[63] Rumah sakit

5.3K 555 142
                                    

"LO MAU KEMANA LE?? LEOOO? LEOOO?!" Teriak Awan sambil membuntuti Leo. "Bangsat! Tuh anak mau kemana sih hujan-hujan gini? Gak takut ke samber bledek apa ya?!!" Kesal awan sambil menendang pintu utama Leo yang berdiri sangat gagah dengan ukiran yang rumit, Tak lupa cat coklat tua yang sangat menawan melapisi pintu tersebut.

"Perasaan gue gak enak sumpah!" Lirih Vidy dengan mata yang memerah. Gadis yang masih memakai seragam lengkap itu menggigit kukunya keras-keras sambil menatap kepergian Leo yang dengan cepat menghilang.

"Kita ikutin aja gimana?" Usul Awan sambil menoleh ke arah Vidy.

"Tap--tapi... leo kan udah ga--"

"Udah jangan nangis. Semua akan baik-baik saja!" Awan mengelus puncak kepala Vidy lembut. Membuat gadis itu mengusap kedua pipinya lembut.

"Kalian kenapa di tengah pintu? Kak Leo mana?" Tanya suara lembut yang tiba-tiba mengalun indah dan masuk ke indera pendengaran Awan dan Vidy.

Sakura, gadis cantik bersweater putih dengan celana selutut berwarna hitam itu mendekati Awan dan Vidy.

"Kenapa cuma diam?" Heran sakura yang masih tidak tahu kebenaran dan apa yang sedang terjadi.

Sebenarnya gadis itu tadi berada di dapur sambil chattingan bersama Revin. Dan saat mendengar keributan di ruang tengah membuatnya buru-buru menghampiri keributan yang terjadi.

"Le--leo pergi." Jawab awan sambil menuntun Vidy masuk. Dan mereka bertiga langsung duduk di sofa besar yang sebelumnya mereka tempati.

"Bi... bibi! Tolong buatkan teh hangat tiga." Teriak Sakura lalu duduk dengan wajah yang masih kebingunan. "Maksudnya pergi itu apa ya, kak? Aku gak ngerti."

"Kita gak tahu, kayaknya ada yang Leo sembunyikan. Tiba-tiba aja tadi dari kamar dia lari  kenceng banget terus mukanya pucat gitu."

Sakura berpikir, lalu berdiri. "Aku coba hubungi  kak Leo. Sebaiknya kak Awan hubungi tangan kanan kakak. Aku ke atas dulu." Akhirnya dengan rasa gusar dan khawatir Sakura melangkah menuju kamarnya.

Awan pun merasa bodoh karena tak terpikirkan untuk menghubungi tangan kanan Leo. Dengan cepat cowok itu mengeluarkan ponselnya dari saku lalu segera menelfon uncle Matt.

"Gimana?" Tanya Vidy setelah sambungan terputus.

Menelan ludah, Awan berkata, "Rumah sakit."

-----

"Mama mau kemana?" Panggil Revin saat melihat Daniar yang tergopoh-gopoh melewati dirinya. Saat membalikkan badan, Revin sangat terkejut dengan wajah Daniar. Sang mama sedang menangis sesenggukan, membuat wajahnya memerah dan basah.

Pemuda berkaos putih itu langsung melompat dari sofa empuk untuk memeluk sang Mommy. Direngkuhnya tubuh rapuh Daniar yang semakin di makan usia. Membuat Daniar semakin menangis dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang Revin.

"Mommy, kenapa.... Ini udah jam sepuluh malam. Mommy mau kemana?"

Daniar menggeleng, terlalu lemah. Tapi dia harus kuat! Dengan perlahan Daniar melepaskan pelukannya, Revin langsung menghapus air mata yang membasahi pipi Daniar.

"Ki-- kita harus ke rumah sakit, kak!"

"Ru-- rumah sakit? Ken--"

"Kakak kamu kecelakaan! Hiks!" Tangis Daniar semakin kencang, mengingat ucapan pihak rumah sakit yang baru saja menelpon nya.

Bagai di tampar oleh beribu tangan, darah Revin mendidih. Tubuhnya terasa bergetar dengan dada naik turun. " Mommy tidak bohong kan???"

"Ti--tidak!"

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Where stories live. Discover now