tahu harus berkata apa. Ingin menjawab jika mereka dulu 'pernah' dekat, tapi... rasanya itu hal bodoh. Malu rasanya. Apalagi mereka hanya sebatas kakak dan adik kelas.

Marcell menjentikkan jarinya, "Ah.. aku ingat! Kita bertemu saat di taman rumah sakit kan? Saat itu kamu... menangis? Dan aku datang memberimu minum. Apa kamu ingat?"

Reina menelan ludah, baru sadar. "I-- iya."

Marcell tersenyum manis, mengulurkan tangan kanannya. "Marcell, siapa namamu? Haha, baju kita sama."

Dengan ragu, Reina membalas jabatan tangan Marcell. Dan tak menyangka jika baju mereka seperti couple ternyata, sama-sama sweater rajut berwarna putih.  "Reina.."

FLASHBACK ON!

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.


FLASHBACK ON!

Menangis...

Sesekali diri kita menangis itu tak apa. Bukannya rapuh atau cengeng, tetapi terkadang tubuh kita juga merasa capek dan lelah. Selain tak tahu harus bercerita kepada siapa, rasanya menyendiri sambil mengeluarkan air mata dalam diam itu lebih baik daripada menceritakan pada seseorang yang tak tahu tentang perasaan kita.

Seperti Reina, entah mengapa dirinya tiba-tiba ingin menyendiri. Memikirkan hidupnya yang rumit membuatnya merasa frustasi.

Saat tak ada yang menjaganya, dengan nekat Reina pergi menuju taman rumah sakit seorang diri. Duduk di bangku taman yang berada di bawah pohon rindang sangat mendungkunya untuk menyendiri. Apalagi cuaca sedang mendung.

Menatap ranting daun-daun yang rimbun, membuat tubuhnya terasa sejuk. Tatapan matanya terlihat kosong, dan dengan perlahan sungai kecil mengalir dari kedua sudut matanya.

Tak ada suara, hanya suara gesekan ranting dan daun yang terdengar saat angin kencang berhembus.

Reina mulai mengulum bibirnya rapat, saat rasa sesak perlahan muncul dari lubuk hatinya. Bahkan gadis itu mengigit  bibirnya keras agar isakan nya tak terdengar.

Kedua tangannya terkepal erat di samping tubuhnya. Rasanya... begitu menyakitkan tapi nikmat.

Menghela napas, akhirnya Reina menunduk dan menghapus sisa air matanya.

Reina melemaskan tubuhnya hingga merosot. Nafasnya mulai teratur tetapi pandangannya masih kosong.

Setelah menangis, Reina merasa lega. Dia membasahi bibir bawahnya lalu menoleh ke kiri,

AKHHH!

Reina berteriak karena terkejut, bahkan tubuhnya yang merosot langsung terduduk tegak. Bagaimana tak terkejut, perasaan tadi dirinya hanya seorang diri di taman ini. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang berpakaian sama dengannya sedang duduk di sampingnya, dan sedang menatapnya lekat.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن