5. Dhawuh Hayam Wuruk

1.2K 198 5
                                    

Lagi-lagi, Sekar bertemu dengan Gajah Mada. Gajah Mada sedang berdiri dengan tangan yang ia lipat di belakang tubuhnya, membuat ototnya menyembul di balik lengannya. Pandangannya melekat pada tugu batu. Sekar ingin pergi, namun karena ia penasaran kenapa Gajah Mada ada disitu, ia menghampirinya.



"Salam Mahapatih," Ucap Sekar sedikit menunduk.



Gajah Mada berbalik. Ia tersenyum dan berkata, "Ketidaksengajaan membuat kita selalu bertemu." Sekar mengangguk dan berdiri di sebelah Gajah Mada. Sedikit di belakangnya, agar terkesan mengormati.



Pandangannya Gajah Mada terfokus lagi ke tugu batu. "Kebo ireng?" tanya Gajah Mada.



"Legenda." Jawab Sekar menjelaskan. Ia memalingkan wajahnya kesamping dan melihat raut penasaran dari Gajah Mada. Ia tersenyum. Kalau seperti ini, ia merasa kalau ia lebih berwawasan. Menceritakan sejarah kepada seorang yang berwawasan luas.



"Dulu, ada seekor kerbau sakti di sini. Ia kerbau dari seorang yang juga sakti. Kesaktiannya membuat ia bisa menghancurkan apapun yang di injaknya. Namun juga tidak merusak apapun yang diinjaknya, walau itu lumpur. Tapi kerbau itu mati, ia di bunuh dan dimakan oleh beberapa pemuda saat ia lewat ke sebuah desa. Walau kerbau itu mati, kesaktiannya tidak mati. Tetua mengatakan kalau akan ada saatnya kerbau itu menendang sebuah gunung. Gunung itu akan jatuh menimbun desa."



Gajah Mada mengangguk. "Terjadi?" Tanyanya.



Sekar mengangguk. "Sudah beberapa tahun yang lalu. Saya masih sangat kecil untuk mengingat tanah longsor itu. Desa yang terkena longsor tidak berada tepat di bawah kaki gunung. Ada sebuah sawah yang memisahkannya. Sawah tidak terkena longsor, alih-alih desa itu yang terkena. Seperti tanah yang di lempar." Ucap Sekar.



Entah siapa yang sadar, kedua orang itu kini udah berjalan pergi dari tempat tugu tadi. Mereka berjalan sambil bercerita. Untung saja tidak ada orang yang melihat mereka.



"Lalu ular gunung itu?" Tanya Gajah Mada lagi. Ia masih mengingat kata-kata yang ada dalam tugu itu.



"Ular yang ada di hutan barat. Itu juga dulu. Dulu, hutan itu masih sangat rimbun. Pohon-pohonnya besar. Ada ular yang sangat besar, lebih besar dari yang semua orang bayangkan. ia pernah memakan orang. Sebuah rombongan yang melewati hutan. Tiba-tiba saja orang di belakang hilang. Saat mereka kembali ke jalan yang mereka lalui, mereka hanya menemukan sisa slendang dan ular yang hendak pergi. Ada yang melihat saat ular itu sedang minum. Danau tempat ular itu minum berkurang sangat cepat, saat orang itu menoleh ia melihat kepala ular yang sangat besar. Empat tahun lalu ada dua orang disini yang pergi kesana. Mereka melihat ular itu. Saking takutnya, mereka pulang dan menemui tetua. Akhirnya mereka mandi kembang selama tujuh hari, agar mereka tidak sakit. Karena ular itu bukan hanya sembarang ular. Itu bukan ular biasa. Hanya beberapa orang yang pernah melihat, dan menjadi sebuah cerita. jika itu ular biasa, harusnya semua orang bisa melihatnya karena ukurannya yang luar biasa besar. Tapi baru-baru ini, saya mendengar tetua mengatakan ular itu sudah di tangkap. Orang dari kerajaan sebrang yang menangkapnya. Ia harus berpuasa dan bertapa dulu, baru bisa menangkapnya. Mungkin yang diincar bukan hanya ular itu, namun juga yang ada dalam ular itu, mustika. Penangkapan ular itu tidak ada yang tahu, baru sekarang-sekarang rahasia itu di bocorkan. Tapi beberapa hari ular itu tertangkap, si penangkap mati. Tidak ada yang tahu apa sebabnya."



Mereka bercerita sampai akhirnya secara tidak sadar mereka tiba di paviliun tempat mereka bertemu. Cerita mereka terus berlanjut. Mereka saling bertukar cerita dengan asyiknya. Keseriusan mereka saat bercerita atau mendengar cerita membuat mereka terlihat sangat dekat.



Seseorang yang dari tadi mengamati mereka dari jauh, akhirnya berdiri saat kedua orang itu pergi berbeda arah. Ia bergegas ke sebuah paviliun dimana beberapa orang bercengkrama.

GAJAH MADA ; Megat RosoOnde histórias criam vida. Descubra agora