[7] Bad

15.2K 1K 13
                                    

Vote dulu sebelum baca,
Coment setelah baca ya~
.
.
.

Reina masih berdiam diri di depan gerbang. Tubuh mungilnya tertelan Hoodie putih miliknya. Dia bergeming di tempat, dengan mata yang sesekali melirik gedung sekolahnya.

"Neng? Gak mau masuk? Udah mau bel!" Tegur satpam sekolah ketika melihat Reina yang sangat menyeramkan. Bayangkan, ada seorang gadis yang memakai Hoodie putih kebesaran dan sedari tadi menunduk dalam di depan gerbang. Pak satpam bahkan sempat ingin membawa ustadz.

Reina menelan ludah, dia melirik jam tangannya. Kurang lima menit lagi bel masuk.

Reina menarik napas dalam-dalam, dia semakin memajukan tudung Hoodie agar menutupi wajahnya. Dan perlahan Reina masuk kedalam sekolah.

Perasaan was-was menggerogoti hatinya, di benar-benar berharap tidak bertemu dengan Leo!

Saat akan menaiki tangga lobby, dia melihat Leo yang berdiri di depan Mading dengan anak-anak OSIS. Reina membeku sesaat, dan dengan cepat dia memutar tubuh.

"AKHHH!"

"AKHH! Apaan? Ada apa?"

Reina mendelik kesal, dia tak menggubris Ajeng yang tiba-tiba berada di belakangnya dan memilih untuk kabur dari sana karena semua mata tertuju padanya.

Ajeng berlari mengikuti Reina. Dia sebenarnya tidak bermaksud mengejutkan Reina, tapi saat dirinya akan menyapa, Reina lebih dulu memutar badan dan berteriak. Jadi dirinya ikut berteriak karena terkejut.

"Reina? Lo kenapa, sih? Woi!" Ajeng menarik belakang Hoodie Reina hingga gadis itu berhenti. "Lo kenapa pucet gitu?"

Reina membahasi bibirnya yang kering. Dia melirik sekitar dan tak menemukan sosok Leo! Tanpa sadar dia menghembuskan napasnya lega.

"Lo aneh deh," gumam Ajeng. Tangannya hendak menyentuh pelipis Reina, tapi dengan segera ditepis Reina.

"Lo ngagetin tau gak!" Kesal Reina sambil kembali berjalan.

Ajeng menyusul, "Gue gak bermaksud! Malah Lo yang ngagetin gue, pake teriak lagi."

"Ya karena tiba-tiba ada muka lo!" Ketus Reina, "kek valak!" Gumamnya lirih sambil melirik Ajeng.

"Lo bilang apa? Gue gak denger!"

"Gak."

"Ih! Nyebelin banget sih?!"

"Ya, gue tahu!"

Mereka memasuki kelas dan duduk di bangku masing-masing. Reina melepas Hoodienya lalu menyimpannya pada loker meja.

Dia melipat kedua tangan, lalu membenamkan wajahnya. Dalam hati dia merutuki Revin, gara-gara tadi pagi dia terkena air dingin tubuhnya jadi agak demam.

Ingatkan Reina karena nanti sepulang sekolah dia akan membalas perbuatan laknat Revin.

Tak sengaja mata Reina bertatap dengan Chika yang baru saja memasuki kelas. Wajah Chika juga nampak pucat sepertinya, mungkin Chika takut dengan gertakan Leo kemarin, apalagi yang menumpahkan jus tersebut Chika.

Chika memutuskan pandangannya, dia duduk di tempatnya dan memilih untuk bermain ponselnya.

Reina menghela, dia hendak tertidur tapi tatapannya langsung mengarah ke depan kelas saat melihat tiga anak OSIS pembina mereka yang sudah datang, dan... Apa dia tidak salah lihat? Salah satu diantara mereka adalah LEO?!

•••

Revin mengerjab dua kali saat melihat mejanya yang penuh dengan coklat dan surat-surat berwarna pink. Dia menyapukan pandangannya ke sekitar dan melihat ada beberapa mata yang kepergok sedang menatapnya.

Revin mengalihkan pandangannya pada mejanya kembali, dia menghela lalu mulai membersihkan mejanya. Dia memasukkan semua coklat dan surat-surat itu kedalam tasnya, sebenarnya Revin muak. Dia ingin membuang semua barang itu kedalam tong sampah, tapi dia tak tega melihat mereka yang memasang wajah sedih.

"Lagi, bro?"

Revin mendongak, dia tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Gue bantuin," gumam Vigo, teman baru sekaligus teman sebangku Revin. Vigo membantu Revin memasukkan cokelat-cokelat serta surat itu kedalam tas Revin hingga membuat tas Revin sesak.

"Gila.. baru kali ini gue liat beginian. Beruntung banget Lo." Kata Vigo takjub setelah mereka duduk. Meja keduanya sudah bersih sekarang.

"Haha, biasa aja. Kalau Lo mau, ambil aja di tas."

"Wih.. beneran nih?" Vigo menatap binar Revin yang sedang tersenyum dan mengangguk ringan.

Vigo menjentikkan jarinya lalu tertawa. "Lumayan, buat di kasih ke para gebetan. Hahaha."

Revin hanya geleng-geleng kepala, lalu pandangannya tefokus kedepan saat melihat para pembina OSIS sudah berada di dalam kelas.

Ada tiga pembina, dua diantaranya sekarang sedang memberikan beberapa tumpukan keras kepada seluruh murid dan satu lagi sebagai pembicara.

Kertas-kertas itu berisikan data pribadi sekaligus tes yang akan menentukan kelas mereka setelah masa MOS selesai.

Revin mulai mengisi, dan tiba-tiba Vigo berbisik. "Eh, Lo sadar gak sih? Kak Kay dari tadi liatin lo, lho?"

Dengan refleks Revin mendongak, dan benar saja salah satu pembina OSIS bernama Kayla sedang menatapnya. Dan saat matanya bertemu dengan mata Revin, gadis itu langsung mengalihkan pandangannya malu.

Revin mengedikkan bahunya acuh dan kembali mengisi.

Sebenarnya Kayla itu sangat cantik, banyak murid baru yang mengidolakan Kayla. Karena selain cantik dia juga pembina OSIS yang lembut serta baik. Dan Kayla diam-diam menyukai Revin.

Tapi Revin cuek, secantik-cantiknya Kayla ataupun siapapun itu masih cantikan Reina dan Momy dimatanya. Karena menurutnya, Reina serta Daniar adalah malaikat tanpa sayap.

Berbeda dengan Revin yang sedang tenang saat mengisi soal, di lain kelas tempat Reina berada, gadis itu sedang menunduk gugup.

Siapa lagi kalau bukan karena tatapan maut Leo?!

Sedari tadi Leo menatapnya dengan pandangan tajam. Bahkan semua kelas tahu jika pandangan Leo mengarah kearah Reina. Dan karena hal itu Reina merutuki Leo dalam hati. Pasti bakal banyak masalah nih! Pikir Reina.

Selain otaknya yang pas-pasan, Reina harus mati-matian menghindari kontak mata bersama Leo.

Tak terasa hingga jam istirahat berdering. Reina menghembuskan napas lega. Ingin rasanya dia berteriak karena saking leganya.

Semua mengumpulkan keras ke depan lalu pergi keluar kelas menuju kantin.

Reina menitipkan kertasnya pada Ajeng, dia dengan gerakan gesit mengendap-endap agar tak terlihat oleh Leo. Dan saat dia telah berada di ambang pintu, seseorang menarik kera seragam belakangnya.

"Mau kemana lo?"

Dan Reina tahu jika dunianya akan hancur saat ini juga. Apalagi saat ia menengok kebelakang ada Chika yang sedang menundukkan kepalanya. Oh, dan tak lupa wajah bengis Leo yang siap untuk memangsa buruannya.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt