[14] Rooftop, What the F?

13.5K 816 5
                                    

Pagi-pagi sekali, Reina sudah bangun dan turun menuju dapur. Meskipun matanya seakan tak mau terbuka dia tetap kekeuh dengan pendiriannya.

"Pagi, Mamy, Bibi!" Sapa Reina sambil menguap saat melihat Daniar yang sedang memasak bersama pembantu rumah.

Daniar menoleh dengar terkejut, menatap Reina dengan mulut yang terbuka. Alisnya menyatu saat melihat Reina sedang berdiri tak jauh darinya masih mengenakan piyama.

"Kak, kamu ngelindur, ya?" Tanyanya heran pasalnya Reina itu tukang tidur! Dan sangat tidak mungkin jika anak perempuannya itu bangun sepagi ini.

Reina membuka matanya sebelah, menatap Daniar bingung. "Hah? Enggak kok!"

"Terus? Ngapain ke dapur pagi-pagi? Tumbenan."

"Ada perlu, Ma!"

"Perlu apa? Kamu ini beneran Bagun atau masih setengah tidur sih?"

"Bangun ma! Reina udah bangun!" Reina kali ini membuka matanya lebar-lebar, membuat Daniar terkekeh dan kembali melanjutkan masaknya.

"Haha, iya-iya! Urusan apa kok sampai-sampai bisa buat kamu bangun sepagi ini, h?"

Reina menggaruk kepalanya, dia bingung harus berkata seperti apa. "Eum, anu.."

"Anu?"

"Reina mau bikin bekal, nasi goreng spesial!" Ucapnya dengan cepat, bohong! Nyatanya bekal itu akan dia kasih ke Marcell sebagai tanda terimakasih. Tapi gadis itu terlalu malu untuk mengatakan pada Daniar, karena Reina tidak terbiasa membahas masalah dan perasaannya pada Daniar. Dia lebih suka memendamnya sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Kamu melamun?"

"Hah, eng-- gak! Memang mamy bilang apa, hehe." Reina bergerak salah tingkah. Dia tidak sadar jika melainkan sedari tadi.

Bodoh! Bodoh! bodoh! Rutuknya dalam hati. 

"Mamy tanya, tumbenan kamu mau bawa bekal ke sekolah? Biasanya juga engga bawa." Daniar menatap Reina dengan mata menyipit, tanda dia sedang curiga.

Reina berdehem, "Pingin aja!"

Daniar hanya menghembuskan napas, lalu menyuruh Reina mendekat. "Mau masak sendiri apa dimasakkin?"

"Masak sendiri aja, ya? Tapi mamy yang ngintruksi. Hehe!"

Daniar tersenyum sambil mencubit pipi gembul Reina. Dan akhirnya mereka mulai masak kembali. Walaupun Reina tidak bisa masak tapi setidaknya dia bisa mengerjakan masakannya dengan benar.

Dan saat sudah jadi, rasanya tidak seburuk apa yang dia kira. Membuat Reina senang bukan main.

Karena sudah jadi, dia bergegas pergi menuju kamar untuk mandi dan berganti seragam sekolah.

Di sebelah kamarnya, Revin sedang menyisir rambutnya dengan rapi. Dia mengambil parfum lalu menyemprotkan nya pada tubuhnya.

Setelah dirasa perfect, Revin meraih Tas nya yang berwarna hitam lalu segera turun dengan bersiul ringan.

"Pagi, Momy!" Sapa Revin sambil mengecup pipi Daniar.

"Pagi, sayang."

"Masak apa, Mom?" Tanya Revin sambil duduk di kursi makan. Bibirnya terus saja melengkung ke atas tanda dia sedang bahagia. Tapi tidak tahu karena apa?

"Kesukaan kamu, ayam kecap!" Daniar tersenyum sambil menata piring, dia menoleh saat mendengar derap langkah. Ternyata sang suami, dia langsung saja meluncur kearah Fero lalu memeluknya. "Pagi, Pap."

"Pagi juga, sayang!" Fero mengecup kening dan pipi Daniar lalu menggiringnya menuju meja makan.

Semua sudah lengkap terkecuali Reina. Maklum, Reina memang selalu bangun siang dan paling terlambat untuk turun.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang