Prolog

5.7K 342 19
                                    

perhatian!!!

Mungkin bab 1-7 tergolong membosankan. Tapi coba baca setelah itu. mungkin kalian bisa betah baca cerita ini sampe akhir.

PERCAKAPAN PANJANG MENGGUNAKAN BAHASA JAWA HANYA DI PART INI.
Mending skip aja part ini karena berisi asal-usul pemeran utama wanita.

Rambutnya yang panjang hampir menyentuh pinggul tampak berkilauan dan indah. Awan yang menghitam tidak membuat seorang perempuan berbalut kain jarik dan kain sutra itu mundur dari keindahan ikan-ikan yang menarik hatinya. Dua pelayan paling setia di belakangnya hanya bisa menyaksikan, tanpa perlu menginterupsi.

"Sekar, Ayahanda memanggil kita berdua. Cepatlah pergi menemuinya, sedangkan aku akan mandi terlebih dahulu." Pemuda yang terlihat lebih dewasa berkata dari balik belakang punggungnya. Perempuan bernama Sekar itu berbalik, "Memanggilku? Ada apa?" Tanyanya dengan alis yang merajut.

Pemuda itu tersenyum berniat mengelus rambut adik semata wayangnya. Namun, saat tangannya yang mengudara itu sadar, ia kembali menarik tangannya diam di antara kedua badannya. "Kang Mas tidak tahu, lebih baik kau ke sana sekarang!" Ucapnya dengan lembut.

Setelah itu, Pemuda itu pergi meninggalkan Sekar yang menatap punggungnya sampai sosok itu tidak lagi terlihat.

"Lebih baik anda sekarang bersiap seperti yang dikatakan Raden Bagas, Ndoro," Pelayan di belakangnya memperingatinya. Membuat Sekar tersenyum dan mengangguk. Baiklah, kita akan langsung ke sana. Ucapnya di balas dengan kedua pelayannya yang membungkuk.

Aula kerajaan sangat sepi seakan semua patih, mentri dan prajurit sudah diwanti-wanti untuk menyingkir dari tempat itu. Disitu, hanya ada ayahandanya, ibu ratu, dan beberapa pelayan yang melayani mereka.

Sekar duduk dengan gelisah. Ini seperti pertemuan tertutup anggota kerajaan. Entah apa yang akan di bahas ayahnya, Sekar merasa itu bukanlah hal yang baik. Kedua pelayannya yang menunduk bahkan lebih tenang darinya yang gelisah bukan main.

Tak beberapa lama kemudian, kakaknya, Bagas Trisuseno akhirnya datang. Bagas yang melihat tidak ada siapa-siapa selain keluarga inti kerajaan menghela nafas dengan hatinya yang tidak jenak. Pikirannya runyam menebak apa yang akan di bicarakan Ayahandanya. Karena, jarang sekali ayahandanya mengumpulkan keluarga seperti ini.

Raja Sundra berdehem ia meletakkan sebelah tangannya di atas lutut sedangkan tangan lainya berada di bagian dalam pahanya yang terbungkus kain jarik dan celana sutra.

"Setiap orang pasti akan menikah. Urep iki ora mung mlayu-mlayu marna-mrene bebas saka kewajiban iki. Jodoh iku wes ana takdire dewek-dewek. Aku ora ngudokna anak-anakku kudu rabi saiki lan sapa pasangane. Tapi siji sing tak jaluk saka anak-anakku. Ngger, Nduk, koe iki keturunan bangsawan, sapa-sapa sing dadi pasanganmu kui kudu bisa beradaptasi karo adat ngene kie. Sing tak jaluk marang koe Nduk, nggolekno pasangan sing kuat. Ora mung kuat ragane, nanging kuat pribadi lan agamane. Lambe sing teyeng njaga penuturan lan bisa mbimbing awakmu mbesok. Ngger, nggolekno pasangan sing ngerti unggah-ungguh. Bisa ngaweh awakmu kue kehidupan sing damai. Sing ndamaikna ragamu lan atimu." Sang Raja menghembuskan nafas lembut. Ia melihat kedua anaknya yang sangat disayangi, lalu melihat ke arah permaisurinya yang tersenyum menyemangatinya.

(Setiap Orang pasti akan menikah. Hidup itu tidak hanya berlarian bebas tanpa kewajiban ini. Jodoh itu sudah ada takdirnya sendiri-sendiri. Aku tidak memaksa anak-anakku harus menikah sekarang dan dengan siapa pasangannya. Namun satu yang aku minta dari anak-anakku. Ngger [panggilan untuk anak laki-laki], Nduk [panggilan untuk anak perempuan], Kamu ini keturunan bangsawan, siapapun yang menjadi pasanganmu harus bisa beradaptasi dengan adat sini. Yang aku minta darimu Nduk, carilah pasangan yang kuat. Tidak Cuma kuat fisiknya, namun juga kuat perilakunya dan agamanya. Bibir yang bisa menjaga ucapannya dan bisa membimbingmu kelak. Ngger, carilah pasangan yang mengerti tata krama. Bisa memberikan kepadamu kehidupan yang damai. Yang mendamaikan raga dan hatimu.)

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now