[69] Dua belas malam 2

2.2K 416 85
                                    

Setelah berhasil membekap mulut Leo agar tidak berteriak memanggilnya setan. Akhirnya kedua remaja itu pulang tanpa adu mulut seperti biasanya.

Ya, Reina tak menolak ajakan Leo untuk mengantarkannya pulang bersamanya. Karena selain ia ingin mengetahui rencana dan dimana basement Leo, dia juga sedang hemat uang untuk tidak naik kendaraan umum.

"Perasaan tadi kita naik bus. Kok tiba-tiba ada motor lo di sekolah?" Tanya Reina penasaran, sambil naik ke atas motor besar itu.

"Mau tau banget?"

Reina merotasikan matanya malas, "Gak! Buruan pulang!"

Leo terkekeh dan mulai menyalakan motornya, dengan perlahan ia mengendarai motor supaya suaranya terdengar. "Sebenarnya gue tadi naik motor buat jemput lo, tapi lihat lo buru-buru keluar gerbang jadi gue ikutin." Leo melirik Reina dari kaca spion.

"Ternyata lo naik bus, yaudah gue langsung parkir motor sembarangan trus ikut masuk bus."

Reina menganga tak percaya, "Gila apa bego? Motor nya lo tinggal sendirian? Sembarangan pula. Kalau hilang gimana?"

"Mending khawatir ke gue timbang ke motor, lebih bermanfaat! Lagian kalau hilang kan bisa beli lagi. Jangan di bikin susah!"

Reina tak habis pikir, sombong, songong, angkuh ternyata sudah mendarah daging rupanya di tubuh pemuda itu.

"Duit ortu aja bangga!" Reina mencibir tapi untung saja Leo tak mendengarkannya.

----

"Lo... Lo... lo...." Reina berkata dengan terbata-bata saat dirinya sudah turun dari motor Leo.

"Lo apa?" Heran Leo, menaikkan sebelah alis tebal nya.

Reina menarik napas dalam, berat rasanya mengatakan hal ini. Dia takut Leo berpikir yang tidak-tidak dan malah mencurigainya.

"Mau ngomong apa, sih? Susah amat!" Ujar Leo penasaran.

"Lo... nanti malam ada a-- acara Gak?" Tanyanya dengan sangat cepat.

Leo menahan senyumnya, "Ulangi coba, gak denger?"

"Gue tau lo denger, ya! Budek beneran mampus!" Sembur Reina dengan wajah memerah, apalagi wajah leo kentara sekali mengejeknya.

"Beneran gak denger. Lagian ngomongnya cepet banget kek kereta."

"Kalau gak denger kenapa senyum-senyum gitu?!"  Kata Reina setengah berteriak, kesal sendiri dengan sikap Leo yang menyebalkan ini.

"Ya... Ya... hahaha. Lucu banget, sih! Emang nya kenapa tanya gitu, mau ngajak 'kencan?' "

"Gak! Jangan ge er, ya!"

"Terus?"

Reina menatap sekeliling, mencari alasan yang tepat. Leo sendiri yang gemas tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi Reina. Membuat gadis itu mengaduh lalu menggeplak tangan Leo.

"Gak sopan ya sama ketua osis!"

Reina menatapnya garang, "Bodo amat! Sana pergi!"

"Gak mau denger gue nanti per--"

"Emang kemana?" Potong Reina cepat, dia hanya ingin tahu dimana mereka nanti kumpul. Jam dua belas malam.

Mendengar itu, lagi-lagi Leo tertawa renyah. Mengacak-acak rambut Reina gemas. "Sebenarnya gue nanti ada cara penting, banget. Tapi kalau nih adik kelas songong yang sayangnya jadi pacar gue ngajak kencan. Ya udah, gue usahain."

"Najis! Gak ada yang mau ngajak kencan!"

"Bohong nya keliatan loh, Reina."

"Ishh! Serah lo deh, kesel gue! Sana pergi, thanks tumpangannya bang ojek!" Reina menjulurkan lidahnya mengejek lalu segera bergegas pergi.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Where stories live. Discover now