84. Ayam Jago

875 89 14
                                    

Banyak typo, tadi langsung upload.

***

Saat Sekar terbangun di siang harinya, hal pertama yang dia lihat pada jarak pandangnya adalah Gajah Mada.

Tangan Sekar hangat dan lembab. Kemudian ia menyadari bahwa Gajah Mada memegang tangannya. Dan itu mungkin sudah agak lama karena ia merasakan keringat di dalam telapak tangan mereka.

"Kenapa Kang Mas masih di rumah?" Tanya Sekar.

Gajah Mada tersenyum begitu saja. Senyumannya lebih cerah dari sebelum-sebelumnya. Ia juga mengelus tangan Sekar dengan sangat lembut. Lalu menciumnya.

"Aku tidak akan pergi." Katanya.

Sekar menyergit. Ia duduk dan memegang kepalanya yang sakit. Karena tidak terbiasa bangun siang hari, ia jadi pusing.

"Ada apa?" Tanya Sekar.

"Apa?" Tanya Gajah Mada.

Sekar tertawa, "Apa itu?" Tanya Sekar lagi.

Gajah Mada pun tertawa "Apa?" Tanyanya penuh gelak tawa.

Sekar tak kuasa menahan tawa, ia bertanya, "Apa yang membuat Kang Mas jadi aneh begini?"

Gajah Mada menyempitkan tawanya. Ia tersenyum sangat manis. Wajahnya yang rupawan menjadi nampak hangat saat alis teduhnya mengiringi mata yang lembut dan dalam.

Ia kembali mengelus tangan Sekar, "Aku sangat senang..." Tangan kirinya bergerak mengelus perut Sekar. Geli, Sekar sedikit menghindar, tapi Gajah Mada kembali mengelusnya. "...Karena keluarga kita akan lengkap." Ucapnya.

Gajah Mada pikir, Sekar akan terkejut dan kemudian memeluknya. Tapi ternyata tidak seperti itu. Sekar sama sekali tidak menunjukan ekspresi terkejut.

"Hei.." Panggil Gajah Mada.

Sekar mendongak. Ia bertanya dengan ekspresi bingung, "Hm?"

"Keluarga kita akan lengkap." Kata Gajah Mada.

"Lengkap?" Ulang Sekar bingung.

"Kita akan memiliki anak. Kau sedang hamil." Lanjut Gajah Mada memberikan penjelasan.

Sekar menatap Gajah Mada dengan kaget. Ia juga menatap tangan Gajah Mada yang berada di perutnya lama.

Tidak ada kata yang di ucapkan Sekar setelah itu. Ia hanya menatap perutnya dengan tatapan rumit.

Ia mengelus perutnya, tapi ia tidak tersenyum. Gajah Mada menarik dagu Sekar. "Apa kau tidak bahagia?" Tanyanya.

Sekar menatap mata Gajah Mada. Ia menatapnya lebih dalam saat ia berkata, "Aku bahagia. Tapi.."

Setelah itu, Gajah Mada membawa Sekar kembali ke pelukannya. Bukan tidak bahagia, tapi banyak pertimbangan. Bukan tidak senang, tapi waktu yang telah berlalu adalah kesalahan. Gajah Mada tahu itu, dan ia hanya bisa mengatakan, "Semuanya akan baik-baik saja."

"Semua ini berkat atau kesialan?" Tanya Sekar.

"Takdir hanya bisa menerka. Kita yang menentukan kehidupan kita sendiri. Aku  bisa menantang takdirku sendiri." Gajah Mada menimpali.

****

"Tiga pejantan ayam saya tidak pernah menang lagi setelah kalah dari jago si Adhi, Mahapatih. Rasanya, ini adalah karma yang saya dapat karena berjudi. Uang saya habis. Tidak apa-apa jika hanya saya yang terkena dampaknya, tapi keluarga saya, yang tidak tahu apa-apa jadi menanggung semuanya. Karena kesalahan saya, mereka jadi ikut menanggungnya."

Perbincangan saat latihan memang terjadi sering terjadi. Tapi Gajah Mada tidak pernah mendengar Surya mengatakan hal tentang hobi judinya.

Memang benar, kalau ia tahu tabiat buruk salah satu bawahan paling akrabnya kecuali Dwi Prapaja itu. Tapi ia tidak berniat ikut campur. Pada akhirnya, ia yang akan sadar tanpa apa yang memaksanya sadar.

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now