31. Panggah Tyas

748 133 6
                                    

Gajah Mada membawa kudanya ke tempat dimana ia meninggalkan Sekar.

Langit malam membuatnya semakin mencemaskan Sekar. Ia meninggalkannya sendiri, bukan keinginannya. Tapi karena keadaan yang memaksa.

Kalau Sekar mengikutinya, ia tidak bisa menjamin keselamatan Sekar ditangannya.

Tempat dimana ia meninggalkan Sekar lebih rimbun dari pada di barak. Membuat langit hanya terlihat mengintip. Malam menjadi sangat gelap. Gajah Mada mengencangkan tali kuda. Memaksanya melaju lebih cepat.

"Ha.. Ha.. Ha.. Sungguh menggemaskan, sungguh menggemaskan."

"Lembut sekali, apakah senyaman ini jika kau sudah dewasa?"

"Jangan menggigitku!"

Sayup-sayup, ia bisa mendengar suara tawa Sekar dan suaranya yang menenangkan.

Tapi, dengan siapa ia bicara? Ia meninggalkan Sekar seorang diri. Siapakah itu?

Tepat setelah ia tiba di sana, ia disambut dengan punggung Sekar yang menghadapnya. Sekar membelakanginya.

Gajah Mada menyergit melihat Sekar yang sama sekali tidak menoleh kerahnya. Apakah ia tidak mendengar suara kudanya?

"Ayu.." Lirih Gajah Mada.

Sekar menolehkan kepalanya. Saat itu, sorot matanya penuh keterkejutan membuat Gajah Mada yakin, kalau ia memang tidak mendengar suara kudanya.

Tangannya memegang daging kering yang ia tinggalkan untuknya. Memberikannya untuk seekor anak harimau yang masih sekecil kucing.

'Seekor macan?'

"Kang Mas sudah kembali? Bagaimana, apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Sekar bertubi-tubi.

Pandangan mata Gajah Mada was-was memperhatikan sekelilingnya. Tangan yang ada disisinya meraba pedang yang masih berada dalam sarung.

Kalau ada seekor anak harimau, pasti induknya berada disekitar sini. Harimau selalu menjaga anaknya dengan hati-hati.

"Kang Mas!"

Gajah Mada tersadar saat Sekar memanggilnya.

"Seekor anak macan?" Tanya Gajah Mada.

Sekar kembali menoleh ke anak Harimau yang sedang ia beri makan. Lalu tersenyum senang.

"Sangat menggemaskan bukan? Bulunya halus dan lembut. Bukankah dia mirip sepertimu?" Sekar bercanda.

Gajah Mada menggeleng. Kemudian tangannya menggenggam tangan Sekar. Menariknya ke sisi kuda.

"Kamu baik-baik saja?" tanyanya sembari mengelus rambut Sekar.

Sekar menghindar. Menjawab sembari tersenyum, "Aku baik-baik saja." Senyumnya serasa dibuat-buat. Senyum paksa yang tidak tulus.

Gajah Mada tersenyum getir. Ia sekali lagi menoleh ke arah anak harimau yang tertinggal. Sebelum induk harimau datang, lebih baik segera pergi dari sini.

Jadi, Gajah Mada mengangkat tubuh Sekar ke kuda. Berkata, "Ayo kita kembali ke rombongan."

Ia menarik tali kuda kuat-kuat. Di depannya, Sekar menatap anak harimau yang ditinggalkannya dengan nanar.

GAJAH MADA ; Megat RosoOnde histórias criam vida. Descubra agora