26. Guyonan

750 136 7
                                    

"Sekar?" Tanya Gajah Mada begitu menoleh dan mendapati Sekar yang berdiri di belakangnya.

Sekar tersenyum kikuk. Ia tidak tahu mengapa Gajah Mada ada disini. Ia bilang kalau ia akan pulang malam bukan? Lalu kenapa sekarang ada disini?

"Kang Mas disini?" Tanya Sekar basa-basi. Senyum ragu-ragunya terlihat sangat munafik.

"Kalian kenapa kaget dengan pertemuan ini? Seperti seorang kekasih kasmaran yang bertemu kebetulan." Permaisuri terkekeh.

Sekar masih canggung dengan pertemuan ini. Ia pun tidak tahu kenapa. Tapi setiap kali ia melirik ke Gajah Mada, ia tidak tahan untuk memalingkan wajah. Apalagi mata Gajah Mada selalu memandangnya.

"Paman seperti patung." Ujar Kusuma, melihat Gajah Mada yang tidak mengalihkan matanya dari Sekar.

"Kamu benar," Jawab Permaisuri.

"Duduklah Sekar. Temani aku minum teh. Sedangkan kamu, Gajah Mada. Kamu boleh pergi." Ucapnya.

Sekar duduk di diantara Permaisuri dan Gajah Mada. Di depannya ada Kusuma yang mengamatinya.

Sekar tersenyum mencoba ramah kepada putri kerajaan ini. Tapi Kusuma tidak menanggapinya. Ia malah mengedipkan matanya bingung. Dasar anak kecil!

Barulah saat Gajah Mada berdiri, ia memekik. "Paman mau kemana?"

"Pergi latihan." Gajah Mada menjawab dengan singkat.

Kusuma menunduk. Memainkan jari-jarinya. Dan berkata dengan sedih. "Aku ingin melihat ayah.." Katanya.

Gajah Mada menghela nafas. Duduk kembali dan mengelus surai lembut Kusuma. Setiap kali Gajah Mada melihat Kusuma dan Aji, hatinya selalu mendesah dan resah. Anak-anak ini masih kecil, tapi dalam hal kasih sayang keluarga, mereka sama sekali tidak mendapatkannya.

Ibu mereka menyayangi mereka, tapi beban sebagai anak raja sangat membebani mereka. Mereka dituntut harus menjadi yang terbaik dan sempurna, saat mereka masih hanya bisa bermain.

"Kamu pikir ayahmu ada di tempat latihan? Ayahmu tidak ada di sana." Ujarnya lembut.

Kusuma merengut. Lalu ia menundukkan wajahnya sampai yang terlihat darinya hanya dahi dan rambut yang di ikat rapi. Aksesoris yang ia pakai tidak terlalu banyak, sehingga tidak memberatkan kepalanya yang kecil.

"Jangan merengek seperti itu Kusuma. Kau sudah besar! Pergi ajak Paman Gajah memberikan petuah dharma!"

Setelah mendengar kata-kata ibunya, Kusuma berdiri dengan raut wajah sedih. Lalu berjalan entah kemana meninggalkan orang-orang di pedhopo.

Sedangkan Gajah Mada pamit undur diri dan mengikuti Kusuma. Sesekali ia menoleh ke belakang hanya untuk melihat Sekar yang bercengkrama dengan Permaisuri.

"Makanlah Sekar," Kata sang Permaisuri.

Sekar mengangguk. Melihat Permaisuri yang menyesap makanannya dengan anggun, ia jadi tambah lapar. Jadi, ia juga mengambil beberapa makanan yang menurutnya menggugah selera.

"Kusuma sangat dekat dengan Gajah Mada. Ia sangat mengagumi Gajah Mada dan memujanya." Ucap Permaisuri.

Sekar tersenyum. Bingung harus menjawab apa kepada Permaisuri.

Permaisuri yang dasarnya cantik jadi sangat cantik saat ia tersenyum. Suaranya mendayu saat mengatakan, "Sepertinya Gajah Mada juga suka anak kecil. Apa kalian sudah merencanakan berapa anak yang akan kalian punya?" tanyanya, yang merubah suara indahnya menjadi dengingan keras di telinga Sekar.

Sekar menghentikan senyumnya. Ia tidak suka ditanya soal ini. Pertama, ia bahkan tidak sedekat itu dengan Gajah Mada. Kedua, untuk saat ini, Sekar tidak memikirkan soal anak. Untuknya menikah saja, itu karena paksaan. Membayangkannya, membuat bulu tubuhnya meremang. Sekar tidak akan bisa menjawab.

GAJAH MADA ; Megat RosoOù les histoires vivent. Découvrez maintenant