[68] Dua belas malam

2.8K 413 81
                                    

Reina lega karena perutnya sudah tidak sakit, saat dia sudah keluar toilet dan hendak pergi menuju kelas dia melihat Leo yang sedang berdiri membelakangi nya dan seperti sedang bertelfonan. Jaraknya tak jauh dari dirinya berdiri saat ini.

Awalnya sih reina merasa tidak perduli, tapi ketika  telinganya mendengar kalimat 'kecelakaan' 'Marcell dan Reina' membuat langkahnya langsung berhenti dan dengan mengendap-endap dia menguping pembicaraan Leo. Memasang telinga kucing!

"Hmm.. Ya! Ikat dia dengan kuat dan jangan sampai lepas! Nyawamu adalah taruhannya!!"

.....

"Ya, rahasiakan ini dari semuanya. Jangan sampai ada yang tahu, apalagi Reina."

.....

"Aku akan menyiksanya karena sudah membuat gadisku dan mantan sahabatku mengalami kecelakan. Apa aku bunuh saja ya?"

....

"Ya ya ya, terserah kau saja! Nanti malam jam 12 aku akan datang ke basement kita. Sudah aku harus pergi!"

Mendengar itu, Reina langsung buru-buru pergi agar tidak ketahuan. Dia berjalan, ah lebih tepatnya berlari dengan perasaan gusar.

Kenapa Leo menyembunyikan ini semua darinya? Kenapa dia tidak boleh mengetahui siapa yang membuatnya celaka? Apa dia anggap Reina itu lemah? Hei, bahkan reina dengan senang hati membantu Leo membunuh dalang di balik kecelakaan nya. Da--

Brakkkk ...

"Sorry..sorry!"

Reina terdiam saat dirinya hampir saja jatuh tersungkur jika tak ada sepasang tangan kokoh yang memeganginya.

Menarik napas panjang, Reina segera melepaskan tangan itu dari tubuhnya lalu segera berlalu tanpa melihat siapa yang dia tabrak.

"Hei.. tunggu sebentar!"

Langkah reina terhenti saat ada sebuah tangan yang mencekal lengannya. Reina menoleh dengan malas dan langsung membelalakkan matanya. "Kak Marcel?" Lirih Reina.

Marcel tersenyum tipis lalu menarik kembali tangannya.

Entah ini risih atau salah tingkah, Reina sangat tidak suka jika mata pemuda itu menatapnya dalam diam dengan bibir yang melengkung indah. Karena bisa membuat jantungnya berdetak dua kali lipat, kalau dia jantungan gimana?

"Ehem.. ada apa kak?"

"Eh? Ti--tidak apa-apa. Aku hanya mau bertanya. Kenapa berlari dan melamun?"

Reina bingung harus membalas apa, hingga sebuah tangan yang lain melingkar indah dan erat di lehernya dan langsung menarik nya dalam sebuah pelukan hangat.

"Ada urusan apa lo sama pacar gue?" Tanya seseorang dengan nada suara yang berat dan tak suka.

Bau mint dan maskulin yang menguar dari tubuh pemuda yang memeluknya langsung membuat Reina paham, jika 'dia' adalah Leo.

"Lepas!" Desis Reina, sambil berusaha melepaskan pelukan Leo.

"Jadi dia pacar lo, Le?"

"Ya, kenapa emang? Gak suka?! Awshh... sakit, babe!" Keluh Leo saat Reina mencubit kuat perutnya, membuat Leo debgan tak ikhlas melepaskan pelukannya dan mengerucutkan bibirnya lucu.

Reina sendiri menatap Leo sinis, apa-apaan nafa bicaranya itu. Sangat tak enak di dengar!

"Gue gak yakin dia pacar lo, Le? Dia bohong kan Reina?" Goda Marcell dengan tertawa ringan.

Reina tersenyum sambil mengangguk, "Ya, mana mungkin dia ini pacar ku, kak? Mending sama monyet aja! Hehe."

Reina bertos ria dengan Marcell, membuat hati Leo semakin panas dingin.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang