117. Ranggita

342 32 12
                                    

Dwi Prapaja berlari dengan tergesa-gesa. Beberapa prajurit bilang, Gajah Mada ada di kamar menjaga Sekar, tapi saat dia ke sana, Gajah Mada tidak ada. Hanya ada beberapa pelayan dan pelayan pribadinya, serta penjaga yang menjaga diluar pintu.

Jika bukan kesini, kemana lagi Gajah Mada pergi?

Sudah hampir seluruh istana dia mencari, kalau begini, bagaimana dia akan memberitahukan hal penting?

Sehari sebelumnya, dimana Dwi Prapaja berhasil menemukan tabib palsu dan sisa minuman yang sedang dia cari, ada sesuatu yang mengherankan.

Ketika dia memberikan minuman itu..

***
"Apakah kamu yakin air ini tidak ditukar?" tanya Arya bingung.

Dwi Prapaja menyergit. "Ada apa?"

"Ku rasa tidak. Apa gunanya menukar bukti dan pada saat bersamaan menyembuknyikannya dalam-dalam?" sambungnya.

Arya terkekeh mendengar jawaban Dwi Prapaja. Dia menjawab, "Apa kau bodoh? Mungkin saja mereka sengaja melakukannya agar kita mempercayai bahwa ini adalah bukti asli dan terkecoh. Bagaimana bisa, air ini membuat seseorang bisa koma?" katanya dengan pandangan tak suka dengan kebodohan dan keteldoran Dwi Prapaja yang sama sekali tidak menangkap apa yang dia maksud.

"Apa maksudmu, Paman? Apa yang ada di dalam air itu?" Dwi Prapaja penasaran cemas. Entah karena Arya terlihat kecewa dengan apa yang dia bawa, atau karena dia tidak memprediksi hal-hal diluar nalar.

Arya menghela nafas. Dia mendekat dan membawa gelas itu lebih dekat ke padanya. "Tidak ada yang salah dalam minuman ini. satu-satunya hal yang mungkin berbahaya adalah sari umbut bambu hitam yang ada di dalamnya. Ini mengandung racun, tapi bukan jenis racun yang sangat mematikan, satu banding seribu jika mungkin. Paling-paling, efek dari bambu hitam ini hanyalah membawa rasa gatal biasa. Apalagi, ada susu didalamnya. Harusnya itu bahkan sudah di netralisir dengan adanya susu, sehingga tidak akan terlalu banyak efek samping."

Dwi Prapaja melongo. Itu benar! Dia juga tahu bahwa bambu hitam memang beracun, tpi bukan jenis racun mematikan. Dulu, dia pernah terkena racun itu, tapi tidak terjadi apa-apa selain ruam gatal yang tak terlihat. Apakah dia memang benar telah dibodohi?

Melihat Dwi Prapaja yang tampak tak percaya, Arya tersenyum mengejek, "Jadi katakan! Bagaimana minuman seperti ini bisa membuat seseorang koma dalam waktu lebih dari sepekan, huh?"

Dwi Prapaja belum memproses apa yang baru saja diketahuinya saat tiba-tiba, seorang prajurit datang dan berlutut.

"Sendhika Dhawuh, seorang tahanan telah membuka mulutnya." Katanya dengan tegas dan bangga.

Dwi Prapaja tanpa banyak bicara beridiri dan pergi ke penjara. Untuk saat ini, biarkan dia yang menangani hal ini dulu, maka dia bisa memberikan kabar yang jelas untuk Gajah Mada.

"Paman, jangan katakan kepada siapapun dulu tentang masalah ini. juga jangan gegabah untuk memutuskan bahwa ini hanya tipuan, sebentar lagi semuanya akan jelas." Katanya, kemudian melangkah pergi meninggalkan Arya yang belum menjawab apapun.

Arya menatap dongkol kepada Dwi Prapaja. "Cih! Memangnya siapa kau memerintahku? Apa aku disini karena aku butuh? Tidak! Aku kesini karena niatku!!"

Dwi Prapaja bekerja dengan sangat efesien. Dengan pandangan terkejut, dia bertanya lagi, "Siapa katamu?!"

"Ndoro Ageng Ranggita, Tuan." Ucapnya bergetar entah menahan rasa sakit akibat penyiksaan atau karena ia telah mengatakan hal yang seharusnya tidak dia katakan.

"Ranggita.." Gumam Dwi Prapaja.

Ranggita adalah salah satu selir Bhre Wengker yang merupakan ibu kandung dari Paduka Sori. Statusnya kecil, namun juga kuat karena anaknya yang lahir darinya menjadi Permaisuri di majapahit. Sehingga walaupun dia hanya sorang selir, dia mampu melakukan apapun yang dia mau.

Saat peristiwa dimana Gajah Mada membunuh Hayam Wuruk, dia telah mengirim anggota kerajaan ke Adibaya untuk di asingkan, tapi mereka semua melupakan satu yang paling penting.

Ranggita.

Statusnya yang seorang selir mungkin mengecoh Gajah Mada untuk tidak mengikutsertakannya ke anggota kerajaan yang lain. mungkin Gajah Mada lupa fakta terbesar bahwa walaupun dia seorang selir, dia masihlah ibu dari paduka Sori sehingga hal ini terjadi.

Jika benar bahwa dia yang melakukan ini, itu akan masuk akal karena dia ingin balas dendam.

"Kalian dengar itu? Tangkap dia sekarang juga!" Ucapnya pada dua orang di belakangnya.

"Ya, tuan."

Tak lama Dwi Prapaja menunggu, karena setelah beberapa menit kemudian, orang itu kembali ke padanya.

Tapi sayang, tidak seperti harapan, mereka berlutut baru berbicara, "Dia tidak berada di kediamann. Kami juga pergi ke rumah anaknya, dia juga tidak ada di sana rumahnya di gembok."

Dwi Prapaja menendang pintu jeruji yang ada di depannya, membuat tahanan yang ada di sekitarnya menatap ke arahnya.

"Sialan! Mereka telah kabur."serapahnya. "Cari mereka sampai dapat! Karena perbatasan di jaga ketat, mereka tidak akan kabur jauh-jauh. Jadi kerahkan semua orang, lagi!" sambungnya.

Dwi Prapaja berpikir. Jika mereka kabur, itu berarti mereka sudah tahu kalau mereka akan tertangkap cepat atau lambat.

Jadi apakah mungkin benar, kalau mereka telah menukar air sisa itu sehingga mengecohnya? Berpikir bahwa masalah Sekar bukan terletak pada air yang dia minum, tapi karena alasan lain?

Apakah mereka juga telah merencanakan rencana lanjutan? Mereka tidak mungkin hanya bersembunyi sampai mereka ketahuan, mereka juga pasti akan menyerang suatu saat. Entah itu akan besar atau tidak, tapi itu masih bisa di cemaskan.

Dwi Prapaja juga berpikir, haruskah dia memberi tahu Gajah Mada sekarang? Dia juga berhak tahu apa yang sedang terjadi.

Tidak, tidak...

Gajah Mada sudah cukup dengan masalah yang ia terima saat ini. melihat Gajah Mada yang tidak bisa tidur siang malam saja sudah membuatnya resah kalau-kalau Gajah Mada tumbang disaat-saat yang penting.

Gajah Mada dimatanya, tak ubahnya seperti mayat hidup yang tak punya energi lagi.

Hah.. Baiklah. Saat ini Ranggita masih belum ditemukan. Jika ia memberi tahu Gajah Mada sekarang, itu tidak baik. Ia akan mengatakannya kepada Gajah Mada saat pelakunya benar-benar sudah ditangannya.

Lalu ia akan menyerahkan semuanya ke tangan Gajah Mada.

Di tengah pikirannya yang runyam, ekor mata Dwi Prapaja tak sengaja menangkap satu tahanan yang tak bergerak sama sekali.

Jerami di bawahnya rapi, seolah ia memang sudah lama tak beregerak sehingga jerami-jerami di bawahnya juga tidak ikut bergerak.

Wajahnya tidak terlihat, tapi Dwi Prapaja tahu siapa dia.

Suryati.

Dia adalah alasan kenapa minuman itu sangat penting karena menurutnya, seseorang telah meracuni Sekar dengan minumannya.

Dwi Prapaja menggeleng. Kini, dia hanya bisa tertunduk seolah-olah jiwanya telah hilang dari tubuhnya. Dwi Prapaja agak kasihan dengannya, namun ia tak bisa apa-apa. jika Gajah Mada sudah kesal, tak ada tempat untuk berbalik bagi siapa saja.

Salahkan dia, yang telah ikut campur urusan orang lain. tak tahukah dia, bahwa Gajah Mada kebal racun? Jika dia tak menukar minuman itu, seharusnya masalah ini tidak akan besar seperti sekarang.

***
Tadi bab ini aku hapus, soalnya salah.

***
28 September 2023

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now