[67] Tersenyum

2.9K 455 105
                                    

Dengan malas, gadis berkemeja putih dengan sebuah jas biru dongker yang ia sampirkan di atas pundak itu menuruni anak tangga.

Dilihatnya semua keluarganya yang sudah berkumpul siap untuk sarapan. "Pagi semuanya." Sapa Reina.

"Pagi.." jawab Revin Daniar dan Fero kompak.

Mereka pun sarapan dengan tenang. Hari ini adalah hari dimana Reina akan kembali sekolah. Dan Revin sangat ngotot untuk berangkat bersamanya, tapi di satu sisi. Si macan galak juga memaksa untuk menjemputnya.

Pening rasanya kepala Reina. Ingin sekali kabur dan pergi seorang diri. Apalagi Fero tak bisa mengantar karena ada meeting penting.

Saat semuanya sudah beres, tiba-tiba Revin bangkit dari kursi dan berlari menuju lantai atas. Melihat itu, Reina pun langsung juga bangkit dari kursinya. Mencium kedua tangan orang tuanya dengan cepat. "Mam, dad, Reina pergi dulu! Dah... assalamualaikum!" Lalu gadis itu berlari cepat keluar dari rumah. Takut jika Revin bisa mengejarnya.

Bahkan Daniar yang ingin bertanya, jika Reina akan berangkat dengan siapa pun tak bisa. Karena sangking cepat nya anaknya itu berlari.

Reina tersenyum bahagia saat sudah di depan pagar dan tak menemukan sosok macan galak alias Leo.

Menghela napas, Reina pun mulai berjalan menyusuri jalan komplek menuju jalan raya.

"Akhirnya, gue bebas juga!" Gumam Reina lega saat sudah duduk manis di dalam bus.

"Kata siapa, hm?"

Reina menoleh kelewat cepat, hingga membuat lehernya sakit. Matanya membulat sempurna dengan mulut yang menganga lebar. "Ha....? Lo-- lo??!"

"Are you lose baby girl!"

"Sialan!"

Sementara di dalam rumah si kembar,

"Kakak mana, Mom?" Tanya Revin dengan hati tak enak saat melihat kursi reina sebelumnya kosong.

"Sudah berangkat. Kenapa?"

Revin menjatuhkan bola basket di tangannya, lalu berlari keluar dan tak melihat keberadaan Reina. Pemuda itu pun dengan kesal menendang angin, "Sialan!!" Umpatnya.

----

Sesampainya di sekolah, Revin buru-buru turun dari motornya dan hendak berlari menuju kelas Reina. Tapi langkahnya tiba-tiba berhenti dan membeku saat melihat Reina yang baru saja turun dari bus.

Revin langsung menghampiri Reina dan menjewer telinga kakaknya tersebut. "Nakal, hm?"

Reina meringis dan menepuk-nepuk tangan Revin. Tak hanya sakit, dia pun merasa malu! Karena kini mereka menjadi pusat perhatian.

"Siapa suruh ninggalin gue, hm? Bikin gu--"

"Ehem!"

Revin dan Reina sontak menoleh kebelakang, dan melihat leo yang sudah berdiri tegak dengan wajah datar.

Revin pun tak perduli, pemuda itu langsung merangkul bahu dan menyeret Reina untuk pergi dari sana. Bahkan mereka berdua berlari sambil tertawa agar Leo tak bisa menangkap Reina.

Sungguh, perasaan keduanya terasa bahagia pagi ini. Mereka sudah sampai di depan kelas Reina. Mereka saling diam, kemudian saling lirik dan kembali tertawa.

"Nah, gini dong ketawa. Kan cantik banget jadinya!" Canda Revin sambil mengacak-acak rambut Reina.

"Ih! Berantakan!" Gerutu Reina.

"Biarin! Sering-sering ya kita kayak gini. Gue kangen tau gak!"

Reina menggembungkan pipinya dengan merotasikan matanya malas.

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Where stories live. Discover now