[08] Hadiah'

14K 923 15
                                    

Suasana hening menyelimuti tempat itu. Gelap, sesak, pengap, dan kotor itulah yang bisa dideskripsikan. Gudang belakang sekolah, ya itulah tempat yang selalu digunakan Leo dkk dalam melakukan aksinya.

Membully,

Reina dan Chika duduk di atas bangku yang sudah tak terpakai. Didepan mereka ada Leo yang sedang bersedekap dada dengan wajah datar.

Disisi kanan ada Awan, salah satu sahabat Leo. Sedang duduk di kursi dengan wajah tengilnya. Siap untuk mengerjai adik kelasnya.

Dan disamping kiri ada Vidy, salah satu sahabat Leo dan awan juga. Wajah cantiknya akan berubah sangar saat akan membully. Vidya sudah siap dengan sebuah botol yang telah terisi dengan air keruh, campuran antara air got, air bekas cucian piring batagor kantin, tanah, dan tak lupa jus pare.

Uhhh' kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana aroma busuk air tersebut.

"Kita lakuin sekarang, Le?" Tanya Vidy tak sabar, karena dua puluh menit lagi bel istirahat masuk akan berbunyi.

Leo masih diam, menatap Reina dan Chika bergantian. Membuat yang ditatap tegang bukan main.

"Ka-- kak... Ma-- maaf.." cicit Chika dengan gemetar. Membuat Vidy dan Awan tersenyum lebar.

Leo... Menunggu permintaan maaf Reina yang sedari tadi tak bersuara. Membuat Leo kesal sendiri.

"Gak ada maaf-maafan, Lo pikir lebaran?" Sahut Awan sambil menatap genit Chika yang juga meliriknya, membuat Chika langsung menunduk dalam.

"Ck! Ayo lah, Le.. sekarang aja gue udah gak sabar." Desak Vidy sambil maju, dia memang type cewek yang tidak sabaran dan paling anti dengan penolakan. Sebelas dua belas dengan Leo, tapi bedanya Leo pendiam dan Vidy cerewet.

Leo mengangkat sebelah tangannya, tanda agar Vidy diam. Dia maju mendekati Reina yang hanya diam dengan menunduk.

"Lo gak minta maaf?" Tanyanya dengan pelan.

"Lo budek?" Imbuh Leo karena tak ada reaksi dari Reina.

Chika sendiri sudah menyenggol lengan Reina agar gadis itu menjawab pertanyaan Leo. "Jawab... Lo mau kita makin sengsara?" Chika berbisik sangat pelan agar tidak terdengar siapa-siapa, membuat Reina menghela lalu mendongakkan kepalanya.

Menatap Leo tak kalah datar, "Saya gak salah! Kenapa harus minta maaf."

Hening~

"Hahahaha, wow wow wow..." Awan bertepuk tangan heboh.

Vidy mendelik tajam, tangannya sudah gatal ingin mengguyur wajah menyebalkan Reina.

Dan Leo yang semakin tersenyum smirk.

"Disana ada lo berdua."

"Tapi yang guyur kan bukan saya!"

"Bisa pake bahasa santai? Kedengarannya gue kayak tua banget di mata Lo."

Reina merotasikan matanya malas, "Oke, kalau itu mau lo. Gue tadi cuma' mau bersikap sopan."

Leo mengangguk ringan, "Untuk yang terkahir kalinya... Lo minta maaf atau gue guyur pakai air racikan Vidy?"

Mendengar itu, Vidy tersenyum semakin lebar dengan tangannya yang terbalut sarung tangan menggoyangkan botol yang sedang dia pegang.

Chika menelan ludah kasar, tak bisa di bayangkan bagaimana bau dari air menjijikkan itu. Dan dia benar-benar kesal karena sikap Reina yang sok'.

"Tidak akan." Tegas Reina dengan wajah menantang. "Gue gak salah ngapain gue harus minta maaf?"

"Lo emang cewek batu." Leo membalikkan badan, dia menoleh kearah Vidy. Dan saat matanya bertemu dengan mata Vidy dia mengangguk sekali dengan senyum miring. Lalu Leo berjalan kearah dinding samping pintu.

Leo berdiri dengan menyandarkan tubuhnya, kakinya terangkat sebelah kearah dinding dan kedua tangannya terlipat di dada.

Vidy memberi kode pada Awan, membuat Awan langsung meloncat berdiri dan mendekati 'dua tikus kecil' itu.

"Saatnya beraksi, Wan..." Girang Vidy sambil membuka tutup botol.

Awan sendiri sudah memegang satu telur busuk di tangan kanannya, dan di sebelah tangan kiri menenteng kantong plastik yang berisi beberapa telur busuk.

"Kak..." Cicit Chika ketakutan saat hidungnya menghirup bau busuk air. Matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.

Reina sendiri tegang, ingin muntah! Ditatapnya Vidy dan Awan dengan tajam, lalu beralih Leo yang sedang menatapnya datar. Tanpa sadar Reina mengepalkan tangannya erat.

Plukk

Telur pertama telah berhasil mendarat di kepala Chika, membuat gadis itu terkejut. Dan tak lama Vidy mengguyur tubuh Chika dengan racikannya, oh tak lupa suara tawa Awan dan Vidy yang seperti nenek sihir berhidung bengkok.

Air menetes membasahi tubuh Chika berbarengan dengan air matanya yang tumpah.

Setelah puas dengan Chika, mereka berdua berlatih kepada Reina yang masih memasang wajah dingin meskipun dalam hati dia meneriaki nama Revin agar menyelamatkannya.

Jika dia dengan Vidy bertarung maka Reina sanggup. Tapi kalau bertarung dengan Leo, Awan, dan Vidy... Itu rasanya mustahil. Satu musuh tiga, yang benar saja?!

Plakk

Telur kembali mendarat mulus di kepala Reina. Membuat Reina menatap Awan dengan pandangan membunuh.

Awan tersenyum miring, "Itu buat lo yang berani ngelawan kita."

Plakk

"Itu karena lo berani natap mata kita."

Plakk

"Itu... Karena Lo manis tapi hati Lo busuk!"

Plak plak plak byurrrrr~

"Hhahahhahaha!" Tawa Awan dan Vidy sangat puas melihat dua korban yang tak berdayanya. Mereka bertos ria lalu berjalan mendekati Leo setelah melepas sarung tangan.

"Sipp!" Seru Leo bertos ria dengan kedua sahabatnya. Mereka bertiga dengan kompak tertawa keras atas penderitaan orang.

Tanpa sadar Reina meneteskan air matanya karena marah, emosi, kesal, sedih bercampur menjadi satu. Matanya yang memerah dan berkaca-kaca menatap Leo dengan membunuh. Dia bersumpah dalam hati akan membalas perbuatan Leo yang sangat kejam!

Leo sendiri tersenyum meremehkan, dia melangkah mendekati Chika dan Reina dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku.

"Gimana? Suka kan sama hadiah' gue?"

SUKA MATA LO TUJUH?! Teriak Reina dalam hati.

Chika sendiri hanya bisa menangis dan sesekali muntah.

"Mangkanya lain kali jangan suka bikin masalah sama senior!" Gumamnya menusuk, matanya melotot pada Reina tanda menantang.

Leo membuang pandangannya, "Dan sebagai hadiah terakhir, kalian akan tinggal disini sampai pulang sekolah selesai."

"Ti-- tidak!!"  Teriak Chika dengan tersedu-sedu. Dia melompat lalu sujud di depan Leo. "Ti-- tolong kak... Ampun, gue udah gak tahan, Hoek, hiks!"

"JANGAN SENTUH KAKI GUE, SIAL!"

hiks.. hiks..

"Gak ada ampun buat kalian," Desisnya lalu membalikkan badan dan berjalan keluar dengan Awan dan Vidy. Membuat Chika semakin kejer.

Cklekkk..

Suara pintu terkunci, dan saat itu juga Chika pingsan dan Reina yang berteriak marah.



Jangan lupa vote dan coment biar cepat update,

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Where stories live. Discover now