91. Karti Yang Tersingkir

430 63 8
                                    

Sekar keluar dari aula jamuan di sambut Karti yang menunggunya dengan setia.

Saat ia melihat Sekar, ia maju dan menghadapnya namun tidak mengatakan apa-apa.

Sedangkan Sekar sendiri hanya meliriknya sebentar dan pergi menuju kamarnya dengan Karti mengikuti di belakang.

Di sepanjang jalan, semua orang akan menunduk dan memberi salam. Beberapa menyapa dan terkejut Sekar datang. Senyuman tulus mereka dan kebahagiaan saat melihat Sekar sama sekali tidak dapat di tutupi.

Sekar juga membalasnya dengan senyuman. Ia melontarkan beberapa pertanyaan sederhana sebagai basa-basi.

Banyak orang yang mereka lewati, lebih banyak pula mereka berhenti dari jalannya. Jarak kamar yang harusnya tidak terlalu jauh jadi terasa lama dilewati.

Ini adalah pertama kalinya Karti ke kerajaan Taring, kerajaan Sekar.

Orang-orang terlihat ramah kepada Sekar. Juga, baru kali ini ia melayani Sekar sebagai identitasnya seorang Putri.

Semua orang suka terhadap ndoronya, dan mereka sangat menghormati Sekar. Disini, Sekar seperti seorang singa yang kembali ke kawanannya. Ini rumahnya, dan dia terlihat jauh lebih nyaman di sini. Semuanya terasa akrab baginya. Jauh dari rasa keterasingan seperti saat dia ada di Majapahit.

Hal ini memberikan suasana yang berbeda bagi Karti sendiri, seorang pelayan yang mengikuti Sekar.

"Ndoro sangat akrab dengan semua orang." Ucap Karti berusaha mengulik kehidupan Sekar disini. Ia hanya sedikit penasaran saja.

"Yah, semua orang disini baik. Aku suka mengobrol dengan mereka. Walaupun aku lebih senang sendiri dan menikmati waktu." Katanya. "Aku tidak terlalu suka keramaian. Aku juga tidak suka menjadi pusat perhatian orang banyak. Itu tidak nyaman." Lanjutnya.

"Huh? Benarkah?"

"Tapi Ndoro tidak terlihat penyendiri." Karti bingung. Sorot tanya memenuhi wajahnya. Alis matanya mengkerut dan berusaha berpikir.

"Yah.. Kadang-kadang." Jawab Sekar.

Setelah itu, akhirnya mereka sampai pada tempat tujuan mereka. Kamar Sekar.

Pintu kamar lumayan besar dengan kayu jati yang terukir indah. Corak bunga dan burung menghiasi badan pintu sementara untuk gagang pintunya, terlihat megah dengan ukiran naga.

Di samping kanan dan kiri pintu, dua orang wanita yang berdiri di sana tersenyum begitu melihat Sekar.

Mereka hampir melompat tinggi hampir senangnya.

"Ndoro!"/ "Ndoro"

Lengkingan terdengar, dan Sekar tersenyum kepada mereka.

Sari dan Darmi.

Sudah lama ia tidak melihat mereka berdua. Padahal sejak dulu, merekalah yang selalu menemani kemanapun Sekar pergi dan apapun yang Sekar lakukan.

Wajah senang keduanya menyebar ke mata. Membuatnya terlihat tulus penuh kerinduan.

Tapi walau begitu, mereka hanya bisa berjingkrak dalam posisinya. Sama sekali tidak maju ke arah Sekar.

Saat ini, Sekarlah yang harus mengambil langkah pertama ke arah mereka, dan melebarkan tangannya tanda meminta pelukan.

Langsung saja, mereka bertiga berpelukan dan keduanya menangis haru.

"Ndoro, kami sangat merindukan panjenengan. Karena ndoro tidak ada disini, kami sangat bosan tidak pernah lagi mengalami hal-hal menarik seperti saat dulu. Kami lebih sering di dapur istana." Darmi mengeluh.

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now