[77] Lapangan Komplek

2.6K 385 124
                                    

Reina tak bisa berpikir jernih saat ini, apalagi bernapas. Sangat sulit! Dia mendongak perlahan, dan matanya langsung bertatapan dengan mata hitam itu. Apalagi jaraknya saat dekat, membuat Reina ingin sekali  menghantam wajah manis itu.

Glek!

Reina menalan ludah susah, hingga sebuah tarikan dari belakang membuatnya tersadar.

"Astaga...." Desis Revin khawatir, memeriksa setiap inci tubuh Reina dan menepuk pelan debu yang menempel. "Teledor banget sih?!" Kesalnya, jantungnya sudah jedak jeduk khawatir tapi yang dikhawatirin malah memasang wajah polos.

Revin menoleh, menatap seseorang yang di tabrak Reina. "Sorry ya, Gan! Nih anak emang suka banget nabrak-nabrak. Kayaknya mommy mesti bikin selametan bubur kalau gak nasi tumpeng deh biar nih anak gak oleng!" Jelas Revin, yang langsung di hadiahi sebuah pukulan di perutnya.

"Yoi, santai aja."

Revin menarik tangan Reina ke pinggir lapangan, mendudukkan Reina di depannya dan mulai mengepangnya jadi satu karena sebelumnya rambut gadis itu sangat berantakan. Revin tak suka.

"Vin, lo gak malu?" Bisik reina, mencoba menoleh ke belakang.

"Kenapa?"

"Ya loh ngepang gue di sini? Banyak orang loh Vin. Ini bukan di rumah!" Wajah Reina memerah, dan semakin memerah saat orang yang dia tabrak tadi duduk di samping Revin dengan tenang.

"Cuek aja sih, Rei! Biasanya lo juga malu-malu in." 

Reina hendak menjawab, tapi tertahan karena pemuda di samping Revin keburu membuka suara.

"Sosweet amat bro." Gurau Gani, pemuda yang di tabrak Reina tadi. Reina menoleh ke belakang, dan saat Revin selesai mengepang rambutnya, Reina langsung berpindah posisi untuk duduk di sebelah Revin. Jadi Revin di tengah-tengah Gani dan Reina. Reina merasa risih jika duduk di depan cowok selain Revin.

"Ya ya dong! Gue gitu loh. Anthonio Revin!"

Gani tertawa, tak sengaja Reina melihat senyum itu dan tertular untuk melengkungkan bibirnya.

Manis.

"Oh, ya. Kenalin dia kakak gue, Reina. Sekali lagi sorry banget ya bikin lo jatuh tadi. Rei, kenalin dia Gani. Anaknya tante Indira yang kuliah di Singapore itu loh, udah balik kesini."

Reina hanya diam, jujur dia tidak tahu siapa itu tante Indira. Karena dia... terlalu cuek dengan sekitar. Bahkan nama tetangganya yang berteman baik dengan Daniar saja dia tak tahu.

"Gani." Gani mengulurkan tangannya dengan tersenyum manis, memperlihatkan lesung di kedua pipinya.

Reina menatap tangan itu lalu Revin, setelah Revin mengangguk, Reina menyambutnya. "Reina."

"Gingsul lo bagus, manis." Puji Gani tulus. Membuat Reina langsung menarik tangannya dan membuang pandangannya.

SIAL!

"Lesung lo juga manis, pasti Reina suka." Sahut Revin jahil.

"Maksud lo?"

"Reina suka sama cowok berles-- arghtttt! Sakit, Rei! Gilak!" Rintih Revin setengah berteriak sambil mengusap-usap perutnya. Matanya melotot lebar saat ini.

"Lagian! Sok tau banget, sih!"

"Lo kan kembaran gue! Gue pasti tau luar dalem lo lah! Gila, panas banget. Gue aduin Mommy lo!"

"Dasar anak Mommy!" Cibir Reina lalu berdiri.

"Ya karena mommy yang lahirin gue lah, masa Daddy yang lahirin gue! Mau kemana?"

KEMBAR SOMPLAK  - SELESAI [ Segera TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang