29. Penyerangan

759 135 4
                                    

Gajah Mada hati-hati menunjuk rusa yang tidak jauh dari mereka.

"Kau lihat itu? Perhatikan baik-baik! Aku akan memanahnya." ucapnya mengambil anak panah di belakang punggungnya, juga busur yang ia sampirkan di lengan.

Sekar mengarahkan kepala dan matanya ke arah yang ditunjuk. Matanya mencari-cari sejenak sampai ia fokus pada sebuah rusa yang cantik.

Sekar terdiam sesaat. Baru kali ini Sekar melihat Rusa. Satu-satunya yang ia tahu tentang rusa hanyalah tanduknya yang di pajang di keraton.

Dengan tanduk yang bercabang dan melengkung indah, rusa yang ramping itu terlihat sangat menawan.

Resi di kerajaannya selalu berkata, kalau rusa adalah jelmaan dewa. Sekarang, Sekar mempercayainya.

Rusa, si hewan yang cantik dan anggun. Benar-benar mencerminkan tindak-tanduk dewa. Menawan mata, membuat hati meleleh sejenak.

Tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk seseorang di belakangnya.

Dengan pelan, ia menyatukan anak panah dan busur. Menarik anak panah, dan siap menembak dengan tepat. Ia tidak pernah meleset.

Sekar terbuai oleh keindahan rusa tersadar saat Gajah Mada mulai menarik busur. Ia menoleh ke arah rusa sekali lagi dengan cepat. Lalu menggenggam tangan Gajah Mada dengan berteriak, "Jangan!"

Karena suara keras Sekar, rusa itu terkejut dan pergi. Menyisakan dua orang yang saling berpandangan.

Gajah Mada menurunkan busurnya. Ia menoleh ke arah suara. "Kenapa?" tanyanya.

Sekar melepaskan tangannya dari tangan Gajah Mada. Ketika ia melihat rusa itu sudah tidak berada di tempatnya, ia menghela nafas lega.

Gajah Mada di belakangnya menaikkan alis. Tidak mengerti dengan apa yang Sekar lakukan.

Sekar yang tersadar dengan tindakannya, malu. Ia menoleh dimana Gajah Mada sedang menaikkan alisnya.

Sekar tersenyum canggung. "Rusa itu terlalu cantik untuk diburu. Lebih baik, biarkan dia bebas." ucapnya.

Gajah Mada menggelengkan kepalanya maklum. Tersenyum hangat dan tidak mempermasalahkan apa yang terjadi.

Inilah yang terjadi jika kau membawa seorang perempuan saat kau berburu. Hati mereka yang lembut tidak bisa membiarkan ketidak adilan yang adil ini terjadi.

Gajah Mada kembali terkekeh dan melanjutkan jalannya. Mengarahkan kuda ke arah dimana sinar matahari berada.

Ia bergumam, "Maka, aku hanya akan membawamu berjalan-jalan." ucapnya.

Kuda yang tidak pernah lelah, Gajah Mada yang menikmati suasana, dan Sekar yang menikmati pemandangan.

Andai waktu bisa di jeda, maka kenangan inilah yang pantas mereka jeda.

Kala sesuatu masih nyaman, tidak pernah ada masalah yang mencekam. Keraguan ada, tapi hanya sekedar pembumbu. Mereka harus menghentikan waktu sekarang, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Praktis saat senja sebentar lagi mulai muncul. Saat burung gereja sudah berganti burung gagak. Sekar tidak tahu apakah ada burung hantu di dekatnya, tapi burung gagak adalah mayoritasnya.

Mereka kembali ke barak. Butuh waktu lama untuk kembali, karena mereka pergi terlalu jauh.

Gajah Mada tidak takut kehilangan rombongan. Karena selain rombongan memang akan berangkat kembali saat fajar, ia adalah tipe orang yang bisa kembali kemanapun ia pergi.

Dari jauh, suara-suara nyaring dan teriakan sudah terdengar saat mereka hampir sampai ke barak. Kemah yang mereka tempati tadi seakan sedang berpesta dan beradu mulut.

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now