47. Berbantal lengan

856 132 15
                                    

Nampaknya, kekhawatiran orang-orang itu tidak berdasar. Dua hari sejak permohonan yang membuat Gajah Mada tidak habis pikir itu terjadi. Tidak ada usulan ataupun seruan dari Wironggo seperti yang mereka katakan.

Bukan berarti Wironggo sama sekali tidak memaksa, namun paksaannya bisa di bungkam dengan ketidakpastian yang bisa dengan mudah mereka lakukan. Sehingga mereka tidak perlu terlalu khawatir dengan tindakan Wironggo selanjutnya.

Selain bodoh, Wironggo juga tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Jadi, walau hal-hal mencurigakan terjadi di depannya, ia tidak akan memperhatikan kecuali bawahannya memberitahukannya. Wironggo ini sensitive, tapi kesensitivannya sangat lemah pada sikap baik seseorang. Ia tidak akan bisa membedakan mana orang yang hanya berpura-pra dan mana yang berperilaku sebenarnya.

Gajah Mada jadi sanksi, apakah mereka memohon kepadanya tempo hari hanya untuk membuatnya merasa tak nyaman atas perilaku Hayam Wuruk yang mengucilkannya? Mereka pikir Gajah Mada tidak tahu mereka sedang merencanakan sesuatu tanpanya sehingga mereka pamer dengan cara yang aneh.

Gajah Mada tidak tahu apa niat mereka sebenarnya. Tapi Gajah Mada sama sekali tidak suka dengan apa yang mereka lakukan.

Gajah tersenyum. Pusingnya hilang ketika ia memikirkan Sekar tanpa sengaja. Hal-hal tentang Sekar memang kerap kali melintas tiba-tiba di pikirannya. Membuatnya kadang tersenyum di saat yang tidak tepat.

Setelah Gajah Mada tahu bahwa Sekar menolak bersenggama dengannya hanya karena takut, bukan karena benci, ia jadi lega dan merasa tenang. Kalau memang seperti itu adanya, bukankah ia masih punya peluang dimasa depan? Bila ia sedikit lebih sabar dan mencoba lebih dekat, Sekar pasti bisa menerimanya kemudian.

"Kanjeng Gusti Garwa Prameswari,"

(Yang Mulia Permaisuri)

Gajah Mada memicingkan matanya. Memasang telinga lebih tajam dan menoleh ke arah suara yang baru saja ia dengar.

"Ada apa?"

Di balik pendopo yang Gajah Mada lewati, seorang pelayan membungkukkan badannya rendah. Di depannya, permaisuri paduka sori mempersilakannya.

Gajah Mada tidak bermaksud menguping, tapi pendengarannya terlalu tajam sehingga ia tidak bisa mengabaikan suara itu dan berpura-pura tidak mendengar apapun. Seperti kalian yang mendengar suara nyamuk di sisi kalian, bisakah kalian tidak terganggu dan pura-pra tidak mendengar apapun?

"Setelah perjamuan lusa, dua orang yang kita lihat menemani Prabu Hayam Wuruk dipanggil kembali. Namun nampaknya tidak ada yang terjadi diantara mereka. Saya sudah bertanya dengan teman saya, bahwa Prabu hayam hanya memanggil mereka untuk minum bersama. Mereka di usir dari ruangan saat Prabu Hayam Wuruk mabuk. Secara teknis, tidak ada yang bisa terjadi dengan mereka dalam waktu yang singkat."

Setelah seorang pelayan ini menyelesaikan laporannya, suara deheman Permaisuri bergema. Gajah Mada pergi setelah mendengar beberapa kata yang diucapkan permaisuri untuk menanggapi laporan itu. Tidak jelas apa yang dikatannya, karena Gajah Mada sudah pergi terlalu jauh dari jarak yang bisa ia dengar.

Gajah Mada mendengus. Sepertinya hubungan antara Hayam Wuruk dan permaisuri tidak berjalan lancar. Semuanya masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah.

Kadang, Gajah Mada memang merasa kasihan dengan Kusuma yang kurang kasih sayang. Tapi ia juga merasa sedikit iba dengan permaisuri.

Bagaimana bisa seorang istri tidak punya hubungan yang baik dengan suaminya. Bahkan setelah anak lahir dari hubungan itu.

Walau ia dan Sekar juga punya hubungan yang tidak bisa dikatakan harmonis, setidaknya hubungan Gajah Mada dan Sekar tidak berada di posisi yang sama dengan mereka. Juga, hubungannya dan Sekar baru saja seumur jagung. Tentu tidak mudah membangun sebuah hubungan.

Kendati demikian, Sang prabu dan permaisurinya sudah menikah lama sekali. Tapi mereka masih belum saling mencintai.

***

Saat itu, Gajah Mada bangun pagi-pagi sekali. Ia menoleh ke samping kanannya, dimana Sekar sedang tertidur pulas berbantal lengannya. Gajah Mada tersenyum hangat. Lalu mengelus rambut kepala Sekar pelan. Tidak ingin membangunkan Sekar dengan tindakannya.

Mimpi buruknya sudah lama hilang sejak ia hidup dengan Sekar. Jadi tidak ada lagi hal-hal menyeramkan selama ia bangun. Sekarpun tidak akan perlu lagi merasa jika menjadi orang pertama yang melihatnya bangun.

Gajah Mada tidak punya apapun yang harus dilakukan, tapi ia punya firasat kalau sesuatu akan terjadi. Jadi, ia juga harus bangun dan bersiap-siap walau sebenarnya ia ingin menikmati momen ini.

Dengan sabar dan pelan, Gajah Mada menarik tangannya yang di jadikan bantal oleh Sekar. Gajah Mada bahkan takut untuk mengeluarkan suara sekecil apapun. Tangan yang ia tarik juga bergerak sangat halus.

Namun Sekar tetap saja terbangun walau tindakan Gajah Mada sangat hati-hati. Gajah Mada jadi merasa bersalah karena membuatnya terbangun.

Tanpa tahu kalau Gajah Mada mati-matian menarik tangannya tanpa membuatnya terbangun, Sekar mengucek matanya dan menguap kecil.

"Bangun?" Tanya Gajah Mada tak kuasa menahan rasa gemasnya pada sosok di sampingnya.

Sekar baru saja tersadar bahwa ada seseorang di sampingnya. Sekar menoleh. Gajah Mada yang menatapnya dalam membuat kelopak mata Sekar semakin terbuka. Mengingat bagaimana ia tidur bersama Gajah Mada setelah pengakuan yang tersirat itu Sekar tersipu dan merona. Ia lupa dengan keberadaan Gajah Mada.

Sekar dibuat semakin malu saat tersadar bahwa dia juga menggunakan tangan Gajah Mada sebagai bantal. Sekar bangun dengan terkejut.

"Maaf, aku tidak sengaja menindih tanganmu. Apakah sakit Kang Mas?" Tanyanya prihatin.

Gajah Mada menggeleng. Lalu menarik tangannya yang terasa kosong saat Sekar bangun tiba-tiba. "Sama sekali tidak. Ini bukan apa-apa." Jawabnya.

Sekar mengangguk dan tersenyum malu. Lalu ia melirik ke segala sudut. "Sepertinya masih sangat pagi." Ucapnya.

Gajah Mada mengangguk. Ia membenarkan apa yang dikatakan Sekar. "Ini memang masih pagi. Jika kamu masih mengantuk, tidak apa-apa untuk tidur sebentar lagi."

Sekar menggeleng kencang. "Tidak, tidak. Aku tidak mengantuk lagi. Bahkan jika aku mengantuk, tidak baik untuk tidur lagi." Jawaban Sekar balas dengan senyuman. Lagi.

Sekar sendiri sudah terbiasa dengan senyuman Gajah Mada. Walau ia masih terpana, ini bukan senyuman yang pertama kali ia lihat.

Siapapun yang tidak pernah melihat senyum Gajah Mada pasti akan kaget melihatnya saat tersenyum. Ternyata orang yang dingin dan terlihat tidak hidup ini bisa tersenyum seperti ini. Jelas bukan citranya yang agung dan keras.

"Kalau begitu, aku akan mandi terlebih dahulu." Ucap Gajah Mada yang membuat Sekar mengangguk.

Gajah Mada pergi dari sana. Ia mengangkat tangan kanannya dan tersenyum dalam. Membuat bagian di ujung matanya mengkerut.

Ia membawa tangan itu ke hidungnya. Mengendusnya dengan seksama. Karena semalam penuh Sekar berbaring diatasnya, lengan Gajah Mada ini memiliki bau tubuh Sekar. Agak manis dan segar. Persis dengan bau yang tercium saat sekar selesai mandi.

***
Aku lagi sibuk bngt akhir-akhir ini. Buat nulis satu chapter aja bener-bener nyempetin waktu bngt.

Oh iya. Kalo aku nulis ratu buat raja jangan bingung ya. Karna Raja dalam bahasa jawa juga bisa Ratu. Sedangkan Ratu ya ratu. Intinya, itu bukan typo kalo aku nulis Ratu buat penguasa laki-laki.

***
17 Juni 2022

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now