16. Tulus

910 161 2
                                    

Bersama-sama dalam remang cahaya dan diiringi dengan suapan demi suapan yang dilakukan Sekar tampaknya bukanlah suatu hal yang membosankan. Mata gelapnya memandang penuh kehangatan. Memancarkan bulu halus yang kasat mata. Gajah Mada tersenyum hangat.

Sekar dihadapannya diam. Tidak ingin lagi memulai perbincangan yang bisa membuatnya tersedak. Membisu tanpa berbicara sepatah katapun.

Gajah Mada melihat kunyahan Sekar yang melambat. Ia bertanya, "Apa dagingnya tidak enak?" Tanyanya.

Sekar mendongak. Di temani rasa kaget, ia menggeleng brutal. "Tidak, ini enak. Hanya saja terlalu banyak. Aku tidak sanggup memakannya sekaligus." Jawabnya.

Gajah Mada tersenyum. Ia menggosokkan kedua tangannya dan membuka mulutnya. Sesekali memandang tepat ke arah mata Sekar yang membatu.

Sekar yang tak paham dengan tindakan Gajah Mada, menaikkan alisnya tinggi. Raut bingung menghiasi wajah manisnya.

"Ada apa Kang Mas?" Sekar bertanya.

Gajah Mada menurunkan dagunya. Menutup mulutnya dan tersenyum, sembari berkata, "Lalu aku akan membantumu memakannya."

Ekspresi ini memang tidak cocok dan menjijikan untuknya, tapi Gajah Mada melakukannya. Ia memajukan bibirnya dan cemberut. Alis uler keketnya terlihat berdekatan, tapi masih ada setitik jarak yang memisahkannya. Membuat alis gagah yang tegas terlihat lemah menjijikan.

"Tapi aku belum mencuci tanganku. Aku juga tidak ingin tanganku kotor. Jadi, suapi aku!" Jelas Gajah Mada singkat dan padat.

Sekar memerah sampai ketelinganya. Pipinya yang merona membuat Gajah Mada gemas dan geli dihatinya. Dimana Sekar yang keras kepala? Beberapa hari ini, yang ditemuinya adalah Sekar yang manis dan pemalu. Sungguh manis, sampai dia tidak bisa berhenti tersenyum.

Sekar ingin menolak, tapi ia tak sampai. Dengan mengambil sebagian kecil paha kelinci yang lembut, Sekar menyodorkannya ke arah dimana seorang tengah membuka mulutnya konyol.

Jari-jarinya bersentuhan dengan daging lembut kembar. Tersesat untuk sekali, Sekar hanya diam saat senyuman Gajah Mada membuat jarinya merasakan gerakan eksotis ringan yang lembutnya bagaikan awan di langit ke tujuh.

Agak basah, akhirnya Sekar kembali ke alam bawah sadarnya dan mengambil jarinya dalam mulut Gajah Mada cepat-cepat. Sekar langsung menggenggam jarinya dengan panik.

"Kau berusaha menggodaku?" Gajah Mada menggoda Sekar.

Sekar menggeleng lemah dan takut, membuat Gajah Mada berusaha menahan tawanya yang menggelegar.

"Tidak apa jika iya. Tapi Sekar, kamu bukankah orang yang harus menggodaku. Hanya dengan melihatmu saja aku sudah menjadi orang yang akan menggodamu sampai batas sopanku tiada." Ucap Gajah Mada.

Terdengar seperti godaan dan candaan semata, namun itu adalah kata-kata yang sebenarnya tulus dari hatinya. Kata-kata yang ia ucapkan, begitulah adanya yang ia rasakan.

Gajah Mada tersenyum. Tidak ada hari tanpa ia tidak tersenyum jika itu dihadapan Sekar. Urat pipinya yang kencang jadi santai akhir-akhir ini. Wajahnya berseri-seri dan cerah.

Gajah Mada sungguh bukan orang yang suka tersenyum dan suka dengan hal-hal berbau duniawi. Ia seakan terpisah dengan hal-hal itu kecuali ambisinya menyatukan nusantara.

Yang ia katakan dulu, bahwa cinta akan melemahkannya, nyatanya ia terhanyut sekarang. Ia buta, dan ia sadar kalau ia buta.

Tapi hatinya tidak. Hatinya tidak buta karena hatinya telah menemukan seorang yang bahkan sangat berharga baginya.

Dengan bertemu dengan Sekar, satu yang Gajah Mada akhirnya sadar. Cinta bukan saja hanya kelemahan. Ia juga menguatan. Ia kekuatan yang memberatkan. Kekuatan yang potensial. Kekuatan yang terdalam.

Contohnya saja dia. Setelah perang bubat, Gajah Mada merasa dunianya sedang menggantung. Antara arti kehidupan dan arti tujuan hidup yang sebenarnya, ia telah kalah.

Hidupnya seakan telah kehilangan kendalinya. Ia kehilangan pegangan yang membuatnya berlarian tak tentu arah.

Raja yang kecewa, korban yang ia ambil hidupnya, penyesalan yang ia tanggung, dan arah yang ia tinggalkan. Apa lagi yang harus ia lepaskan untuk perang bubat dan perang-perang lainya dimasa depan?

Oleh karena itu, ambisinya hilang. Dan ia merasa seperti wadah yang kehilangan isinya.

Tapi dengan kedatangan Sekar dalam hidupnya, ia punya tujuan dan pegangan kuat mengapa ia hidup. Tujuan yang membuatnya merasa kalau hidupnya telah berjalan kembali.

Ada sesuatu yang ia nantikan dalam kehidupan ini. Ada sesuatu yang ia tunggu dan ingin ia lakukan bersama Sekar di kehidupan ini. Dengan itu, Sekar adalah alasan hidup yang kompleks yang membuatnya bisa bertahan di kehidupan ini sampai sekarang.

"Akhir-akhir ini kata-kata yang Kang Mas ucapkan sungguh bukan jati diri Kang Mas yang selama ini aku kenal." Ucap Sekar dengan memilin paha kelinci dengan tangannya.

"Benarkah?" Tanya Gajah Mada. Walau ia ingin sekali menjawab pertanyaan Sekar dengan candaan dan godaan, ia tetap diam dan mendengarkan apa yang ingin Sekar katakan.

"Itu benar. Aku sangat terkejut dengan sifat Kang Mas yang berbanding terbalik dengan apa yang aku tahu." Lanjut Sekar. Ia tidak menatap Gajah Mada membuat Gajah Mada dengan leluasa bisa melihat gerak-geriknya di balik mata elangnya.

"Lalu apa yang kamu pikirkan tentangku? Aku yang terlihat menyeramkan, atau aku yang melalukan segala cara hanya untuk sumpahku, bahkan membunuh calon istri Rajaku sendiri? Hm? Mana yang kau pikirkan tentangku?"

Sekar tahu Gajah Mada hanya sedang bercanda dan menggodanya, tapi ia tetap terkejut dengan perkataan itu.

Bukan itu maksudnya, ia bahkan tidak pernah memikirkan gagasan itu. Oke, ia pernah, saat ibu ratunya bercerita dulu. Ia memang pernah menganggap Gajah Mada orang seperti itu.

Tapi itu dulu. Sebelum Gajah Mada bertemu Sekar.

Lalu orang-orang lainya mulai menceritakan kisah Gajah Mada yang setia, berani, dingin, dan tangguh yang membuatnya kagum. Yang beberapa kali ia lihat kebenaranya. Sebagai contoh, Gajah Mada dengan tegas menerima dhawuh Hayam Wuruk untuk menikah dengannya. Ia sangat menghormati Hayam Wuruk dan mencintainya sebagai Raja dan atasan. Sekar bahkan ragu, apa Gajah Mada melihat Hayam Wuruk sebagai manusia. Karena ia memperlakukan Hayam Wuruk seperti dewa yang tak pernah ia tentang walau ia salah. Sungguh, seperti itulah perlakukan Gajah Mada kepada Hayam Wuruk.

Nah, dari situlah, krisis identitas Gajah Mada dalam mata pandang Sekar dimulai.

Ibunya bilang, Gajah Mada bukanlah orang yang baik. Orang-orang disekitarnya bilang, Gajah Mada adalah orang yang tangguh, setia, dan dingin. Tapi kenyataannya, saat Gajah Mada bersamanya, ia sangat berbanding terbalik dengan citra itu. Yang dia lihat selama ini, Gajah Mada hanyalah seorang pria yang hangat, yang selalu mengalah, pria yang penuh dengan tipu muslihat godaan disetiap perkataannya, dan seorang lelaki cabul yang bertopeng suami.

"Benar itu yang kamu pikirkan tentangku?" Tanya Gajah Mada.

Gajah Mada sebenarnya tidak peduli apa yang Sekar pikirkan tentangnya. Apapun yang Sekar pikirkan tentangnya, semua akan terbukti dengan waktu. Cintanya juga akan terbukti dengan waktu yang kian memperkokoh perasaannya. Karna ia yakin, Sekar akan mampu melihat ketulusannya pada akhirnya.

Saat itu tiba, bayangan rumor dan semua tentang apa yang dikatakan orang-orang akan hilang. Sekar hanya akan melihat betapa ia mencintai Sekar dengan tulus. Ia akan tahu, kalau perkataannya selama ini bukanlah hanya godaan apalagi hanya candaan semata.

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now