[82] One Time

2.5K 388 91
                                    

Terimakasih banyak buat kalian yg udh sempetin waktu buat baca, vote, coment, support cerita ini.
Have fun,  🌻

.
.

.

Reina menatap Revin dengan pandangan malas, pemuda itu tetap saja dengan pendiriannya ingin menyuapi Reina. Dengan alasan jika Reina sedang tidak baik-baik saja dan Revin sebagai adik yang tampan dan baik akan menyuapi Reina.

"Lo katanya mau jadi adek yang baik kan?" Tanya Reina setelah menelan nasi.

"Iya. Kenapa?" Balas Revin, kembali menyuapi Reina.

"Cuciin motor gue."

Senyum Revin langsung luntur. Reina menaikkan sebelah alisnya, dan akhirnya Revin mengangguk patuh.

"Good boy! Gue mau udangnya juga."

"Iya, bawel... untung sayang." Revin mengelus dadanya sabar lalu mengambil udang seperti permintaan tuan putri.

"Oh, ya. Lo... sama Sakura baik-baik saja kan?"

Revin menatap Reina dengan pandangan yang sulit diartikan. "Ya."

"Dia baik."

"Tumben banget lo ngomong gitu? Otak lo miring ya, kena tinju? Mau gue benerin?"

Reina mencubit lengan Revin, "Gak sopan."

"Tck! Bercanda kali, Rei..."

"Lo tahu, dia tadi--" Reina langsung menutup bibirnya rapat-rapat, hampir saja keceplosan. Astaga.

"Tadi apa?" Selidik Revin.

"Gak ada. Minumnya, Vin. Sama kupasin apel." Perintahnya seenak jidat.

"Jawab dulu kek. Tadi apa?"

"Tadi.... tadi... gue liat dia lagi sedih. Lo kan deket sama dia? Lo juga suka kan? Kenapa gak jadian?"

Revin terdiam, lima detik kemudian menyentil dahi Reina. "Aish! Sakit!"

"Lagian, lancar banget kalau ngomong. Gue bukan cowok yang dengan gampangnya nembak cewek ya. Gue mah orangnya setia."

Reina mencibir di tempat, Revin yang gemas pun menarik pipi Reina. "Sakit, Bambang!" Teriak gadis itu saat sudut bibirnya juga ikut tercubit.

"Maaf... Maaf, kelepasan. Lo sih!" Kedua tangan Revin menangkup pipi Reina, mengusapnya lembut dan sesekali meniupnya. "Masih sakit?"

Reina menggeleng pelan, "Enggak, kalau lo mau beliin gue eskrim."

"Dasar!"

"Hehe. Gimana? Lima aja deh, kalau gak delapan. Ya ya ya?"

"Oke, habisin dulu ini." Revin kembali menyuapi Reina dengan telaten. Apalagi Reina dalam mood manja dan rewel.

"Udah?" Tanya Revin, menghampiri Reina yang baru saja menuruni tangga.

Revin menatap Reina yang selalu berpakaian simple. Kaos lengan panjang berwarna hitam, celana panjang hitam, serta sepatu berwarna putih, oh tak lupa dengan topi putih. Revin sendiri memakai kaos polo yang dilapisi kemeja kotak-kotak hitam putih dan celana panjang warna hitam. Mereka tampak seperti couple goals.

Revin mengulurkan tangannya, yang disambut Reina dengan senang hati. Mereka melangkah keluar dengan Reina yang memeluk lengan Revin.

"Beli es krim dulu atau ke taman dulu?" Tanya Revin, membantu Reina duduk di belakangnya.

"Es krim dulu aja."

"Oke. Pegangan,"

Saat Revin akan menarik gas, sebuah suara menginterupsi keduanya. "Jangan lupa pesanan Mommy! Jangan pulang larut! Revin, jaga kakak kamu ya! Awas saja kalau pulang-pulang makin bonyok. Kalau kakak kamu nakal tarik saja telinganya. " Peringat Daniar serius, muncul dari balik pintu.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat